Persiapan Bahan a. Residu Sulfur Dioksida SO

54 dapat menyebabkan rasa gatal pada kulit dan iritasi pada mulut dan tenggorokan apabila tertelan. Menurut Lazenby 1998 di dalam Kurdi 2002, timbulnya rasa gatal terutama disebabkan oleh raphide yang tidak dikelilingi atau ditutupi semacam getah, sehingga dapat melakukan kontak secara langsung dengan kulit, lidah,bibir, dan langit-langit mulut ketika dikunyah. Gambar 21. Mikrostruktur Kalsium Oksalat pada Umbi Iles-iles Segar dengan Mikroskop Polarisasi perbesaran 400 kali Kristal kalsium oksalat terdapat di dalam dan di luar sel mannan. Selain berbentuk jarum, kristal kalsium oksalat juga terdapat dalam bentuk druse bulat, prisma, rectangular, bentuk pensil, dan pararellogram rhomboid Horner and Wagner, 1995. Kristal kalsium oksalat yang terdapat pada umbi iles-iles umumnya berbentuk jarum, seperti terlihat pada Gambar 21.

2. Persiapan Bahan a. Residu Sulfur Dioksida SO

2 Irisan Iles-iles Basah pada Perendaman Berbagai Konsentrasi Natrium Metabisulfit Sulfit merupakan salah satu bahan yang seringkali digunakan untuk mengawetkan dan mencegah terjadinya reaksi pencoklatan browning pada bahan pangan. Sulfit umumnya digunakan dalam bentuk gas SO 2 , garam natrium atau kalium sulfit Na 2 SO 3 atau K 2 SO 3 , garam natrium atau kalium bisulfit NaHSO 3 atau KHSO 3 , dan garam natrium atau 10 μm 55 kalium metabisulfit Na 2 S 2 O 5 atau K 2 S 2 O 5 . Sulfit dapat berinteraksi dengan gugus karbonil. Hasil reaksi ini akan mengikat melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna coklat Winarno, 1993. Melanoidin dibentuk pada reaksi Maillard, yang artinya sulfit dapat mencegah reaksi pencoklatan non enzimatis. Selain itu sulfit dapat menghambat reaksi pencoklatan enzimatis dimana sulfit dapat mengikat logam Cu pada sisi aktif enzim fenolase Josln dan Ponting, 1957 dalam Handoko,2010, mereduksi kuinon menjadi difenol Eskin et al., 1971 di dalam Handoko, 2010, dan mengikat O 2 Schwimmer, 1981 dalam Handoko, 2010. Penelitian ini menggunakan dua parameter untuk menentukan konsentrasi natrium metabisulfit yang digunakan, yaitu residu sulfit dan derajat kecerahan pada irisan iles-iles. Menurut Chichester dan Tanner 1972 pada konsentrasi yang rendah sulfit yang ikut termakan pada bahan pangan akan dioksidasi menjadi sulfat di dalam tubuh dan dikeluarkan dari tubuh melalui urine. Akan tetapi, jika sulfit digunakan pada konsentrasi yang tinggi akan mempengaruhi aroma bahan pangan dan bersifat toksik. Menurut Chichester dan Tanner 1972 residu sulfit pada bahan pangan tidak boleh melebihi 500 ppm dihitung sebagai SO 2 . Pengukuran residu sulfit irisan iles-iles yang direndam pada berbagai konsentrasi natrium metabisulfit Gambar 22 menunjukkan bahwa irisan iles-iles dengan konsentrasi perendaman Na-metabisulfit 500 ppm memiliki residu sulfit terendah, sedangkan residu sulfit tertinggi terdapat pada irisan iles-iles dengan konsentrasi perendaman Na-metabisulfit 2500 ppm. Error bars pada Gambar 22 menunjukkan residu sulfit pada irisan iles-iles dengan konsentrasi perendaman 2500 ppm tidak berbeda nyata dengan residu sulfit pada irisan iles-iles dengan konsentrasi perendaman 3000 ppm. Peningkatan residu sulfit mempunyai korelasi positif dengan peningkatan konsentrasi perendaman Na-metabisulfit yang digunakan. Korelasi tersebut dapat digambarkan dengan persamaan y=321.4 x 0.887 , dimana x adalah konsentrasi perendaman Na-metabisulfit yang digunakan dalam iles-i Gam

b. D

D kons penc secar hany tidak 2002 karen perco tray Chro iles-i Res idu Sulfit ppm m satuan ppm iles dalam sa mbar 22. R Pe Derajat K Dikeringkan Pengukur sentrasi Na coklatan br ra enzimatis ya terbatas p k diinginkan 2. Derajat na selama obaan ini, pe y dryer . Derajat k omameter CR iles basah da 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 Re sidu Sulfit ppm m dan y ada atuan ppm. Residu Sulfit erendaman N Kecerahan n ran derajat a-metabisulfi owning yan s dan non en pada peruba n dan menu kecerahan proses pen engeringan d kecerahan R-300. Data an kering dap 500 100 Ko alah residu su t Irisan Iles Na-metabisu Irisan Ile t kecerahan it yang e ng terjadi. nzimatis. Ak ahan warna urunnya nila diukur pada ngeringan te dilakukan de lightness d a lengkap pe pat dilihat p 00 1500 onsentrasi Na ulfit yang te s-iles pada ulfit es-iles Seb n dilakukan fektif dala Reaksi pen kibat dari re tetapi juga ai gizi bahan a irisan bas erjadi prose engan mengg diukur deng engukuran de ada Gambar 2000 a-metabisulfi erukur pada i Berbagai K belum dan n untuk m am menceg coklatan da aksi pencok munculnya n pangan L sah dan iris es pencokla gunakan pen gan menggu erajat kecera r 23 dan Lam y = 3 R² 2500 it ppm 56 irisan umbi Konsentrasi n Setelah mengetahui gah reaksi apat terjadi klatan tidak rasa yang Lamikanra, san kering atan. Pada ngering rak unakan alat ahan irisan mpiran 2. 21,4x 0,887 = 0,976 3000 57 Gambar 23. Derajat Kecerahan Irisan Basah sebelum dikeringkan dan Irisan Kering setelah dikeringkan pada Perendaman Berbagai Konsentrasi Na-metabisulfit. Data merupakan rata-rata dari tiga kali pengukuran pada setiap sampel. Dari Gambar 23 terlihat bahwa terjadi penurunan derajat kecerahan pada irisan iles-iles setelah dikeringkan dengan menggunakan tray dryer. Selama proses pengeringan terjadi reaksi pencoklatan browning yang menyebabkan tingkat kecerahan pada irisan iles-iles tersebut mengalami penurunan. Dengan adanya perendaman natrium metabisulfit diharapkan dapat mengurangi penurunan derajat kecerahan yang dapat mempengaruhi kualitas tepung mannan yang dihasilkan. Berdasarkan error bar yang terlihat pada Gambar 23, derajat kecerahan pada irisan basah umbi iles-iles segar perendaman Na- metabisulfit 0 ppm memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan irisan basah iles-iles yang diberi perlakuan perendaman natrium metabisulfit pada berbagai konsentrasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa natrium metabisulfit dapat mengurangi terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis yang disebabkan kontak antara enzim fenolase pada umbi dengan udara. Nilai derajat kecerahan pada irisan basah umbi iles-iles yang diberi perlakuan perendaman natrium metabisulfit pada berbagai konsentrasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dari Gambar 23 terlihat juga bahwa nilai derajat kecerahan irisan basah iles-iles cenderung konstan dengan meningkatnya konsentrasi perendaman natrium metabisulfit. Oleh karena itu, nilai derajat kecerahan irisan basah iles-iles 10 20 30 40 50 60 70 80 90 500 1000 1500 2000 2500 3000 Der a jat Ke ce raha n Konsentrasi Perendaman ppm Irisan Umbi Basah Irisan Umbi Kering 58 tidak dapat dijadikan parameter untuk menentukan konsentrasi perendaman natrium metabisulfit yang digunakan. Pada irisan iles-iles yang telah mengalami pengeringan, derajat kecerahan irisan iles-iles segar perendaman natrium metabisulfit 0 ppm memiliki nilai yang paling rendah dan nilainya tidak berbeda nyata dengan irisan iles-iles yang direndam dengan natrium metabisulfit konsentrasi 500 ppm. Derajat kecerahan irisan kering iles-iles segar berbeda nyata dengan derajat kecerahan irisan kering iles-iles yang direndam dengan natrium metabisulfit konsentrasi 1000, 1500, 2000, 2500 dan 3000 ppm. Dari Gambar 23 juga terlihat bahwa derajat kecerahan irisan kering iles-iles cenderung mengalami peningkatan dengan meningkatnya konsentrasi perendaman natrium metabisulfit. Hal tersebut menunjukkan bahwa natrium metabisulfit dapat mengurangi terjadinya reaksi pencoklatan non enzimatis. Dari Gambar 23 juga dapat dilihat bahwa perbedaan nilai derajat kecerahan antara irisan iles-iles basah dan irisan iles-iles kering semakin menurun dengan meningkatnya konsentrasi perendaman Na-metabisulfit. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi perendaman Na-metabisulfit, efektifitas penghambatan reaksi pencoklatan pada irisan iles-iles juga semakin tinggi. Tabel 5 menunjukkan nilai derajat hue dari irisan umbi iles-iles basah sebelum dikeringkan dan irisan umbi kering setelah dikeringkan pada berbagai konsentrasi perendaman Na-metabisulfit. Nilai a dan b pada Tabel 5 merupakan rata-rata dari tiga kali pengukuran. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa berdasarkan nilai derajat hue, umbi iles-iles sebelum dan setelah perendaman pada setiap konsentrasi perendaman menunjukkan warna yang sama yaitu warna kuning, sehingga parameter warna yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi perendaman Na- metabisulfit adalah derajat kecerahan dari umbi iles-iles. 59 Tabel 5. Data Nilai a, b, dan Hue pada Irisan Iles-iles Sebelum dan Setelah Dikeringkan pada Perendaman Berbagai Konsentrasi Na-metabisulfit. Perlakuan perendaman Na- metabisulfit Sebelum dikeringkan Setelah dikeringkan a b hue warna a b hue warna Segar -1.53 36.81 92.38 kuning 2.04 24.14 85.17 kuning 500 ppm -3 41.35 94.15 kuning -1.72 29.48 93.34 kuning 1000 ppm -3.96 38.07 95.94 kuning -1.1 34.66 91.82 kuning 1500 ppm -3.4 42.57 94.57 kuning -1.84 31.2 93.38 kuning 2000 ppm -3.32 39.52 94.8 kuning -1.77 32.83 93.09 kuning 2500 ppm -3.13 40.51 94.42 kuning -1.5 45.24 91.9 kuning 3000 ppm -3.76 39.4 95.45 kuning -2.29 34.3 93.82 kuning Berdasarkan data residu sulfit dan derajat kecerahan pada irisan iles-iles, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi perendaman natrium metabisulfit yang digunakan adalah 1000 ppm, dimana nilai derajat kecerahannya berbeda nyata dengan derajat kecerahan irisan kering iles- iles segar. Selain itu walaupun nilai residu sulfit pada irisan iles-iles basah konsentrasi 1000 ppm masih di atas batas aman 500 ppm, residu ini masih akan berkurang nilainya dengan adanya proses pengolahan lebih lanjut seperti proses pengeringan atau penepungan pada umbi iles-iles tersebut.

3. Ekstraksi Glukomannan a.