PENGARUH VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2004 2008)

(1)

commit to user

PENGARUH VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN

TERHADAP UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG

MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK

INDONESIA (PERIODE 2004-2008)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Oleh : Airlangga Dimaz Saloka F.0205030

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011


(2)

(3)

(4)

commit to user


(5)

commit to user

MOTTO

“Tak ada gading yang tak retak”


(6)

commit to user

“Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang!”

“First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win.” Mahatma Gandhi quotes


(7)

commit to user Skripsi ini kupersembahkan untuk :

1. Eyang kakungq tercinta beserta keluarga besarnya

2. Anak- anak FH ‘04… best ever especially nak kantin & parkiran..serta

yang sampe saat ini belum lulus…

3. Sedulur-sedulurq di Teater Delik

4. Almamaterq..:)

KATA PENGANTAR


(8)

commit to user

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH VARIABEL KEUANGAN

DAN NON KEUANGAN TERHADAP UNDERPRICING PADA

PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING

(IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2004-2008)

Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, serta kerjasama yang baik dari berbagai pihak tidak bisa mewujudkan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dra. Endang Suhari, MSi. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Reza Rahardian, SE., MSi. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Dra. Mahastuti Agung, MSi. selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk selama Penulis menyelesaikan skripsi.

5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, serta para staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang elah membantu penulis. 6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dalam kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.


(9)

commit to user

Akhir kata, Penulis berharap semoga karya sederhanan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Maret 2011

Penulis

AIRLANGGA DIMAZ S. NIM : F0205030


(10)

commit to user

PENGARUH VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN

TERHADAP UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG

MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA

EFEK INDONESIA (PERIODE 2004-2008)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel keuangan (ROA, financial leverage, firm size, operation cash flow dan

issue price) dan variabel non keuangan (prosentase saham, umur

perusahaan, waktu ipo, underwriter dan auditor) terhadap underpricing

Initial Public Offering (IPO) di Indonesia. Serta pengaruh variabel

keuangan dan non keuangan tersebut secara simultan terhadap

underpricing.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode

purposive sampling, yaitu perusahaan yang melakukan penawaran umum

perdana periode januari 2004 - desember 2008 dengan sampel sebanyak 50 perusahaan. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel keuangan (ROA,

financial leverage, firm size, operation cash flow dan issue price) secara

simultan berpengaruh terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 10% , namun secara partial hanya variabel ROA yang berpengaruh terhadap

underpricing pada tingkat signifikansi 10%. Sedangkan untuk variabel non

keuangan (prosentase saham, umur perusahaan, waktu ipo, underwriter dan auditor) secara simultan tidak berpengaruh terhadap underpricing dan juga secara partial variabel-variabel non keuangan tersebut tidak ada yang berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Variabel keuangan dan non keuangan secara simultan berpengaruh terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 5%.

K a t a k u n c i : u n d e r p r i c i n g , i n i t i a l p u b l i c o f f e r i n g , b u r s a e f e k

I n d o n e s i a .


(11)

commit to user

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAKSI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Pasar Modal ... 8

B. Proses Perdagangan pada Pasar Perdana ... 14


(12)

commit to user

D. Perananan Prospektus dalam IPO ... 18

E. Fenomena Underpricing ... 20

F. Definisi Variabel ... 21

G. Penelitian Terdahulu ... 26

H. Kerangka Pemikiran ... 27

I. Hipotesis ... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 34

D. Definisi Operasional ... 35

E. Metode Analisis Data ... 38

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Populasi dan sampel... ... 43

B. Analisis Data ... 44

C. Pengujian Data ... 46

D. Uji Hipotesis Model 1 ... 47

E. Uji Hipotesis Model 2 ... 54

F. Uji Hipotesis Model 3 ... 59

G. Hasil Pengujian Hipotesis ... 66

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Keterbatasan ... 73


(13)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 77


(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Ringkasan Instrumen BEI ... 13

Tabel IV.1 Seleksi Pemilihan Sampel ... 44

Tabel IV.2 Diskriptif Data Penelitian ... 44

Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas ... 47

Tabel IV.4 Hasil Uji Durbin Watson setelah Transformasi ... 49

Tabel IV.5 Hasil Uji Multikolineritas ... 50

Tabel IV.6 Hasil Uji Normalitas Regresi Berganda Model I ... 52

Tabel IV.7 Regresi Berganda Model I ... 52

Tabel IV.8 Hasil Uji Durbin Watson setelah Transformasi Data ... 55

Tabel IV.9 Hasil Uji Multikolineritas ... 56

Tabel IV.10 Hasil Uji Normalitas Regresi Berganda Model II ... 57

Tabel IV.11 Regresi Berganda Model II ... 58

Tabel IV.12 Hasil Uji Durbin Watson setelah Transformasi ... 61


(15)

commit to user

Tabel IV.14 Hasil Uji Normalitas Regresi Berganda Model III ... 64

Tabel IV.15 Regresi Berganda Model III ... 64

Tabel IV.16 Hasil Analisis Regresi Variabel Keuangan terhadap

Underpricing ... 66

Tabel IV.17 Hasil Analisis Regresi Variabel Non Keuangan terhadap

Underpricing ... 69

Tabel IV.18 Hasil Analisis Regresi Variabel Keuangan dan Non Keuangan


(16)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Struktur Pasar Modal Indonesia ... 10


(17)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Perusahaan yang melakukan IPO periode 2004-2008 ... 78

Lampiran 2 Total Assets, Total Debts, EAT, Tahun Berdiri, IPO, dan Tanggal Listing ... 80

Lampiran 3 Data keuangan perusahaann yang terkena underpricing .... .82

Lampiran 4 Data non keuangan perusahaan yang terkena underpricing 84

Lampiran 5 Nama underwriter dan auditor ... 86

Lampiran 6 Big Four KAP ... 88

Lampiran 7 Top Penjamin Emisi ... 89

Lampiran 8 Uji Normalitas Data ... 91

Lampiran 9 Hasil uji regresi model 1 (variabel keuangan) sebelum transformasi data ... 92

Lampiran 10 Hasil uji regresi model 2 (variabel non keuangan) sebelum transformasi data ... 94

Lampiran 11 Hasil uji regresi model 3 (variabel keuangan dan non keuangan) Sebelum transformasi data ... 96

Lampiran 12 Hasil uji regresi model 1 (variabel keuangan) Setelah transformasi data ... 98

Lampiran 13 Hasil uji regresi model 2 (variabel non keuangan) setelah transformasi data ... 100


(18)

commit to user

Lampiran 14 Hasil uji regresi model 3 (variabel keuangan dan non


(19)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Seorang manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva-aktiva tersebut. Untuk membelanjai kebutuhan dana tersebut, manajer keuangan dapat memenuhinya dari sumber yang berasal dari dalam perusahaan atau juga dapat juga yang berasal dari luar perusahaan. Besarnya dana yang tersedia kadang dapat tercukupi oleh dana dari dalam perusahaan yang berasal dari penyisihan laba perusahaan (laba ditahan), cadangan, maupun depresiasi. Jika kebutuhan dana tidak tercukupi dari dalam maka perusahaan dapat mengalihkan pendanaan dari luar di dapat dari utang atau penerbitan obligasi. Persyaratan-persyaratan yang ketat yang diajukan seringkali menjadi beban yang berat bagi perusahaan sendiri. Oleh karena itu sebagai pilihan alternatif perusahaan dapat melalui pendanaan dari penawaran saham di pasar modal atau disebut go public.

Dengan keberadaan pasar modal sebagai wahana bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana, sehingga pencarian dana dapat dilakukan dengan lebih mudah, cepat, dan relatif cukup besar bila dibanding pendanaan melalui hutang ataupun obligasi. Semakin membaiknya kondisi Indonesia baik dari sisi perekonomian maupun stabilitas politik, keamanan Indonesia serta membaiknya bursa global mampu mendorong para investor lokal maupun asing untuk bertransaksi kembali di bursa Indonesia (Sunariyah, 2006).


(20)

commit to user

Sebelum saham diperjualbelikan di Bursa Efek, transaksi penawaran pertama kali dilakukan di pasar perdana (primary market), kegiatan tersebut disebut dengan penawaran umum penjualan perdana saham disebut IPO (Initial

Public Offering). Fenomena yang sering terjadi di pasar modal khususnya pada

saat penawaran perdana adalah saham-saham yang dijual pada pasar perdana tersebut mengalami underpriced. Underpricing adalah selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana. Dan selisih ini merupakan initial return yang diterima investor. Jadi initial return adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana (IPO). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan underwriter (penjamin emisi efek). Sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Dari sisi emiten, dapat dilihat jika saham yang mereka jual mengalami underpriced yang tinggi dalam arti saham mereka dinilai lebih rendah dari harga sesungguhnya, dan perbedaan antara harga sesungguhnya dengan harga yang ditawarkan pada saat IPO tersebut tinggi, maka perusahaan akan mengalami kerugian yang besar. Underpriced sering terjadi pada saham yang ditawarkan pada saat IPO. Hal ini dilakukan underwriter dalam rangka untuk mengurangi tingkat resiko yang harus dihadapi karena fungsi penjaminannya.

Ada 4 macam tipe penjaminan yaitu full commitment, best effort, stand by

commitment, dan all or none commitment. Bagi underwriter, tipe penjaminan

yang beresiko tinggi adalah tipe penjaminan secara full commitment. Tipe penjaminan yang terjadi di Indonesia adalah tipe penjaminan secara full


(21)

commit to user

commitment. Emiten di lain pihak , tidak mengetahui kendala pasar modal yang

sesungguhnya. Dalam hal ini underwriter sebagai pihak yang lebih sering berhubungan dengan pasar modal mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai pasar modal bila dibandingkan dengan calon emiten. Adanya informasi asimetri inilah maka harga saham pada penawaran perdana lebih rendah daripada harga saham di pasar sekunder. Jadi underwriter menggunakan ketidaktahuan emiten mengenai pasar modal untuk mengurangi risiko yang ditanggungnya. Apabila saham yang dia jamin di pasar perdana tidak laku, maka underwriter

harus membeli sisa saham tersebut sebesar harga penawaran dikalikan dengan sisa saham yang tidak laku. Walaupun emiten dan underwriter secara bersama-sama mengadakan kesepakatan dalam menentukan harga perdana saham, namun sebenarnya mereka masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda (Trianingsih, 2005)

Dalam rangka pengambilan keputusan calon investor memerlukan banyak informasi guna mempertimbangkan membeli atau tidak saham yang ditawarkan.. Informasi prospektus dapat dibagi menjadi dua informasi akuntansi dan non-akuntansi. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan rugi/laba, laporan arus kas dan penjelasan laporan keuangan. Informasi non-akuntansi adalah informasi selain laporan keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan dan informasi lainnya. Perusahaan harus membuat prospektus yang merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM (Husnan, 2001). Namun peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan pada saat IPO sudah sangat terperinci, hal


(22)

commit to user

tersebut tidak menjamin terjadinya keasimetrian informasi antar partisipan (emiten, underwriter, dan investor. Ketidakpastian tersebut dirasakan oleh calon investor umumnya calon investor yang memiliki informasi yang terbatas tentang perusahaan emiten (Hartono, 2005).

Sujatmin dan Sujadi (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada penawaran umum perdana di Bursa Efek Jakarta periode 1999-2003 dengan variabel independen umur perusahaan, besaran perusahaan, reputasi auditor, reputasi penjamin emisi, jenis industri, EPS (Earning

Per Share), ukuran penawaran (proceeds), current ratio, ROI (Rate of Return on

Investment), dan financial leverage. Hasilnya menyatakan bahwa hanya variabel

current ratio, reputasi penjamin emisi, reputasi auditor, dan jenis industri yang

mempengaruhi underpricing.

Syarifah Aini (2009) yang melakukan penelitian pengaruh variabel keuangan (ROA, leverage, dan ukuran perusahaan) dan variabel non keuangan (harga saham perdana, reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan kepada publik, waktu IPO dan umur perusahaan) terhadap

underpricing dari tahun 2000 sampai tahun 2007. Hasilnya secara simultan

variabel keuangan (ROA, Leverage dan Ukuran Perusahaan) dan variabel non keuangan (Harga Saham Perdana, Reputasi Underwriter, Persentase Saham yang Ditawarkan kepada Publik, Waktu IPO, dan Umur Perusahaan) berpengaruh signifikan terhadap Underpricing.

Berdasarkan pada permasalahan di atas maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan mengambil judul: ”Pengaruh Variabel Keuangan dan Non


(23)

commit to user

Keuangan Terhadap Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan Initial

Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (Periode 2004-2008)”.

2. Perumusan Masalah

Atas dasar uraian dalam latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah variabel keuangan (ROA, Operation cash flow (OCF), leverage,

firm size, harga saham perdana) berpengaruh terhadap underpricing?

2. Apakah variabel non keuangan (reputasi underwriter, reputasi auditor, persentase saham yang ditawarkan kepada publik, waktu IPO, dan umur perusahaan) berpengaruh terhadap underpricing?

3. Apakah variabel keuangan (ROA, Operation cash flow (OCF), leverage,

firm size, harga saham perdana) dan variabel non keuangan (reputasi

underwriter, reputasi auditor, persentase saham yang ditawarkan kepada

publik, waktu IPO, dan umur perusahaan) secara simultan berpengaruh terhadap underpricing?

3. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) pada periode pengamatan yaitu bulan Januari 2004 – Desember 2008.


(24)

commit to user

4. Tersedianya data mengenai variabel keuangan dan variabel non-keuangan yang diperlukan.

4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh variabel keuangan (ROA, Operation cash

flow (OCF), leverage, firm size, harga saham perdana) terhadap

underpricing.

2. Untuk mengetahui pengaruh variabel non keuangan (reputasi

underwriter, reputasi auditor, persentase saham yang ditawarkan kepada

publik, waktu IPO, dan umur perusahaan) terhadap underpricing.

3. Untuk mengetahui pengaruh variabel keuangan (ROA, Operation cash

flow (OCF), leverage, firm size, harga saham perdana) dan variabel non

keuangan (reputasi underwriter, reputasi auditor, persentase saham yang ditawarkan kepada publik, waktu IPO, dan umur perusahaan) secara simultan terhadap underpricing.

5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Investor/ calon investor,

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi mengenai variabel-variabel yang berpengaruh terhadap initial return yang diterima saat IPO, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menanamkan modalnya di perusahaan go public.


(25)

commit to user 2. Bagi emiten /calon emiten

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam melakukan penawaran perdana (IPO) untuk memperoleh dana yang maksimal.

3. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada pasar modal Indonesia (BAPEPAM, Bursa Efek Indonesia, calon emiten dan posisi lain yang terkait) dalam meningkatkan perannya untuk memenuhi kebutuhan pihak pemakai informasi.

4. Bagi praktisi/akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pihak-pihak yang ingin mendalami pasar modal Indonesia dan dapat dijadikan bahan masukan untuk kepentingan selanjutnya agar dapat lebih memahami kebutuhan dunia usaha serta menjawab tantangan globalisasi.


(26)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pasar Modal

Menurut (Husnan, 2001:3), Secara formal, pasar modal merupakan sarana untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang biasa diperjual belikan dalam bentuk hutang atau modal sendiri yang diterbitkan oleh pemerintah, otoritas publik maupun oleh perusahaan swasta. Instrumen pasar modal biasanya terdiri atas sertifikat deposito, commercial paper, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat berharga pasar uang. Pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dan pasar keuangan yang memperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dari jangka panjang maupun dari jangka pendek.

Menurut panduan investasi IDX , Pasar Modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar Modal menyediakan berbagai alternatif investasi bagi para investor selain alternatif investasi lainnya seperti: menabung di Bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti Obligasi, Saham dan lainnya.


(27)

commit to user

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.

Go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang

dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Terdapat dua metode utama untuk melakukan go

public yang digunakan di seluruh dunia. Pertama, melakukan penawaran perdana

(initial public offering) dengan penawaran pada harga tetap (a fixed price offer)

atau penawaran melalui sistem tender, metode yang kedua yaitu dengan prosedur lelang (auction procedure), dimana penentuan harga saham berdasarkan penawaran tertinggi.


(28)

commit to user

MENTERI KEUANGAN BAPEPAM

Badan Perusahaan Bursa Efek Perusahaan Usaha Efek Indonesia Efek

Lembaga Lembaga Penunjang Penunjang Pasar Modal KPEI Pasar Modal

KSEI

Reksa Profesi Profesi Dana Penunjang Penunjang

Pemodal/ Masyarakat

Efek Agen/ Agen/

Penjualan Sub Agen Modal

GAMBAR II.1

STRUKTUR PASAR MODAL INDONESIA Sumber : Panduan Go Public

Organisasi di Pasar Modal

a. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan Pasar Modal di Indonesia. Bapepam berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan.


(29)

commit to user

b. Perusahaan memperoleh dana di Pasar Modal dengan melaksanakan penawaran umum atau investasi langsung (private placement). Perusahaan ini dikenal sebagai emiten.

c. Self Regulatory Organizations (SRO), adalah organisasi yang memiliki

kewenangan untuk membuat peraturan yang berhubungan dengan aktivitas usahanya. SRO terdiri dari:

· Bursa Efek, adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak- pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka.

· Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan transaksi bursa agar terlaksana secara teratur, wajar, dan efisien. Lembaga yang telah memperoleh izin usaha sebagai LKP oleh BAPEPAM adalah PT. KPEI (PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia).

· Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek, dan pihak lain. Lembaga yang telah memperoleh izin usaha sebagai LPP oleh BAPEPAM adalah PT. KSEI Kustodian Sentral Efek

d. Perusahaan Efek adalah perusahaan yang mempunyai aktifitas sebagai Perantara Pedagang Efek, Penjamin Emisi Efek, Manajer Investasi, atau gabungan dari ketiga kegiatan tersebut.


(30)

commit to user

· Penjamin Emisi Efek, adalah salah satu aktifitas pada perusahaan efek yang melakukan kontrak dengan emiten untuk melaksanakan penawaran umum dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.

· Perantara Pedagang Efek, adalah salah satu aktifitas pada perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.

· Manajer Investasi, adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola Portofolio Investasi Kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan perundang- undangan yang berlaku.

e. Penasihat Investasi, adalah pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian efek.

f. Lembaga Penunjang Pasar Modal

· Biro Administrasi Efek, adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek.

· Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

· Wali Amanat, adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang.


(31)

commit to user

Instrumen Definisi Keuntungan Risiko

Saham

Sertifikat yang menunjuk- kan bukti kep em ilik an suatu

perusahaan. · Capital Gain.

· Capital Loss · Tidak ada pembagian

dividen

· Risiko Likuidasi

Obligasi Efek bersifat hutang

· Bunga deng an jum lah serta waktu yang telah ditetapkan

· Capital Gain

· Dapat dikonversi menjadi saham (untuk obligasi konversi)

· Gagal bayar · Capital Loss

Bukti Right

Sekuritas yang memberi- kan hak kepada pemilik- nya untuk membeli saham baru perusahaan dengan harga dan dalam periode tertentu.

· C a pi t a l G ai n d en g a n leverage, jika bukti right ditukar dengan saham baru

· Capital Gain yang diper-

· Capital Loss dengan leverage

· Capital Loss yang

Waran

Merupakan sekuritas yang melekat pada penerbitan saham ataupun obligasi, yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli saham perusa- haan dengan harga dan p a d a j a n g k a w a k t u tertentu.

· C api t a l G ai n d en g a n leverage, jika waran di k o n v e r s i k a n m e n j a d i saham

· Capital Loss dengan leverage

· Capital Loss yang diperoleh di Pasar Kontrak

Berjangka Indeks Saham

K o n t r a k / p e r j a n j i a n berjangka Indeks Saham dengan variable pokok Indeks.

· Hedging instrumen · Spekulasi dengan

leverage

· Capital loss dengan leverage

Reksa Dana

Saham, obligasi, atau efek la in y a n g d ib eli o le h sejumlah investor dan di kelola oleh sebuah peru- sahaan investasi profe- sional.

· Tingkat pengembalian yang potensial

· Pengelolaan dana oleh manajemen yang profe- sional

· Capital Loss · risiko likuidasi pada

Reksa Dana Tertutup

Sebagai Perban- dingan:

Deposito Berjangka

Jenis tabungan pada bank dengan jangka waktu tertentu.

· Bunga

· Tingkat suku bunga yang rendah · Tidak ada Capital

g. Profesi Penunjang Pasar Modal

· Akuntan Publik

· Notaris

· Konsultan Hukum


(32)

commit to user

TABEL II.1

Ringkasan Instrumen BEI

Sumber : Panduan Go Public

B. Proses Perdagangan pada Pasar Perdana

Proses Penawaran Umum saham dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan berikut:

A.Tahap Persiapan

Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap yang paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka Penawaran Umum saham. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar yaitu:

Underwriter merupakan pihak yang paling banyak keterlibatannya dalam

membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi antara lain: menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan.

Akuntan Publik bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten. Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut;

Konsultan Hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion). Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta


(33)

commit to user

perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat.

B. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran

Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada LK hingga BAPEPAM-LK menyatakan pernyataan pendaftaran menjadi efektif.

C.Tahap Penawaran Perdana

Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Penawaran perdana ini dilakukan setelah mendapatkan ijin dari BAPEPAM dan sebelumnya sekuritas tersebut diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek). Dalam melakukan IPO, perusahaan harus menerbitkan prospektus sebelum melakukan listing di BEI. Prospektus adalah dokumen yang berisikan informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang ditawarkan.

Penjualan sekuritas di pasar perdana dilakukan oleh penjamin emisi

(underwriter) yang ditunjuk oleh perusahaan dengan bantuan agen penjualan.

Pada umumnya underwriter mempunyai tiga fungsi, yaitu : advisory function,

underwriting function, dan marketing function. Sebagai advisory function,

underwriter memberikan saran kepada perusahaan yang akan melakukan go pulic

mengenai jenis sekuritas yang akan ditawarkan, penentuan harga sekuritas dan waktu penawarannya. Underwriting function adalah fungsi penjaminan dimana


(34)

commit to user

emiten akan meminta underwriter untuk menjamin penjualan saham perdana emiten tersebut, jika emiten meminta underwriter memberikan jaminan full commitment, maka underwriter menjamin seluruh sekuritas akan habis terjual dan bersedia untuk membeli sisanya jika sebagian sekuritas tidak terjual. Dalam prakteknya, tidak semua underwriter bersedia memberikan jaminan full commitment, terutama untuk sekuritas perusahaan yang belum mapan. Untuk perusahaan yang belum mapan tersebut biasanya underwriter hanya berani memberikan jaminan best effort saja, artinya underwriter hanya akan berusaha sebaik mungkin untuk menjual sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut. Dalam penentuan offering price, underwriter dan emiten sering menghadapi kesulitan untuk memperkirakan harga yang wajar. Underwriter

cenderung untuk menetapkan offering price yang rendah dari harga yang diharapkan oleh perusahaan akan melakukan go public, dengan tujuan untuk menekan resiko tanggung jawab bila sekuritas yang ditawarkan pada saat penawaran perdana tidak laku atau tidak habis terjual.

D.Tahap Pencatatan saham di Bursa Efek

Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.

C. Proses Perdagangan pada Pasar Sekunder

Mekanisme perdagangan pasar sekunder sekuritas menyangkut beberapa faktor:

a) Seorang investor harus memberikan informasi kepada brokernya tentang kondisi dengan mana ia bersedia bertransaksi. Parameter yang harus diberikan


(35)

commit to user

oleh investor adalah sekuritas tertentu, jumlah saham dalam hal saham biasa, dan kuantitas dalam hal obligasi dan jenis order.

b) Short Selling

Seorang investor yang memperkirakan bahwa harga suatu sekuritas akan dapat mengambil keuntungan dengan membeli sekuritas tersebut. Tetapi, jika investor tersebut memperkirakan bahwa harga suatu sekuritas akan turun dan ingin mengambil keuntungan jika harga tersebut benar turun.

c) Margin Transaction

Investor dapat meminjam kas untuk membeli sekuritas, dan menggunakan sekuritas itu sendiri sebagai kolateral. Transaksi dimana investor meminjam untuk membeli tambahan sekuritas, dengan menggunakan sekuritas itu sendiri sebagai kolateral disebut buying on margin. Dengan meminjam dana, investor menciptakan financial leverage. Investor akan memperoleh keuntungan, jika harga naik, tetapi akan rugi jika harga turun (dibandingkan jika tidak meminjam dana). Dana yang dipinjam untuk membeli tambahan saham akan diberikan oleh broker dan broker tersebut memperoleh uang dari bank. Suku bunga yang dikenakan bank pada broker untuk transaksi ini disebut call money rate atau broken loan rate.

d) Margin Requirements

Initial Margin Requirement adalah proporsi nilai pasar total sekuritas yang harus dibayar investor dengan kas. Maintenance Margin Requirement


(36)

commit to user

adalah jumlah minimum equity yang diperlukan dalam margin account investor

dibandingkan nilai pasar total.

D. Peranan Prospektus dalam IPO

Prospektus adalah gambaran umum perusahaan dalam bentuk tertulis yang memuat keterangan secara lengkap dan jujur tentang keadaan perusahaan dan prospeknya di masa mendatang serta informasi-informasi yang dibutuhkan sehubungan dengan penawaran umum.

Penyusunan prospektus ini harus mengacu pada hal-hal berikut:

1. Prospektus harus memuat rincian dan fakta material mengenai penawaran umum dari emiten.

2. Prospektus harus dibuat sedemkian rupa sehingga jelas dan komunikatif.

3. Fakta-fakta dan pertimbangan-pertimbangan yang paling penting harus dibuat ringkasannya dan diungkapkan pada bagian awal prospektus.

4. Emiten, penjamin pelaksana emisi, lembaga penunjang serta profesi penunjang pasar modal bertanggung jawab untuk menentukan dan mengungkapkan fakta secara jelas dan mudah dibaca.

Nasirwan (2000) mengatakan informasi prospektus dapat dibagi dua informasi yaitu terdiri dari informasi akuntansi dan informasi non akuntansi.


(37)

commit to user

Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang menggambarkan tentang informasi keuangan perusahaan terdiri atas neraca, perhitungan laba/rugi, laporan arus kas, dan penjelasan laporan keuangan. Informasi non akuntansi adalah informasi selain lapaoran keuangan seperti underwriter, auditor

independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham dan lain

sebagainya. Informasi yang terdapat dalam prospektus menyangkut informasi keuangan dan non-keuangan yang bersifat historis maupun proyeksi pada masa mendatang. Kedua informasi tersebut dibutuhkan oleh investor agar mereka dapat memprediksi penghasilan deviden di masa yang akan datang dan juga resiko relatif dari masing-masing perusahaan. Umumnya investor menekankan pada informasi yang menyangkut kejadian di masa yang akan datang dalam pembuatan keputusan investasinya. Jika informasi historis diperlukan untuk me-review kemampuan perusahaan di masa lalu, informasi proyeksi diperlukan untuk prediksi prospek perusahaan di masa mendatang.

Selain itu manajemen laba dan tingkat return perusahaan dalam tiap tahunnya akan menarik minat para investor untuk membeli saham, karena mempengaruhi tingkat pengembalian investasi perusahaan terhadap investor. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan IPO, karena kredibilitas perusahaan yang diakui oleh masyarakat. Dalam penelitian ini diambil informasi mengenai ROA, tingkat leverage, ukuran perusahaan, reputasi underwriter, reputasi auditor, dan lamanya perusahaan berdiri yang mempengaruhi tingkat underpricing.

Privat information merupakan bagian informasi internal yang semula


(38)

commit to user

investor mengakibatkan manajer juga harus memberikan informasi kepada publik. Dengan kata lain pengorbanan perusahaan dalam meningkatkan usahanya dengan menggunakan auditor dan underwriter yang professional memberikan kepercayaan investor pada perusahaan.

Masyarakat akan memutuskan apakah tertarik untuk menginvestasikan dananya ke dalam perusahaan atau tidak dengan mempelajari prospektus perusahaan. Investor memperoleh informasi tentang kinerja perusahaan sebelum IPO sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi. Para investor yang rasional tentu akan memilih perusahaan yang menurutnya sehat, dapat berkembang, dan memiliki prospek yang cerah di masa mendatang. Jadi, prospektus secara tidak langsung merupakan media untuk mempromosikan perusahaan agar pihak lain / investor membeli surat berharga yang ditawarkan.

E. Fenomena Underpricing

Ketika perusahaan pertama kali melakukan penawaran sahamnya ke pasar modal, masalah yang dihadapi adalah penentuan harga di pasar perdana tersebut. Di satu pihak pemegang saham lama tidak ingin menawarkan saham baru dengan harga yang terlalu murah kepada investor baru, tetapi disisi lain investor menginginkan untuk memperoleh capital gains dari pembelian saham di pasar perdana tersebut. Perbedaan kepentingan tersebut, dimana emiten menginginkan dana yang lebih besar dan investor menginginkan return, mengakibatkan terjadinya underpricing, yakni adanya selisih positif antara harga saham dipasar sekunder dengan harga perdana, yang disebut initial return bagi investor. Bagi emiten, underpricing ini tentunya merugikan karena perusahaan tidak dapat


(39)

commit to user

memperoleh dana secara maksimal. Underpricing adalah suatu keadaan, dimana harga saham pada saat penawaran perdana lebih rendah dibandingkan dengan ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Beberapa literatur menjelaskan bahwa

underpricing terjadi karena adanya informasi asimetris. Pihak yang

menentukan harga saham saat IPO adalah emiten dan penjamin emisi

(underwriter).

Underpriced bisa juga dikatakan sebagai selisih positif antara harga saham

perdana dan merupakan initial return bagi investor. Kebalikan dari itu adalah

overpricing, yaitu suatu keadaan dimana harga saham pada saat penawaran

perdana lebih tinggi dibandingkan ketika saham diperdagangkan di pasar sekunder. Kondisi underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh dari go public tidak maksimum. Sebaliknya bila terjadi overpricing, maka investor akan merugi (Daljono, 2000). Fenomena underpricing terjadi di hampir seluruh pasar modal didunia. Para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat meminimalisir underpricing karena terjadinya underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran (wealth) dari pemilik kepada investor (Beatty dalam Daljono, 2000).

F. Definisi Variabel

Adapun variabel yang mempengaruhi kejadian underpricing adalah ROA, Operation cash flow (OCF), leverage, firm size, harga saham perdana,

reputasi underwriter, reputasi auditor, persentase saham yang ditawarkan kepada publik, waktu IPO, dan umur perusahaan. Uraian dibawah ini menjelaskan bagaimana variabel tersebut terjadi.


(40)

commit to user 1) Return On Asset

ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan untuk mendapatkan laba. Investor melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dari investasi yang ditanamnya apabila menginvestasikan sahamnya pada perusahaan tersebut. Su (2004) dan juga Syarifah Aini (2009) mengemukakan bahwa ROA (Return On Assets) berpengaruh negatif terhadap underpricing. Penelitian ini menunjukan tersebut bahwa ROA yang semakin tinggi dapat mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya IPO underpricing.

2) Financial Leverage

Financial leverage merupakan perbandingan antara total hutang

dengan total aktiva, yang menunjukan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Rasio ini pada umumnya disebut juga rasio utang

(debt ratio), untuk mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur.

Sebelum menyatakan kesanggupannya sebagai perantara perusahaan dengan investor, underwriter biasanya mempelajari dahulu sejarah perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan return, serta estimasi terhadap investor yang memiliki kemampuan untuk investasi. Karena tugas

underwriter sebagai penjamin emisi saham mengandung resiko, yaitu

apabila saham tersebut tidak laku terjual maka underwriter tidak akan mendapatkan return. Maka underwriter juga harus memperkirakan berapa besar kerugian yang akan diperolehnya.


(41)

commit to user

emisi juga memperkirakan berapa besar kemampuan perusahaan terhadap kewajiban yang dimilikinya. Tingkat kemampuan utang perusahaan

(financial leverage) dihitung dengan mengetahui rasio utang terhadap

asset yang dimiliki emiten.

Rasio leverage yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan memiliki kewajiban yang besar. Sehingga apabila pemodal menginvestasikan sahamnya akan memungkinkan investor tidak mendapatkan return dari saham yang dimilikinya.

3) Firm Size

Ukuran perusahaan (firm size) merupakan faktor yang juga mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan pada saham yang IPO. Karena semakin besar perusahaan dan semakin dikenal oleh masyarakat, maka semakin banyak informasi yang bisa diperoleh investor dan semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor.

4) Operation Cash Flow

Operation cash flow adalah ukuran yang solid dari keuntungan

perusahaan karena merujuk ke cash aktual yang dibuat dari operasi. Operation

cash flow akan menunjukkan apakah sebuah perusahaan mengeluarkan lebih

banyak cash daripada mendapatkan cash. Operation cash flow juga merupakan gambaran sekilas tentang bagaimana bisnis inti berjalan. Oleh karena itu bagi investor arus kas positif adalah sinyal baik untuk investasi, sedangkan arus kas yang negatif perlu memiliki penjelasan lebih dan menggali lebih dalam sebelum membuat investasi diperusahaan tersebut. Menurut John A. Tracy (dalam Bodin & Samuelsson, 2010), cash inflows dan outflows adalah denyut


(42)

commit to user

nadi dari setiap bisnis. Tanpa denyut nadi yang pasti dari cash flows, bisnis akan mati segera. Hal diatas menekankan pada pentingnya cash flows untuk keselamatan perusahaan. Lebih lanjut, menurut Bodin & Samuellson (2010) lebih tepat menggunakan cash flow untuk analisis tentang profitabilitas dibandingkan dengan net income karena dana aktual yang dihasilkan dapat sangat berbeda dari accounting profit. Profit yang di temukan di Income

Statement adalah accounting profit yang lebih mudah untuk dimanipulasi.

5) Issue Price (Harga Saham Perdana)

Harga saham perdana adalah harga saham yang ditawarkan perusahaan pada saat IPO. Dimovski & Brooks (2008) mengemukakan bahwa harga saham perdana (issue price) berpengaruh negatif terhadap underpricing.

Underpricing return dihitung dengan cara: harga penutupan saham pada hari

pertama listing dikurangi harga saham perdana, dan hasilnya dibagi dengan harga saham perdana.

6) Prosentase Penawaran Saham

Prosentase kepemilikan yang ditahan oleh pemilik (insiders) menunjukkan adanya private information yang dimiliki oleh pemilik/manajer (Leland & Phyle dalam Gerianta, 2002) Informasi tingkat kepemilikan saham oleh entrepreneur akan digunakan oleh investor sebagai pertanda bahwa prospek perusahaannya baik. Semakin besar tingkat kepemilikan yang ditahan atau semakin kecil persentase saham yang ditawarkan, akan memperkecil tingkat ketidakpastian di masa yang akan datang (Indrawati, 2005).

7) Time Lag (Waktu IPO)


(43)

commit to user

Lui & Li ( dalam Tian & Magginson 2007) mengemukakan bahwa waktu IPO berpengaruh positif terhadap underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Chan et al (2004), mengemukakan bahwa time lag (penyimpangan waktu) antara offering dan listing berpengaruh positif terdadap underpricing IPO. Karena kenyataannya dana yang diikat terlalu lama dapat meningkatkan risiko investor dan oleh karenanya underpricing yang tinggi diharapkan atau dibutuhkan investor. Perusahaan dengan time lag l e bi h l am a akan m eni n gk at ka n re s i k o i nves t o r s ehi n gg a pe rus a ha an menetapkan harga IPO jauh dibawah nilai intrinsik (Chan et al, 2004).

8) Umur Perusahaan

Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan banyaknya informasi yang bisa diserap oleh publik. Semakin panjang umur perusahaan semakin banyak informasi yang bisa diserap masyarakat (Daljono dalam Suyatmin & Sujadi, 2006).

Umur perusahaan mencerminkan kondisi perusahaan yang tetap bertahan dan menjadi bukti bahwa perusahaan mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian (Christy et al. dalam Sulistio, 2005).

9) Reputasi Underwriter

Penjamin emisi atau sering disebut sebagai underwriter yang berfungsi menawarkan saham di pasar sekunder kepada investor. Apabila underwriter

yang digunakan oleh perusahaan memiliki reputasi yang baik, maka hal ini akan berpengaruh terhadap informasi yang akan diberikan oleh underwriter


(44)

commit to user

Dalam proses IPO underwriter bertanggung jawab atas terjualnya saham. Apabila ada saham yang masih tersisa, maka underwriter bertanggung jawab untuk membelinya. Bagi underwriter yang yang memiliki reputasi tinggi, mereka akan berani memberikan harga yang tinggi pula sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya (Daljono, 2000). Ini berarti jumlah nilai yang dijamin menunjukkan kemampuan penjamin emisi untuk menanggung kerugian jika ternyata saham yang dijamin tidak laku terjual. Oleh karena besarnya nilai yang dijamin menunjukkan reputasi penjamin emisi, maka penjamin emisi yang reputasinya rendah, tentu hanya dapat menjamin dalam jumlah kecil. Lain halnya dengan penjamin emisi yang memiliki reputasi tinggi, tentu ia akan berani melakukan penjaminan dalam jumlah yang besar.

1 0 ) Reputasi Auditor

Untuk menyediakan jasa yang diperlukan dalam proses jual beli saham diperlukan image atau nama baik yang dimiliki perusahan mengenai informasi usahanya. Informasi tersebut dapat berupa laporan keuangan yang menggambarkan tingkat return yang diperoleh tiap periodenya, dan manajemen perusahaan yang menunjukan kinerja karyawannya. Dalam hal ini pentingnya informasi tersebut berkaitan dengan kemapanan perusahaan yang IPO. Pengorbanan emiten untuk memakai auditor yang berkualitas akan diinterprestasikan oleh investor, bahwa emiten mempunyai informasi yang tidak menyesatkan mengenai prospeknya di masa mendatang (Daljono, 2000).


(45)

commit to user

Penelitian Su (2004), Daljono (dalam Suyatmin & Sujadi, 2006) dan Syarifah Aini (2009) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kim et al. (2008), menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Penelitian Suyatmin & Sujadi (2006) memisahkan variabel penelitian antara variabel keuangan (ukuran perusahaan, ROI, financial leverage, laba per saham, proceeds, dan current ratio) dan variabel non keuangan (umur perusahaan, reputasi auditor, reputasi underwriter dan jenis industri). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel keuangan yang berpengaruh terhadap initial return

adalah current ratio. Sedangkan variabel non keuangan yang berpengaruh terhadap initial return adalah reputasi auditor, reputasi underwriter dan jenis industri. Dari hasil regresi pengaruh variabel keuangan dan variabel non keuangan mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap initial return.

H. Kerangka Pemikiran

Penulis mengambil suatu kerangka pemikiran dimana variabel dependennya adalah underpricing dan variabel independennya adalah variable keuangan (ROA, Operation cash flow (OCF), leverage, firm size, harga saham perdana) dan variabel non keuangan (reputasi underwriter, reputasi auditor, persentase saham yang ditawarkan kepada publik, waktu IPO, dan umur perusahaan).

Variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependennya dapat dilihat pada bagan berikut:


(46)

commit to user

GAMBAR II.2 Kerangka Pemikiran

Variable Independen Variable dependen

I. Hipotesis

A. Pengaruh informasi keuangan (financial leverage; ROA; Firm Size;

Harga saham perdana; dan OCF ) terhadap tingkat underpricing.

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan oleh investor atau calon investor dan underwriter untuk menilai perusahaan yang akan go public. Laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan rugi/laba, laporan arus kas dan penjelasan laporan keuangan, yang dalam penelitian ini disebut variabel keuangan.

Variabel keuangan 1. Return On Assets (ROA) 2. Financial Leverage(FL) 3. Firm Size (FS)

4. OCF

5. Issue Price (IP) Variable non keuangan 1. Prosentase Saham (PPS) 2. Time Lag (TL)

3. Umur perusahaan (AGE) 4. Reputasi Underwriter (UDW) 5. Reputasi Auditor (AUD)


(47)

commit to user

1) ROA

Su (2004) & Syarifah Aini (2009) mengemukakan bahwa ROA (Return

On Assets) berpengaruh negatif terhadap underpricing. Penelitian ini

menunjukan tersebut bahwa ROA yang semakin tinggi dapat mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya IPO underpricing.

H1.1 : ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

underpricing.

2) Financial Leverage

Sulistio (2005) menunjukkan dalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat leverage. Investor akan mempertimbangkan besarnya financial leverage, karena financial leverage

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan ekuitas yang dimiliki. Dengan tingginya financial leverage maka risiko suatu perusahaan juga akan tinggi.

H1.2 : Financial Leverage perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing.

3) Firm Size

Del Monte et al (2010) perusahaan yang berskala besar mempunyai tingkat underpriced yang lebih rendah daripada perusahaan yang berskala kecil. Oleh karena itu, diajukan hipotesis sebagai berikut:

H1.3 : Firm Size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

underpricing.

4) Operation Cash Flow


(48)

commit to user

sedangkan arus kas yang bernilai negatif perlu memiliki penjelasan lagi dan perlu menggali lebih sebelum membuat investasi diperusahaan tersebut. Dengan kata lain bahwa OCF bisa di anggap sebagai sinyal tentang kualitas dari bisnis perusahaan, lebih lanjut sinyal yang berpotensi untuk kesuksesan IPO (Bodin & Samuelsson, 2010).

H1.4 : Operation cash flow berpengaruh n e g a t i f dan signifikan

terhadap underpricing.

5) Issue Price (Harga Saham Perdana)

Menurut Dimovski & Brooks (2008) harga saham perdana (issue

price) berpengaruh negatif terhadap underpricing. Jadi harga saham

perdana yang rendah merupakan sinyal tingkat underpricing yang tinggi. Dan sebaliknya, harga saham perdana yang tinggi merupakan sinyal tingkat

underpricing yang rendah. Untuk itu diajukan hipotesis sebagai berikut:

H1.5 : Issue Priceberpengaruh negatif dan signifikan terhadap

underpricing.

B. Pengaruh informasi non keuangan (reputasi underwriter; reputasi

auditor; umur perusahaan; waktu IPO ;dan prosentase penawaran saham)

terhadap tingkat underpricing.

Informasi selain laporan keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan dan informasi lainnya, dalam penelitian disebut variabel non keuangan.


(49)

commit to user

Prosentase kepemilikan yang ditahan oleh pemilik (insiders) menunjukkan adanya privat information yang dimiliki oleh pemilik/manajer (Leland & Phyle dalam Yasa, 2003). Enterpreneur akan tetap menginvestasikan modal pada perusahaannya apabila mereka yakin akan prospek pada masa mendatang. Pemilik tidak akan menginvestasikan modalnya pada perusahaan lain bila investasi di perusahaannya lebih baik (Leland & Phyle dalam Yasa, 2003). Informasi tingkat kepemilikan saham oleh entrepreneur akan digunakan oleh investor sebagai pertanda bahwa prospek perusahaannya baik. Semakin besar tingkat kepemilikan yang ditahan (atau semakin kecil persentase saham yang ditawarkan) akan memperkecil tingkat ketidakpastian pada masa yang akan datang. Konsisten dengan yang dikemukakan oleh Leland & Phyle (1977), dan Beatty (1989) (dalam Yasa, 2003) menunjukkan adanya hubungan positif antara persentase yang ditawarkan dengan initial

return. Untuk itu diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2.1 : Persentase saham yang ditawarkan kepada publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing.

2) Umur perusahaan

Menurut penelitian syarifah (2009) mengemukakan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap underpricing. Sedangkan menurut Ritter (dalam Dimovski & Brooks, 2008) mengemukakan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Ritter (dalam Dimovski & Brooks, 2008), menemukan bahwa tingkat underpricing akan lebih tinggi pada perusahaan yang lebih muda. Untuk itu diajukan hipotesis sebagai berikut:


(50)

commit to user

H2.2 : Umur perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing.

3) Time Lag (Waktu IPO)

Lui & Li ( dalam Tian & Magginson 2007) mengemukakan bahwa waktu IPO berpengaruh positif terhadap underpricing.. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Chan et al (dalam Su, 2004), yang mengemukakan bahwa time lag (penyimpangan waktu) antara offering dan

listing berpengaruh positif terdadap underpricing IPO. Perusahaan dengan

time lag (penyimpangan waktu) l e b i h l a m a akan m eni n gk at k an re s i ko

i nves t o r s ehi n gga p e rus ah a an menetapkan harga IPO jauh dibawah nilai intrinsik (Chan et al, 2004). Untuk itu diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2.3 : Waktu IPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing.

4) Reputasi Underwriter

Menurut Suyatmin & Sujadi (2006) dan Dimovski & Brooks (2008) mengemukakan bahwa reputasi penjamin emisi (underwriter) berpengaruh negatif terhadap underpricing. Dalam proses IPO penjamin emisi bertanggung jawab atas terjadinya saham dan apabila saham masih tersisa, maka penjamin emisi berkewajiban untuk membelinya. Oleh karena itu, bagi penjamin emisi yang belum memiliki reputasi tentunya akan sangat hati-hati untuk menghindari risiko tersebut dengan cara menekan harga serendah mungkin. Berbeda dengan penjamin yang memiliki reputasi tinggi, mereka akan berani memberikan harga yang tinggi pula sebagai konsekuensi dan kualitas penjaminanya. Untuk itu diajukan


(51)

commit to user hipotesis sebagai berikut:

H2.4 : Reputasi underwriter berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing.

5) Reputasi Auditor

Auditor sebagai sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal berfungsi melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang akan melakukan go public. Auditor yang berkualitas akan mengurangi tingkat ketidakpasian dan menunjukkan bahwa informasi privat dari emiten mengenai prospect perusahaan tidak menyesatkan Suyatmin & Sujadi (2006). Menurut Suyatmin & Sujadi reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap terjadinya

underpricing. Sedangkan dalam penelitian syarifah (2009) tidak ditemukan

hubungan antara reputasi auditor dengan underpricing.

H2.5 : Reputasi auditor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing.


(52)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan event study, karena penelitian ini hanya mengamati suatu kejadian tertentu dengan melihat tanggal perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan menurut dimensi waktunya bersifat cross

sectional, yaitu penelitian yang hanya mengambil sampel waktu dan kejadian

pada suatu waktu tertentu saja. Sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah underpricing. Variabel ini dapat dideteksi melalui fenomena underpricing

melalui pengukuran initial return, yang merupakan return awal yang diterima pemodal.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang melakukan

Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2004-2008. Sampel dalam penelitian ini

dipilih dengan metode purposive sampling yaitu dengan kriteria: 1. Perusahaan IPO yang mengalami underpriced,

2. Data mengenai variabel keuangan dan variabel non-keuangan yang diperlukan tersedia.

C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui terbitan atau laporan suatu lembaga yang sudah ada dan tidak dikumpulkan langsung oleh peneliti (Suyono, 2003).


(53)

commit to user

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Data Base Pojok BEJ FE UNS. Data sekunder penelitian ini adalah daftar perusahaan yang go public diperoleh dari e-bursa.com, Indonesia Stock Exchange (IDX) Statistic dan Factbook tahun 2004 - 2008. Data mengenai variabel keuangan, nama auditor, underwriter, umur perusahaan yang go public diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory

(ICMD) tahun 2004 - 2008, prospektus perusahaan dan http//www.idx.co.id.

D. Definisi Operasional

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah underpricing. Variabel independen terdiri dari variabel keuangan yaitu return on asset (ROA), financial

leverage dan earning per share (EPS) dan variabel non keuangan yaitu persentase

penawaran saham (PPS), umur perusahaan (AGE), reputasi underwriter dan reputasi auditor.

1. Variabel Dependen

Underpricing

Tingkat underpriced adalah selisih antara harga saham pada waktu 1 hari setelah IPO dengan harga saham ketika IPO. Adapun cara perhitungan

underpricing yang dinyatakan dalam prosentase ini adalah sebagai berikut

(syarifah, 2009):


(54)

commit to user

2. Variabel Independen

a) ROA

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Variabel ini diproksi dengan Return On Asset (ROA) yang merupakan persentase perbandingan antara profit after tax dengan total assets :

b) Financial Leverage (FL)

Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar

hutangnya dengan ekuitas yang dimilikinya. Diukur dengan menggunakan rasio debt to equity yaitu rasio total utang terhadap modal perusahaan.

c) Firm Size (FS)

Firm size atau ukuran/skala perusahaan diukur dengan besarnya total asset

yang dimiliki perusahaan, hal ini untuk menginformasikan besaran perusahaan dengan nilai asset yang dimilikinya. Ukuran perusahaan dihitung dari log total aktiva perusahaan setahun sebelum melakukan penawaran perdana. Data mengenai total aktiva perusahaan diperoleh dari prospektus perusahaan atau dari ICMD.


(55)

commit to user

d) Operation Cash Flow (OCF)

Operation cash flow adalah jumlah cash yang dihasilkan dari operasi

perusahaan. The International Financial Reporting Standards mengartikan

operating cash flow sebagai cash yang dihasilkan dari operasi dikurangi pajak

dan biaya, income investasi yang diterima dan kurangi dividends yang dibayarkan.

e) Issue Price (IP)

Harga saham perdana adalah harga saham yang ditawarkan perusahaan pada saat IPO. Besaran harga saham perdana diukur dengan menghitung harga saham yang ditawarkan pada saat tahun melakukan IPO yang diperoleh dari prospektus perusahaan.

f) Persentase Penawaran Saham (PPS)

Menunjukkan berapa besar bagian dari modal disetor yang akan dimiliki oleh publik. Data diperoleh dari prospektus perusahaan atau dari ICMD.

g) Umur Perusahaan (AGE)

Umur perusahaan adalah untuk mengetahui seberapa lama perusahaan berdiri, dalam penelitian ini pengukuran umur perusahaan menggunakan umur tahun perusahaan berdiri sampai dengan perusahaan listing.

h) Time Lag (TL)

Merupakan jumlah hari yang berlalu antara tanggal IPO dengan hari pertama diperdagangkan di pasar sekunder atau time gap antara offering dengan listing (chan et al, 2001). Data mengenai tanggal IPO (offering) dan tanggal listing diperoleh dari prospektus perusahaan.


(56)

commit to user

i) Reputasi Underwriter (UDW)

Reputasi underwriter menggunakan variabel dummy yang pengukurannya menggunakan angka 1 untuk underwriter yang memiliki reputasi dan angka 0 untuk underwriter yang tidak memiliki reputasi. Dalam penelitian ini reputasi underwriter diukur berdasarkan peringkat besarnya nilai yang dijamin oleh underwriter. Emiten yang menggunakan jasa underwriter masuk peringkat 20 besar akan diberi nilai 1 sedangkan emiten yang menggunakan jasa

underwriter di luar 20 besar akan diberi nilai 0.

j) Reputasi Auditor (AUD)

Variabel ini menggunakan variabel dummy. Variabel ini ditentukan dengan menggunakan skala 1 untuk auditor yang sudah mempunyai reputasi bagus dan skala 0 untuk auditor reputasi kurang. Jika emiten menggunakan auditor yang termasuk dalam kategori big four dikategorikan reputasi bagus (1) dan sebaliknya bila di luar kategori big four dikategorikan reputasi kurang (0).

E. METODE ANALISIS DATA

1. Hipotesis Model I

Hipotesis model I menyatakan bahwa variabel keuangan yaitu return on

asset (ROA), financial leverage, OCF, issue price dan firm size berpengaruh


(57)

commit to user

Untuk menguji hipotesis model I digunakan model berikut :

dimana :

IPORETN = Underpricing

a = konstanta

b1 – 5 = koefisien regresi ROA = return on asset

OCF = Operation Cash Flow

FL = financial leverage IP = Issue Price

FS = firm size

= residual

2. Hipotesis Model II

Hipotesis model II menyatakan bahwa variabel non keuangan yaitu reputasi

underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, time lag, dan prosentase

penawaran saham berpengaruh terhadap underpricing. Untuk menguji hipotesis model II digunakan model berikut :

dimana :

IPORETN = Underpricing a = konstanta

b1 – 5 = koefisien regresi UND = reputasi underwriter AUD = reputasi auditor

PPS = persentase penawaran saham AGE = umur perusahaan

TL = Time lag


(58)

commit to user

3. Hipotesis Model III

Hipotesis Model III menyatakan bahwa variabel keuangan yaitu return on

asset (ROA), financial leverage, OCF, issue price dan firm size dan non

keuangan yaitu reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, time lag, dan prosentase penawaran saham secara simultan berpengaruh terhadap

underpricing.

Untuk menguji hipotesis model III digunakan model berikut :

4. Koefisien Determinasi (R2)

Dalam uji regresi linier berganda dianalisis pula besarnya koefisien regresi (R2) keseluruhan. R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen atau variabel terikat. R2 digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi berganda. R2 mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan variasi variabel terikatnya. Sebaliknya jika R2 mendekati 0 (nol) maka semakin lemah variabel bebas menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2002).

5. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk memperoleh data yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas data secara statistik menggunakan modification of

kolmogorov test. Apabila nilai sig (2- tailed) variabel independent yang bukan


(59)

commit to user

tailed) variabel independent yang bukan dummy kurang dari 0.05 maka data

tersebut tidak berdistribusi normal. Jika terdapat data yang tidak berdistribusi normal untuk normalitas data maka sebelum diuji hipotesisnya dilogaritmakan terlebih dahulu.

6. Uji Asumsi Klasik

Selain pengujian-pengujian diatas, dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian asumsi klasik, yang meliputi pengujian autokorelasi, multikolinieritas, dan uji heterocedastisitas.

a) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel bebas diantara satu dengan yang lainnya dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinieritas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan yang tinggi. Pengujian multikolinieritas dapat diamati dari Tolerance Value dan Value

Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance value > 0,1 dan nilai VIF < 10,

maka multikolinearitas tidak terjadi.

b) Uji Heterocedastisitas

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variable bebas dalam regresi mempunyai varian kesalahan pengganggu yang sama atau tidak. Salah satu cara untuk mendiagnosis adanya heterokedastisitas dalam suatu model regresi adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Adapun dasar pengambilan keputusan dengan melihat grafik scollater, yaitu bahwa :


(60)

commit to user

1. Jika ada pola tertentu yaitu membentuk pola yang teratur (menyempit kemudian melebar, bergelombang) maka terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, titik-titiknya menyebar di Sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Santoso, 2000:208).

c) Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti data time series) atau ruang ( seperti data

cross sectional). Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi

antara kesalahan pengganggu didalam suatu model regresi pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Untuk mendeteksi autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson (DW Test). Jika nilai DW terletak diantara du (DW minimal) dan 4-du (DW maksimal), maka tidak terjadi autokorelasi.


(61)

commit to user

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. POPULASI DAN SAMPEL

Pada bagian ini akan dikemukakan hasil analisis data dari pengolahan data dengan menggunakan alat model analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Persamaan regresi yang pertama untuk mengetahui pengaruh dari variabel keuangan terhadap underpricing. Persamaan regresi yang kedua untuk mengetahui pengaruh dari varabel non- keuangan, sedangkan persamaan regresi yang ketiga untuk mengetahui pengaruh keseluruhan variabel baik itu variabel keuangan maupun non-keuangan terhadap underpricing.

Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana pada periode 2004-2008. Menurut data pada fact book

dan IDX, pada periode 2004-2008 terdapat 74 perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh melalui metode purposive sampling adalah 50 perusahaan. Berdasarkan beberapa kriteria pengambilan sampel, terdapat 24 perusahaan yang tidak termasuk dalam sampel yaitu 9 perusahaan yang tidak mengalami underpricing dan 15 perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data untuk mendukung penelitian ini. Proses pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(62)

commit to user

SELEKSI PEMILIHAN SAMPEL

Perusahaan yang melakukan IPO periode 2004-2008 74 perusahaan Perusahaan yang tidak terpilih menjadi sampel :

-perusahaan yang prospektusnya tidak lengkap (15) perusahaan -perusahaan yang tidak mengalami underpricing (9) perusahaan Perusahaan yang terpilih menjadi sampel 50 perusahaan Sumber : data diolah

B. ANALISIS DATA

· Deskriptif Data Penelitian

TABEL IV.2

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

IPORETN 50 .02 .70 .3206 .24657

ROA 50 .02 22.29 4.7260 5.04799

FL 50 .00 1.14 .6256 .21552

FS 50 10.21 13.16 11.6638 .61640

OCF 50 -511585.00 380667.00 13697.4200 1.16745E5

IP 50 2.02 4.15 2.5070 .44177

PPS 50 .09 .72 .2753 .13461

AGE 50 3.00 46.00 18.2000 11.48557

TL 50 8.00 27.00 13.4400 3.65982

UDW 50 .00 1.00 .5000 .50508

AUD 50 .00 1.00 .3400 .47852

Sumber : data diolah

Dari tabel IV.2 di atas terlihat bahwa variabel dependen yaitu Underpricing (IPORETN) memiliki nilai minimum 0,02 yaitu pada perusahaan Aneka Kemasindo Utama Tbk, nilai maksimum 0,70 untuk perusahaan Cowell Development Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Bisi International Tbk, Bukit Darmo Property Tbk, Laguna Cipta Griya Tbk, Destinasi Tirta Nusantara Tbk dan Bekasi Asri Pemula Tbk. Nilai rata- rata IPORETN sebesar 0,3206 dengan


(63)

commit to user

standar deviasi sebesar 0,24657. ROA memiliki nilai minimum 0,02 yaitu pada perusahaan Truba Alam Manunggal E. Tbk, nilai maksimum 22,29 yaitu pada perusahaan PT Yanaprima Hastapersada Tbk, rata-rata sebesar 4,726 dan standar deviasi 5,04799. Financial Leverage memiliki nilai minimum 0,00 yaitu pada perusahaan Indosiar Karya Media Tbk, nilai maksimum 1,14 yaitu pada perusahaan Energi Mega Persada Tbk, rata-rata sebesar 0,6256 dan standar deviasi 0,21552. Firm Size memiliki nilai minimum 10,21 yaitu pada perusahaan Aneka Kemasindo Utama Tbk, nilai maksimum 13,16 yaitu pada Bank Ekonomi Raharja Tbk., rata-rata sebesar 11,6638, dan standar deviasi 0,61640. Operation

Cash Flow memiliki nilai minimum -511585 pada Bank Bumi Arta Tbk, nilai

maksimum 380667 pada Darma Henwa Tbk, rata-rata sebesar 13697,42 dan standar deviasinya 1,16745E5. Issue Price memiliki nilai minimum 2,02 pada perusahaan Asuransi Multi Artha Guna Tbk, nilai maksimum 4,15 pada perusahaan Indo Tambangraya Megah Tbk, rata-rata sebesar 2,5070 dan standar deviasinya 0,4417.

Prosentase saham memiliki nilai minimum 0,09 yaitu pada Bumi Serpong Damai Tbk, nilai maksimum 0,72 yaitu pada Indosiar Karya Media Tbk, rata-rata sebesar 0,2753 dan standar deviasi 0,13461. AGE memiliki nilai minimum 3 tahun yaitu pada Bumi Teknokultura Unggul Tbk, Energi Mega Persada Tbk, dan Aneka Kemasindo Utama Tbk. Nilai maksimum 46 tahun untuk PT Wijaya Karya Tbk, rata-rata sebesar 18,2 tahun dan standar deviasinya 11,48557 tahun. Time Lag memiliki nilai minimum 8 hari untuk perusahaan Total Bangun Persada Tbk, nilai maksimum 27 hari untuk perusahaan Bekasi Asri Pemula Tbk, rata-rata sebesar 13,44 hari dan standar deviasinya 3,65982 hari. Variabel Underwriter dan


(64)

commit to user

Auditor masing-masing merupakan variabel dummy, yang mempunyai nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1.

C. PENGUJIAN DATA

· Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data dilakukan untuk menguji apakah data terdistribusi secara normal. Pengujian normalitas ini dilakukan berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan probability value yang diperoleh dengan pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut:

- jika sig. > 0,05 maka data terdistribusi normal. - jika sig. < 0,05 maka data terdistribusi tidak normal.

TABEL IV.3

Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Kolmogorov-Smirnov Sig. kesimpulan

IPORETN 1,014 0,256 normal

ROA 1,242 0,092 normal

FL 0,761 0,609 normal

FS 0,574 0,897 normal

OCF 1,704 0,060 normal

IP 1,101 0,177 normal

PPS 0,954 0,322 normal


(1)

commit to user

daripada perusahaan yang masih baru (Syarifah, 2009). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Gerinta (2002), Su (2004) dan Suyatmin & Sujadi (2006) yang mengemukakan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap underpricing

Variabel TL tidak berpengaruh terhadap terjadinya underpricing. Hasil ini berbeda dengan penelitian Chan et al (2004) yang menunjukkan bahwa time lag berpengaruh positif terhadap terjadinya underpricing.

Variabel underwriter tidak berpengaruh terhadap terjadinya underpricing. Penelitian ini mendukung peneltian Misnen (2003) dalam hal ini underwriter yang memiliki reputasi tinggi tersebut dapat saja menggunakan reputasinya untuk menaikan harga saham perdana sehingga nantinya akan merugikan konsumen.

Variabel reputasi auditor menunjukkan tidak berpengaruh terhadap terjadinya underpricing. Hal tersebut kemungkinan disebabkan melemahnya kepercayaan investor terhadap kinerja auditor, walaupun emiten telah berusaha dengan menggunakan jasa auditor yang bereputasi baik dan berafiliasi dengan KAP asing. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syarifah (2009).

Koefisien determinasi adjusted R² pada persamaan regresi model II menunjukkan angka 0,049 artinya hanya 4,9 % dari variabel dependen yaitu underpricing yang dapat dijelaskan oleh variabel independen non keuangan. Sisanya sebesar 95,1 % dijelaskan oleh faktor - faktor lain di luar variabel penelitian ini.

3. Hipotesis Model III

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi berganda dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(2)

TABEL IV.18

Hasil Analisis Regresi Variabel Keuangan dan Non Keuangan terhadap Underpricing

Model Variabel Nilai F Nilai R2 Adj. R2 signifikansi

3 Regresi 2,115 0, 352 0, 185 0, 047

Sumber : data diolah

Variabel keuangan (return on asset, financial leverage, firm size, operation cash flow, issue price) dan Variabel non keuangan ( presentase saham, Age, time lag, underwriter, auditor) secara simultan berpengaruh positif terhadap terjadinya underpricing.

Berdasarkan analisis data diketahui tingkat signifikansi sebesar 0.047 pada derajat signifikansi (α) = 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan variabel keuangan yaitu return on asset, financial leverage, firm size, operation cash flow, Issue price dan Variabel non keuangan yaitu presentase saham, Age, time lag, underwriter, auditor secara simultan berpengaruh terhadap terjadinya underpricing.

Koefisien determinasi adjusted R² pada persamaan regresi model III menunjukkan angka 0,185 artinya 18,5% dari variabel dependen yaitu underpricing yang dapat dijelaskan oleh variabel independen keuangan dan non keuangan. Sisanya sebesar 81,5 % dijelaskan oleh faktor - faktor lain di luar variabel penelitian ini.

Peningkatan pada adjusted R² dari 0,095 pada regresi model I dan 0,049 pada regresi model II menjadi 0,185 pada regresi model III menunjukkan bahwa


(3)

commit to user

keputusan tersebut akan mempengaruhi harga saham perdana yang mengalami underpricing (Suyatmin & Sujadi, 2006).


(4)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dapat diperoleh kesimpulan bahwa:

1) Hasil uji F variabel keuangan (ROA, financial leverage, firm size, operation cash flow dan issue price) berpengaruh signifikan terhadap

Underpricing. Berarti dapat disimpulkan investor dalam

menginvestasikan dananya pada perusahaan yang akan go public memperhatikan variabel keuangan atau informasi akuntansi dari prospektus perusahaan. Secara partial variabel keuangan yaitu return on asset yang berpengaruh terhadap terjadinya underpricing. Sedangkan variable keuangan lainya financial leverage, firm size, operation cash flow, dan Issue price secara partial tidak berpengaruh terhadap terjadinya underpricing.

2) Hasil uji F variable non keuangan (prosentase saham, umur perusahaan, waktu ipo, underwriter dan auditor) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya underpricing. Secara partial variabel prosentase saham, umur perusahaan, waktu ipo, underwriter dan auditor juga tidak ada yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap underpricing. 3) Hasil uji F secara simultan variabel keuangan dan variabel non keuangan


(5)

commit to user

variable keuangan dan non keuangan berpengaruh terhadap terjadinya underpricing.

B. Keterbatasan

Beberapa keterbaasan penelitian ini yang perlu diperbaiki dalam penelitian selanjutnya adalah:

1) Penelitian ini hanya mempertimbangkan variabel keuangan yaitu return on asset, financial leverage, firm size, operation cash flow, issue price dan variabel non keuangan yaitu prosentase saham, umur perusahaan, waktu ipo, underwriter dan auditor.

2) Jangka waktu penelitian ini hanya menggunakan periode penelitian lima tahun sehingga sampel perusahaan yang melakukan penawaran perdana terbatas jumlahnya.

3) Penelitian ini hanya menggunakan data laporan keuangan perusahaan (return on asset, financial leverage, firm size, operation cash flow, issue price) untuk tahun terakhir sebelum perusahaan melakukan IPO, sehingga memiliki kelemahan dalam memprediksi kecenderungan (trend) data keuangan perusahaan sebelum IPO.

C. Saran

Berdasarkan analisis terhadap terdapat beberapa saran atau rekomendasi yang dapat diberikan sebagai berikut:


(6)

1) Bagi investor yang akan berinvestasi pada perusahaan yang melakukan IPO hendaknya mempertimbangkan variabel keuangan dan variabel non keuangan untuk mendapatkan initial return yang tinggi.

2) Bagi peneliti, penelitian yang akan datang diharapkan mengambil jangka waktu penelitian yang lebih panjang sehingga dapat dilihat pengaruh variabel keuangan maupun non keuangan terhadap underprincing. Pengkajian ulang tentang pengaruh variabel keuangan dan non keuangan terhadap underpricing dengan menghubungkan variabel yang lebih luas. Serta berusaha menghilangkan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, misalnya dengan menambah sampel penelitian dari perusahaan keuangan yang mengalami underpriced.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan terhadap Underpricing pada Saham Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (Periode Januari 2007 sampai dengan Juni 2012)

4 40 139

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN: SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA

0 74 8

Pengaruh variabel keuangan dan non keuangan Terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan initial public offering (ipo) Di bursa efek indonesia

0 5 120

Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Saham Perusahaan Yang Melakukan Initial Public OfferingDi Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2014

8 87 143

Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Saham Perusahaan Yang Melakukan Initial Public OfferingDi Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2014

0 0 10

Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Saham Perusahaan Yang Melakukan Initial Public OfferingDi Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2014

0 0 2

Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Saham Perusahaan Yang Melakukan Initial Public OfferingDi Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2014

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Initial Public Offering - Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan terhadap Underpricing pada Saham Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (Periode Januari 2007 sampai dengan Juni 201

0 0 37

ABSTRAK PENGARUH VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP UNDERPRICING PADA SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 11

Pengaruh variabel keuangan terhadap underpricing pada penawaran umum perdana [Initial Public Offering] di Bursa Efek Indonesia : studi empiris pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering [IPO] tahun - USD Repository

0 0 103