Peningkatan populasi ternak sebesar sepuluh persen menyebabkan kenaikan permintaan jagung oleh industri pakan ternak. Kenaikan permintaan
tersebut membawa pengaruh terjadinya peningkatan permintaan jagung nasional yang dampaknya menyebabkan harga jagung domestik naik. Kenaikan harga
tersebut membawa dampak berkurangnya permintaan jagung untuk konsumsi langsung dan permintaan jagung untuk industri pangan. Di sisi produksi, kenaikan
harga jagung menyebabkan minat petani untuk menanam jagung juga naik sehingga terjadi kenaikan luas areal jagung. Kenaikan luas areal jagung ini
membawa pengaruh terhadap kenaikan produksi jagung domestik. Kenaikan permintaan jagung terutama oleh industri pakan ternak
menyebabkan impor jagung dari Amerika juga meningkat sehingga secara umum terjadi peningkatan impor jagung nasional. Di sisi lain penurunan permintaan
jagung oleh industri pangan dan konsumsi langsung serta adanya peningkatan produksi dalam negeri menyebabkan impor jagung dari ASEAN turun. Hal ini
menunjukkan bahwa pemicu impor jagung dari Amerika adalah permintaan jagung oleh industri pakan ternak. Kenaikan impor dan kenaikan produksi jagung
menyebabkan penawaran jagung naik. Namun karena kenaikan permintaan lebih besar maka harga jagung domestik naik. Hal ini menyebabkan ekspor jagung
turun karena petani sudah cukup mendapatkan insentif dengan menjual hasil produksinya di dalam negeri.
6.2.6. Dampak Alternatif Kombinasi Kebijakan
Berbagai perubahan yang terjadi saat ini dimana krisis keuangan global menyebabkan terjadinya berbagai dampak dalam perekonomian negara-negara di
dunia termasuk Indonesia. Sementara itu, tekanan dibukanya perdagangan
menyebabkan dampak tersebut semakin dirasakan sektor pertanian, termasuk perdagangan jagung karena Indonesia adalah net importir jagung. Permintaan
jagung yang tinggi terutama dengan semakin berkembangnya sektor peternakan menyebabkan ketergantungan Indonesia terhadap impor semakin tinggi. Simulasi
kombinasi berbagai kebijakan dipandang cukup relevan untuk mencerminkan kondisi yang terjadi saat ini sehingga dapat diketahui bagaimana dampaknya
terhadap kinerja perdagangan jagung. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kombinasi Kebijakan, Tahun 1993-2006
Perubahan Peubah
Nilai Dasar Nilai
Simulasi Kebijakan
Unit LAJ Luas Areal Jagung
3 386 791 3 380 199
-6 592 -0.195
PRJ Produktivitas Jagung 2.930
2.932 0.003
0.089 QJ Produksi Jagung
9 952 254 9 940 183
-12 071 -0.121
QS Penawaran Jagung 10 222 150
10 292 835 70 685
0.691 DPT Permintaan oleh Industri Pakan
Ternak 2 67 960
2 702 833 134 873
5.252 DKL Permintaan untuk Konsumsi
Langsung 913 415
939 186 25 771
2.821 DIP Permintaan oleh Industri
Pangan 7 675 683
6 356 854 -1 318 829
-17.182 QD Permintaan Jagung
11 157 057 9 998 873
-1 158 184 -10.381
MUS Impor Jagung dari Amerika Serikat
220 970 282 948
61 978 28.048
MAT Impor Jagung dari ASEAN -511 390
-493 080 18 310
-3.580 MJ Impor Jagung
379 930 460 217
80 287 21.132
XJ Ekspor Jagung 110 034
107 566 -2 468
-2.243 HJR Harga Jagung Domestik
12 028.9 11 895.7
-133.2 -1.107
Penurunan harga jagung dunia diikuti dengan penurunan harga domestik sebagai konsekuensi dari posisi Indonesia sebagai small country dan net importir
jagung. Penurunan harga jagung tersebut di sisi produksi menurunkan produksi jagung nasional akibat penurunan luas areal jagung. Keengganan petani untuk
membudidayakan jagung membawa pengaruh pada penurunan luas arealnya.
Meskipun produksi dalam negeri turun, penawaran jagung nasional mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena impor jagung mengalami
kenaikan tajam, terutama impor dari Amerika akibat penurunan harga jagung dunia dan kenaikan permintaan jagung oleh industri pakan ternak. Kenaikan
permintaan terjadi pada permintaan oleh industri pakan ternak akibat kenaikan populasi ternak sebagai dampak dari Revolusi Peternakan. Kenaikan impor jagung
dari Amerika yang sangat besar ini patut menimbulkan kewaspadaan pemerintah untuk mengantisipasinya karena jika dibiarkan semakin lama akan menimbulkan
semakin besarnya ketergantungan Indonesia terhadap impor jagung. Hal ini kurang menguntungkan bagi petani, terbukti dengan penurunan luas areal jagung.
Ekspor jagung juga menurun karena produksi jagung dalam negeri menurun dan harga dunia juga menurun. Produktivitas jagung memang masih naik sebagai
akibat dari digalakkannya pengembangan jagung melalui berbagai penelitian dan pengadaan tenaga penyuluh lapang, namun peningkatan produktivitas ini belum
mampu menyeimbangkan penurunan luas areal jagung untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri, padahal permintaan jagung semakin meningkat.
Untuk itu jika pemerintah ingin menerapkan kebijakan liberalisasi perdagangan, maka pemerintah harus bisa menaikkan produksi jagung dalam negeri agar
ketergantungan Indonesia terhadap impor jagung tidak semakin besar.
VII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN