36 a. Biaya laporan yang meningkat, karena untuk perusahaan yang sudah
go public, setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan- laporan kepada regulator. Untuk perusahaan yang ukurannya kecil
tentunya laporan-laporan ini sangat mahal. b. Pengungkapan disclosure. Umumnya beberapa pihak di dalam
perusahaan keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi yang dimiliki karena dapat
digunakan oleh pesaing. Pemilik juga enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena publik akan
mengetahui besarnya kekayaan yang dimiliki. c. Ketakutan untuk diambil alih. Manajer perusahaan yang hanya
mempunyai hak veto kecil akan khawatir apabila perusahaan go public, karena manajer perusahaan publik dengan hak veto yang
rendah umumnya dapat diganti dengan manajer yang baru.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi underpricing diantaranya adalah:
a. ROA Return On Assets
ROA Return On Assets adalah rasio antara EBIT Earning Before Interests and Taxes dengan nilai buku dari semua asset pada saat tahun
melakukan IPO, sebagai ukuran profitabilitas Su, 2004.
Assets Total
EBIT ROA =
37 Su 2004 mengemukakan bahwa ROA Return On Assets berpengaruh
negatif terhadap underpricing, sedangkan penelitian Ardiansyah 2004 menunjukkan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap underpricing. Berdasarkan
hasil penelitian Su 2004, ketika kondisi pasar pada saat IPO baik maka tingkat underpricing IPO relatif rendah. ROA Return On Assets merupakan salah satu
ukuran profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi ROA perusahaan akan semakin rendah tingkat underpricing selisih antara harga saham hari pertama
listing dengan harga saham perdana semakin rendah karena investor akan menilai kinerja perusahaan lebih baik dan bersedia membeli saham perdananya dengan
harga yang lebih tinggi.
b. Leverage
Leverage adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya Hanafi dan Halim, 2000.
Leverage diukur dengan membandingkan total debts dengan total assets. Semakin tinggi leverage semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam
menghasilkan keuntungan perusahaan. Leverage mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang yang makin besar berarti
mengurangi tingkat keuntungan. Sebaliknya, tingkat leverage yang makin kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat kembalian
yang semakin tinggi Ang, 1997. Leverage dihitung dengan cara membagi total debt dengan total asset Su,
2004:
Asset Total
Debt Total
Leverage =
38 Menurut penelitian Su 2004 dan Daljono dalam Suyatmin Sujadi,
2006 menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kim et al. 2008,
menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan
assets yang dimilikinya. Semakin tinggi leverage perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat underpricing. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan
tingkat leverage yang lebih rendah kualitas perusahaan lebih baik akan menetapkan harga IPO mendekati nilai intrinsik, yang mengakibatkan
underpricing lebih rendah. Dan sebaliknya, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi kualitas perusahaan buruk akan menetapkan harga IPO jauh dibawah
nilai intrinsik untuk mengkompensasi investor atas risiko informasional Su, 2004. Leverage yang tinggi menunjukkan risiko finansial atau risiko kegagalan
perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena semakin tinggi leverage suatu perusahaan, maka underpricing-nya
semakin besar Daljono dalam Suyatmin Sujadi, 2006.
c. Ukuran Perusahaan