20
Gambar 1. Kategori Valuasi Ekonomi Barang dan Jasa Lingkungan 2.6
Penggunaan Valuasi Ekonomi Lingkungan
Valuasi lingkungan digunakan untuk memudahkan perbandingan antara nilai lingkungan hidup environmental values dan nilai pembangunan
development values. Valuasi ekonomi lingkungan seharusnya merupakan suatu bagian integral dari prioritas pembangunan sektoral dalam menentukan
keseimbangan antara konservasi dan pembangunan, serta dalam memilih standar lingkungan sanim, 2006
2.7 Nilai Ekonomi Kehutanan
Hutan beserta hasilnya merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berdasarkan bentuk atau
wujudnya, manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : manfaat tangible langsungnyata dan manfaat intangible tidak langsungtidak nyata. Manfaat
Total Economic Value
Use Value Non Use
Value
Nilai Guna Langsung
Direct Use Value
Makanan Biomasa
Rekreasi
Nilai Guna Tidak Langsung
Indirect Use Value
Fungsi ekologis, Pengendalian banjir
Nilai Guna Pilihan
Option Value
Kekayaan hayati
Konservasi habitat
Nilai Keberadaan
Existence Value
Habitat spesies yang
hampir punah
21 tangible
antara lain: kayu, hasil hutan ikutan dan lain-lain. Sedangkan manfaat intangible
antara lain: pengaturan tata air, rekreasi, pendidikan, kenyamanan lingkungan, dan lain-lain. Berdasarkan kemampuan untuk dipasarkan, manfaat
hutan juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu : manfaat marketable dan manfaat non-marketable
. Manfaat hutan yang tergolong non-marketable adalah barang dan jasa hasil hutan yang belum dikenal nilainya atau belum ada pasarnya seperti
beberapa jenis kayu lokal, kayu energi, binatang, dan seluruh manfaat intangible.
2.8 Konsep Hutan dan Hukum Kehutanan
Biro Hukum dan Organisasi Kementrian Kehutanan merumuskan, bahwa hukum kehutanan adalah kumpulan himpunan peraturan baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersangkut paut dengan pengurusannya. Dengan demikian dapat dirumuskan
bahwa hukum kehutanan meliputi: adanya kaidah hukum kehutanan baik tertulis maupun tidak tertulis, mengatur hubungan antara negara dengan hutan dan
kehutanan dan mengatur hubungan antara individu perorangan dengan hutan dan kehutanan.
Pengertian hutan pada pasal 1 ayat 2 UU Nomor 41 Tahun 1999 UU Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi UU, dinyatakan bahwa suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya dapat
dipisahkan. Dengan demikian, dari pengertian di atas ada beberapa unsur yakni: 1. Unsur lapangan yang cukup luas minimal ¼ hektar yang disebut tahah hutan;
22 2. Unsur pohon kayu, bambu, palem, flora dan fauna;
3. Unsur lingkungan; 4. Semua unsur merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sedangkan
kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
Hutan sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat, cenderung menurun kondisinya. Oleh karena itu
keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara lestari dan diurus dengan akhlak mulia, adil, arif dan bijaksana, terbuka,
profesional, serta bertanggunjawab. Pasal 5 UU Nomor 41 Tahun 1999 UU Nomor 19 Tahun 2004, ditentukan empat jenis hutan, yaitu berdasarkan
statusnya; fungsinya; tujuan khusus; dan pengaturan iklim mikro, estetika, dan resapan air.
Pengurusan hutan yang ada bertujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya serta serbaguna dan lestari untuk kemakmuran rakyat.
Pengurusan hutan , meliputi kegiatan penyelenggaran: a. perencanaan kehutanan
b. pengelolaan hutan c. penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan
kehutanan d. pengawasan.
23
2.9 Konsep Garden City