Akibat Hukum Pengalihan Hak Ekonomi

Hak cipta pada dasarnya dapat diserahkan pengelolaannya kepada orang lain melalui pengalihan atau lisensi. Untuk dapat berlaku mengikat, keduanya harus dilakukan secara tertulis. Intinya pengalihan hak cipta harus dilakukan secara tertulis, dengan ataupun tanpa akta notaris. Sebab pengalihan hak cipta dapat pula dinyatakan tidak berlaku oleh pengadilan bila pelaksanaannya bertentangan dengan kebijakan di bidang perekonomian. UUHC memiliki norma seperti itu yang dibakukan dalam pengaturan mengenai lisensi. Intinya berupa larangan bagi perjanjian lisensi untuk memuat ketentuan-ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia, atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.

C. Akibat Hukum Pengalihan Hak Ekonomi

Hak cipta merupakan kekayaan intelektual yang dapat dieksploitasi hak- hak ekonominya seperti kekayaan-kekayaan lainnya, timbul hak untuk mengalihkan kepemilikan atas hak cipta, seperti misalnya dengan cara penyerahan assignment hak cipta tersebut. Pemegang hak cipta juga dapat memberikan lisensi untuk penggunaan karya hak cipta tadi. Bila pemegang hak cipta menyerahkan hak ciptanya, ini berarti terjadi pengalihan keseluruhan hak-hak ekonomi yang dapat dieksploitasi dari suatu ciptaan yang dialihkan kepada penerima hak pemegang hak cipta dalam jangka waktu yang telah disetujui bersama. Lain halnya, jika pengalihan hak cipta dilakukan dengan lisensi. Dengan pengalihan hak cipta secara lisensi, pencipta masih memiliki hak-hak ekonomi tertentu dari ciptaan yang dialihkan kepada pemegang hak cipta. 54 Pengalihan hak cipta didasari oleh motif ekonomi, yaitu keinginan untuk memperoleh manfaat ekonomi atau keuntungan secara komersial. pencipta mengalihkan hak cipta dengan tujuan memperoleh royalti, sedangkan penerima selaku pemegang hak cipta bertujuan memperoleh keuntungan ekonomi dari penjualan ciptaan yang dihasilkan dari hak cipta tersebut. 55 Sedangkan dalam pengalihan hak dengan cara hibah, terhadap hibah yang telah diperjanjikan, apalagi telah dilaksanakan penyerahan barang yang dihibahkan, maka objek hibah tidak dapat ditarik kembali oleh penghibah. Walaupun perbuatan menghibahkan barang itu merupakan hak seseorang, penghibah mutlak tidak dapat menariknya kembali yang telah diperjanjikan. Pengalihan hak cipta, menurut Pasal 17 UUHC 2014, hak cipta atas suatu ciptaan tetap ada di tangan pencipta atau pemegang hak cipta selama kepada penerima pengalihan hak cipta itu tidak diserahkan seluruh hak ekonomi dari ciptaan tersebut. Hak ekonomi yang dialihkan untuk seluruh atau sebagian tidak dapat dialihkan untuk kedua kalinya oleh pencipta atau pemegang hak cipta yang sama. Pengalihan hak ekonomi karena pewarisan terjadi ketika seseorang yang memiliki hak cipta tersebut meninggal dunia. Hal tersebut mengakibatkan warisan menjadi terbuka, dan terjadi pengalihan hak ekonomi dari hak cipta si pewaris terhadap penerima hak cipta atau ahli waris. 54 Tim Lindsey, ed., Op. Cit. hlm. 115. 55 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit. hlm. 186. Pengalihan hak ekonomi dengan cara wasiat, ada kemungkinan penerima wasiat menerima atau menolak wasiat. Apabila pewaris telah meninggal dengan berdasarkan surat tersebut penerima wasiat menjadi pemegang hak cipta dan dapat menjalankan hak eksklusifnya atas ciptaan. Sebaliknya jika terjadi penerima wasiat menolak wasiat, maka surat wasiat tidak dapat dilaksanakan sehingga hak cipta yang merupakan harta peninggalan pewaris kembali kepada ahli waris yang berhak menerimanya. 56 Pengalihan hak ekonomi dalam bentuk lisensi disebutkan dalam Pasal 80 UUHC 2014, “Kecuali diperjanjikan lain, pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian tertulis untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1, Pasal 23 ayat 2, Pasal 24 ayat 2, dan Pasal 25 ayat 2.” 57 Sedangkan bagi pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait, selain memperoleh royalti jika tidak diperjanjikan lain, menurut Pasal 81 UUHC 2014 pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait dapat melaksanakan sendiri atau Akibat hukum dari pengalihan hak ekonomi melalui lisensi adalah bahwa penerima lisensi dapat menikmati manfaat ekonomis atas suatu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta. Hal ini berlaku dalam jangka waktu tertentu dan tidak melebihi masa berlaku hak cipta dan hak terkait. Menurut Pasal 80 ayat 3 UUHC 2014 kecuali diperjanjikan lain, penerima lisensi memiliki kewajiban untuk memberikan royalti kepada pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait selama jangka waktu lisensi. 56 Gatot Supramono, Op. Cit., hlm. 35. 57 Pasal 80 UUHC. memberikan lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1, Pasal 23 ayat 2, Pasal 24 ayat 2, dan Pasal 25 ayat 2. Walaupun dari aspek ekonomisnya dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain, hak moral daripada hak cipta tidak bisa dilepaskan oleh penciptanya, berhubung sifat hak cipta adalah pribadi dan manunggal dengan diri penciptanya. Demikian pula karena hak cipta itu adalah hak pribadi penciptanya, hak cipta itu juga tidak dapat disita daripadanya. 58 Hak ekonomi dalam suatu karya cipta adalah berbagai bentuk hak yang dapat dieksploitasi secara ekonomis dan secara gamblang dapat dikatakan bahwa hak ekonomi merupakan hak yang dapat dipisahkan dari penciptanya, sedangkan hak moral berbeda dengan hak ekonomi, yakni merupakan hak yang tidak dapat dipisahkan dan terus melekat secara substansial kepada penciptanya. Hak moral ini tetap berlaku sekalipun hak ekonomi atas suatu karya cipta sudah dialihkan oleh penciptanya kepada pihak lain. 59 58 Gatot Supramono, Op. Cit., hlm. 106. 59 Tim Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Industri Rekaman Indonesia, 1995:10, sebagaimana dikutip oleh Rachmadi Usman, Op. Cit., hlm. 112. Hak-hak moral adalah hak-hak pribadi pencipta pengarang untuk dapat mencegah perubahan atas karyanya dan untuk tetap disebut sebagai pencipta karya tersebut. Hak-hak ini menggambarkan hidupnya hubungan berkelanjutan dari si pencipta dengan karyanya walaupun kontrol ekonomi atas karya tersebut hilang karena telah diserahkan sepenuhnya kepada pemegang hak cipta atau lewat jangka waktu perlindungannya seperti diatur dalam UUHC yang berlaku. Sifat pribadi yang terkandung di dalam hak cipta melahirkan konsepsi hak moral bagi si pencipta atau ahli warisnya. Hak moral tersebut dianggap sebagai hak pribadi yang dimiliki oleh seorang pencipta untuk mencegah terjadinya penyimpangan atas karya ciptanya dan untk mendapatkan penghormatan atau penghargaan atas karyanya tersebut. Hak moral terus berlangsung antara di pencipta dengan hasil karya ciptanya walaupun si penciptanya telah kehilangan atau telah memindahkanhak ciptanya kepada orang lain, sehingga apabila pemegang hak menghilangkan nama pencipta, maka pencipta atau ahli warisnya berhak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya. 60 60 Sapto Rahardi, Kejahatan Kerah Putih Terhadap HaKI Bandung: Alumni Bandung, 2007, hlm. 35. 67 BAB IV PEMBATASAN PENGALIHAN HAK EKONOMI DALAM BENTUK JUAL-PUTUS MELALUI PERLINDUNGAN HAK CIPTA DI INDONESIA

A. Pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual-putus