Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal 9 diatur bahwa pencipta dan pemegang hak cipta memiliki hak ekonomi untuk
melakukan:
43
B. Syarat dan Cara Pengalihan Hak Ekonomi
a. penerbitan ciptaan; b. penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya;
c. penerjemahan ciptaan; d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan;
e. pendistribusian ciptaan atau salinannya; f. pertunjukan ciptaan;
g. pengumuman ciptaan; h. komunikasi ciptaan; dan
i. penyewaan ciptaan.
Berbeda dari bidang-bidang HKI lain, hak cipta lahir bukan karena pendaftaran, artinya, hak cipta termasuk telah dimiliki oleh penciptanya pada saat
lahirnya karya cipta yang bersangkutan. Hal ini merupakan prinsip pokok yang mendasari hak cipta. Namun, prinsip dasar ini tidak menghalangi pencipta untuk
mendaftarkan karyanya seperti yang diatur pada bagian lain dari undang-undang ini.
44
Anggota TRIPs dan negara-negara peserta Konvensi Bern harus secara otomatis memberikan perlindungan terhadap ciptaan yang dilindungi hak cipta.
43
Pasal 9 UUHC.
44
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs Bandung : PT. Alumni, 2005, hlm. 117.
Sejumlah negara seperti Amerika Serikat memiliki sistem pendaftaran untuk hak cipta. Akan tetapi, guna memenuhi ketentuan TRIPs ditetapkan bahwa untuk
memperoleh perlindungan atas hak cipta, pendaftaran tersebut haruslah bersifat sukarela dan tidak dianggap sebagai suatu kewajiban. Prinsip ini tercantum dalam
UUHC Indonesia.
45
Hak cipta tidak memerlukan pendaftaran dan bersifat otomatis, namun demikian dianjurkan kepada pencipta maupun pemegang hak cipta untuk
mendaftarkan ciptaannya, karena surat pendaftaran ciptaan tersebut dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di
kemudian hari terhadap ciptaan tersebut.
46
Pendaftaran ciptaan ini amat berguna untuk memudahkan pembuktian dalam hal terjadi sengketa mengenai hak cipta, dan kepada hakim diserahkan
kewenangan untuk mengambil keputusan. Karena ciptaan yang tidak didaftarkan akan lebih sukar dan lebih memakan waktu pembuktian hak ciptanya dari ciptaan
yang didaftarkan. Dengan telah didaftarkan ciptaan tersebut berarti orang yang namanya tersebut dalam daftar umum ciptaan dianggap sebagai pencipta atau
pemegang hak milik atas suatu ciptaan, kecuali terbukti sebaliknya. Selama tidak ada gugatan dan gugatan tersebut belum terbukti, orang yang namanya terdaftar
dalam Daftar Umum Ciptaan tetap dianggap sebagai pencipta atau pemegang hak milik atas karya cipta atau ciptaan tersebut. Sebaliknya jika orang yang
mengajukan gugatan itu dapat membuktikan dirinya sebagai pencipta atau pemegang hak cipta, pencipta yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum
45
Tim Lindsey, ed., Op. Cit.,hlm. 107.
46
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm. 119.
Ciptaan tersebut menjadi gugur dan ia menjadi pencipta atau pemegang hak milik atas karya cipta atau ciptaan tersebut, setelah dibuktikan melalui pengadilan.
47
1. Pencatatan ciptaan dan produk hak terkait diajukan dengan permohonan secara
tertulis dalam bahasa indonesia oleh pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait, atau kuasanya kepada menteri.
Selain itu penting bagi seorang pencipta untuk memiliki bukti yang jelas bahwa dirinya adalah pencipta atau pemilik hak cipta. Hal ini juga tentunya
diperlukan kebenarannya pada saat terjadinya pengalihan hak dalam hak cipta. Sebab yang berwenang mengalihkan suatu hak cipta adalah pencipta atau pemilik
hak cipta yang sebenarnya dan sah. Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 diatur bahwa terhadap
ciptaan dilakukan pencatatan, bukan lagi pendaftaran. Sama halnya dengan pendaftaran, pencatatan ciptaan bukanlah suatu syarat mutlak untuk memperoleh
hak cipta. Adapun tata cara pencatatan ciptaan diatur pada bagian kedua khususnya Pasal 66 UUHC 2014, yaitu sebagai berikut:
2. Permohonan tersebut dilakukan secara elektronik danatau non elektronik
dengan: a. menyertakan contoh ciptaan, produk hak terkait, atau penggantinya;
b. melampirkan surat pernyataan kepemilikan ciptaan dan hak terkait; dan c. membayar biaya.
Permohonan pencatatan yang telah diterima, kemudian diterbitkan surat pencatatan ciptaan dan mencatat dalam daftar umum ciptaan oleh menteri
.
47
Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia Bandung : PT. Alumni, 2003, hlm. 137.
Adapun daftar umum ciptaan dapat dilihat oleh semua orang tanpa dipungut biaya. Sedangkan surat pencatatan ciptaan jika tidak terbukti sebaliknya, akan
menjadi bukti awal kepemilikan suatu ciptaan atau hak terkait. Sebagai hak milik kebendaan, hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik
status maupun penguasaannya, kepada orang lain. Dengan pengertian yang sama, pencipta atau pemegang hak cipta dapat mengalihkan hak cipta, baik untuk
seluruh hak yang melekat maupun sebagian dari hak-hak itu, kepada orang lain. Pasal 16 UUHC 2014 mengatur norma yang menjadi dasar bagi pengalihan
ciptaan, dimana disebutkan bahwa hak cipta merupakan benda bergerak tidak berwujud serta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh maupun sebagian
karena:
48
1. pewarisan;
2. hibah;
3. wakaf;
4. wasiat;
5. perjanjian tertulis; atau
6. sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan per undang-
undangan. Pengalihan hak cipta inilah yang kemudian dapat menyebabkan perubahan
dalam daftar umum ciptaan, baik nama, alamat, dan sebagainya. Disebutkan dalam Pasal 76 ayat 1 UUHC 2014 bahwa pengalihan hak atas pencatatan
ciptaan dan produk hak terkait sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat 1
48
Pasal 16 UUHC.
UUHC 2014 dapat dilakukan jika seluruh hak cipta atas ciptaan tercatat dialihkan haknya kepada penerima hak.
Perubahan nama danatau alamat orang atau badan hukum yang namanya tercatat dalam daftar umum ciptaan sebagai pencipta, pemegang hak cipta, atau
pemilik produk hak terkait dilakukan dengan mengajukan permohonan tertulis dari pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik produk hak terkait yang menjadi
pemilik nama dan alamat tersebut kepada menteri. Perubahan nama danatau alamat orang atau badan hukum yang namanya tercatat dalam daftar umum
ciptaan sebagai pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik produk hak terkait dicatat dalam daftar umum ciptaan dengan dikenai biaya.
49
49
Pasal 78 UUHC.
Ciptaan atau karya cipta yang merupakan produk pikir manusia mempunyai nilai, dan dianggap sebagai kekayaan yang tidak berwujud
intangible. Karenanya, benda tidak berwujud tersebut menimbulkan manfaat ekonomi economic benefit yang dapat dikatakan juga menimbulkan konsep
kekayaan. Konsep ekonomi dan kekayaan inilah yang kemudian selanjutnya karya-karya intelektual disebut sebagai benda tidak berwujud yang berguna bagi
pemiliknya. Pengalihan hak cipta melalui pewarisan dan wasiat pengaturannya terdapat
dalam UUHC 2014 yaitu dalam Pasal 19 ayat 1 yang menyebutkan bahwa hak cipta yang dimiliki pencipta yang belum, telah, atau tidak dilakukan
pengumuman, pendistribusian, atau komunikasi setelah penciptanya meninggal dunia menjadi milik ahli waris atau milik penerima wasiat.
Peralihan hak cipta karena warisan berlaku prinsip-prinsip hukum waris. Hak cipta merupakan salah satu harta kekayaan pewaris yang menjadi objek
warisan. Hak cipta diwariskan setelah pencipta atau pemegang hak cipta pewaris meninggal dunia. Ahli waris yang berhak mewaris diutamakan adalah golongan
pertama suami istri yang masih hidup dan anak, dan keturunannya, dan apabila tidak ada baru ahli waris golongan berikutnya. Jika ahli warisnya warisnya lebih
dari satu orang tidak menjadi masalah dalam menerima warisan karena hak cipta dapat dimiliki oleh mereka secara bersama-sama.
Hak Kekayaan Intelektual yang beralih karena pewarisan terjadi berdasarkan ketentuan undang-undang. Artinya, tanpa memerlukan akta lebih
dahulu kekayaan intelektual beralih kepemilikannya kepada ahli waris karena ketentuan undang-undang. Pewaris yang sudah meninggal dunia tidak mungkin
dapat membuat akta, dan kekayaan intelektual itu beralih secara otomatis sejak meninggalnya pemilik hak. Akan tetapi, HKI selain dari pewarisan dapat
dialihkan secara tertulis dengan akta karena pihak yang mengalihkan itu masih hidup.
50
Pengalihan melalui wasiat, dimana pewaris yang mempunyai hak cipta dapat mewasiatkan kepada seseorang dengan wasiat terbuka atau tertutup. Dalam
surat wasiat harus menyebutkan bahwa objek wasiat berupa hak cipta atas suatu ciptaan di bidang ilmu, seni atau kebudayaan dan menjelaskan bentuknya. Apabila
ciptaan pewaris telah didaftarkan di Dirjen HKI perlu disebutkan tanggal penerimaan pendaftaran ciptaan maupun nomor pendaftaran ciptaan yang telah
50
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 183.
terdaftar di daftar umum ciptaan. Surat wasiat ini berlaku setelah pewaris meninggal dunia.
Jangka waktu perlindungan hak cipta melalui pewarisan atau wasiat tersebut diatur dalam Pasal 58 UUHC 2014 yang menyebutkan bahwa
perlindungan terhadap hak cipta berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70 tujuh puluh tahun setelah pencipta meninggal dunia,
terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. Dalam hal ciptaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 58 ayat 1 UUHC 2014 dimiliki oleh 2 dua
orang atau lebih, pelindungan hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung selama 70 tujuh puluh tahun
sesudahnya, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. Pengalihan hak ekonomi melalui hibah dapat dilakukan dengan membuat
akta hibah di hadapan seorang notaris. Apabila tidak paham caranya maka pemegang hak cipta mengutarakan niatnya kepada notaris yang nantinya langsung
dibuatkan aktanya sehingga yang bersangkutan tinggal menandatangani akta bersama notaris dan para saksi yang biasanya pegawai notaris. Dengan dasar akta
hibah tersebut penerima hibah sah sebagai pemegang hak atas suatu ciptaan yang pada akhirnya berhak menjalankan hak eksklusifnya.
Pengalihan hak cipta melalui wakaf merupakan perwujudan pengamalan amanat UUD 1945. Hak cipta yang pada awalnya merupakan hak ekslusif bagi
penciptapemegang hak cipta dialihkan haknya untuk diabdikan kemanfaatan ekonominya demi kepentingan ibadah dan kesejahteraan umum sesuai dengan
jangka waktu yang telah ditetapkan UUHC, sehingga dapat menjadi amal jariyah
yang terus mengalir meskipun pencipta tersebut telah meninggal dunia. Pengalihan hak cipta melalui wakaf ini dapat mengacu pada ketentuan undang-
undang Wakaf. Untuk mendapat kepastian hukum hak cipta yang telah diwakafkan tersebut seyogyanya didaftarkan oleh PPAIW ke Direktorat Jenderal
HKI. Cara pengalihan hak ekonomi yang selanjutnya adalah melalui perjanjian
tertulis. Bentuk perjanjian yang dimaksudkan dalam UUHC bukan hibah seperti di atas akan tetapi lebih cenderung kepada perjanjian timbal balik dimana kedua
belah pihak yang melakukan perjanjian mempunyai hak-hak dan kewajiban- kewajiban yang sambil bertimbal balik antara satu dengan yang lainnya. Apabila
bentuk perjanjian yang bertimbal balik maka perjanjian dapat berupa perjanjian jual beli atau perjanjian tukar menukar. Pemegang hak cipta dapat menjual hak
ciptanya kepada orang lain, atau menukarkan hak ciptanya dengan barang lain. Kedua perjanjian tersebut berakibat beralihnya hak milik atas suatu benda.
51
Beralihnya hak cipta karena sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan antara lain dapat dikarenakan putusan pengadilan.
Persoalan hak cipta yang diselesaikan secara perdata dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan dan yang berwenang adalah pengadilan niaga. Dalam
sengketa mengenai hak cipta ibaratnya ada dua pihak yang sedang berebut siapa yang paling berhak atas hak cipta, kemudian pengadilan sesuai dengan
kewenangannya menentukan salah satu pihak sebagai pemilik hak cipta. Dalam putusan pengadilan ditetapkan dengan jelas siapa yang memiliki hak cipta atas
51
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm. 35.
suatu ciptaan. Disinilah seeorang memperoleh hak cipta karena ditetapkan dalam putusan pengadilan.
52
Secara umum, pengalihan hak cipta akan memberi kemudahan dalam pengelolaan hak-hak serta kewajiban terkait dengan ciptaan. Misalnya dalam
masalah perlisensian. Pengalihan hak cipta seperti itu lebih memungkinkan diadministrasikan dengan baik, dengan bukti-bukti kepemilikan yang jelas,
sebagaimana asset berharga lainnya. Dengan begitu, hak cipta sebagai asset juga dimungkinkan untuk digunakan sebagai agunan dalam transaksi utang di bank
atau pinjaman uang di lembaga keuangan lainnya collateral. Pengalihan kepemilikan hak cipta sering kali lebih didasari oleh kebutuhan
praktis. Misalnya, karena pencipta tidak dalam posisi yang memungkinkan atau tidak memiliki kemampuan untuk mengeksploitasi sendiri ciptaannya.
53
1. adanya kesepakatan;
Pengalihan hak cipta selain harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UUHC, para pihak juga harus menggunakan KUH Perdata sebagai
syarat yang dipenuhi untuk sahnya perjanjian. Pasal 1320 KUH Perdata menetapkan 4 syarat, yaitu:
2. kemampuan untuk membuat perikatan;
3. adanya hal tertentu yang diperjanjikan;
4. adanya sebab yang halal.
52
Ibid, hlm. 39.
53
Henry Soelistyo, Op. Cit., hlm. 98.
Hak cipta pada dasarnya dapat diserahkan pengelolaannya kepada orang lain melalui pengalihan atau lisensi. Untuk dapat berlaku mengikat, keduanya
harus dilakukan secara tertulis. Intinya pengalihan hak cipta harus dilakukan secara tertulis, dengan
ataupun tanpa akta notaris. Sebab pengalihan hak cipta dapat pula dinyatakan tidak berlaku oleh pengadilan bila pelaksanaannya bertentangan dengan kebijakan
di bidang perekonomian. UUHC memiliki norma seperti itu yang dibakukan dalam pengaturan mengenai lisensi. Intinya berupa larangan bagi perjanjian
lisensi untuk memuat ketentuan-ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia, atau memuat ketentuan yang mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat.
C. Akibat Hukum Pengalihan Hak Ekonomi