38 Menurut penelitian Su 2004 dan Daljono dalam Suyatmin Sujadi,
2006 menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kim et al. 2008,
menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan
assets yang dimilikinya. Semakin tinggi leverage perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat underpricing. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan
tingkat leverage yang lebih rendah kualitas perusahaan lebih baik akan menetapkan harga IPO mendekati nilai intrinsik, yang mengakibatkan
underpricing lebih rendah. Dan sebaliknya, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi kualitas perusahaan buruk akan menetapkan harga IPO jauh dibawah
nilai intrinsik untuk mengkompensasi investor atas risiko informasional Su, 2004. Leverage yang tinggi menunjukkan risiko finansial atau risiko kegagalan
perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena semakin tinggi leverage suatu perusahaan, maka underpricing-nya
semakin besar Daljono dalam Suyatmin Sujadi, 2006.
c. Ukuran Perusahaan
Berdasarkan penelitian Abdullah Mohd 2004 ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap underpricing. Penelitian Ritter 1987 dan Hanley
1993 dalam Sulistio, 2005 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing. Sedangkan penelitian Suyatmin
Sujadi 2006 ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap underpricing. Suatu perusahaan yang memiliki skala ekonomi yang tinggi diharapkan akan mampu
bertahan dalam waktu yang lama. Kebanyakan investor lebih memilih untuk menginvestasikan modalnya di perusahaan yang memiliki skala ekonomi yang
39 lebih tinggi. Ukuran perusahaan dijadikan proksi tingkat ketidakpastian, karena
perusahaan yang berskala besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan yang berskala kecil. Karena lebih dikenal, maka informasi mengenai
perusahaan besar lebih banyak dibandingkan perusahaan yang berukuran kecil. Bila informasi yang ada ditangan investor banyak, maka tingkat ketidakpastian
investor akan masa depan perusahaan bisa diketahui. Oleh karena itu, investor bisa mengambil keputusan lebih tepat bila dibandingkan dengan pengambilan
keputusan tanpa informasi Kartini dan Payamta, 2002. Dengan demikian, perusahaan yang berskala besar mempunyai tingkat underpriced yang lebih
rendah daripada perusahaan yang berskala kecil.
d. Harga Saham Perdana
Harga saham perdana adalah harga saham yang ditawarkan perusahaan pada saat IPO. Menurut Bradley et al. dalam Dimovski Brooks, 2008 dan
Dimovski Brooks 2008 mengemukakan bahwa harga saham perdana issue price berpengaruh negatif terhadap underpricing. Underpricing return dihitung
dengan cara: harga penutupan saham pada hari pertama listing dikurangi harga saham perdana, dan hasilnya dibagi dengan harga saham perdana. Jadi harga
saham perdana yang rendah merupakan sinyal tingkat underpricing selisih antara harga saham hari pertama listing dengan harga saham perdana yang tinggi. Dan
sebaliknya, harga saham perdana yang tinggi merupakan sinyal tingkat underpricing selisih antara harga saham hari pertama listing dengan harga saham
perdana yang rendah.
e. Reputasi Underwriter