Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk undang-undang Nomor 7 tahun 1994. Pada tahun 1997, pemerintah meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan juga meratifikasi World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty “Perjanjian Hak Cipta
WIPO” melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.
B. Pengaturan Hak Cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
Pengaturan hak cipta sudah lama dikenal dan dimiliki di Indonesia sebagai hukum positif sejak zaman Hindia Belanda dengan berlakunya Auteurswet 1912.
Pada tahun 1982 ini kemudian disahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagai pengganti Auteurswet 1912. Undang-undang ini
kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 dan kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 yang selanjutnya dicabut
dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Undang-undang ini berlaku sampai tahun 2014, yang kemudian digantikan oleh
undang-undang hak cipta terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang berlaku hingga saat ini.
Pengaturan yang berlaku bagi perlindungan hak cipta di Indonesia saat ini adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Undang-
undang ini disebutkan lebih memberi perlindungan bagi para pencipta di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pasal-pasal di dalamnya yang lebih memberi
kepastian hukum bagi pihak-pihak dalam hak cipta, terutama pencipta.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta sebelumnya mengatur hak cipta dalam 78 Pasal, namun dalam UUHC 2014 telah dilakukan
perubahan dan penyempurnaan terhadap pasal-pasal dalam hak cipta, serta penambahan pasal sehingga UUHC 2014 mengatur mengenai hak cipta dalam 126
pasal. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ini mengatur
lebih banyak mengenai defenisi, seperti adanya defenisi atas “fiksasi”, “fonogram”, “penggandaan”, “royalti”, “Lembaga Manajemen Kolektif”,
“pembajakan”, “penggunaan secara komersial”, “ganti rugi”, dan sebagainya. UUHC 2014 membahas lebih detail isu yang sebelumnya telah dicantumkan
dalam undang-undang lama. Sebagai contoh, pembahasan hak ekonomi, hak cipta, dan hak terkait diberi porsi 17 pasal. Termasuk di dalamnya adalah
ketentuan mengenai kepemilikan hak ekonomi pencipta yang telah dijual putus sold flat kepada pihak lain akan beralih kembali kepada pencipta setelah 25
tahun Pasal 18 UUHC 2014 dan ketentuan yang sama untuk performer lagu danatau musik yang telah dijual hak ekonominya Pasal 30 UUHC 2014.
26
Penjelasan Umum UUHC 2014 ini menunjukkan bahwa secara garis besar UUHC 2014 memiliki perbedaan dengan undang-undang sebelumnya. Undang-
undang ini mengatur antara lain tentang:
27
1. Perlindungan hak cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang;
26
Selvie Sinaga, “Catatan Terhadap UU Hak Cipta Baru”, Kompas, http:print.kompas.com20150112Catatan-terhadap-UU-Hak-Cipta-Baru diakses tanggal 26
Februari 2015.
27
Letezia Tobing, S.H., “Ini Hal Baru yang Diatur di UU Hak Cipta Pengganti UU No 19 Tahun 2002”, hukumonline.com, http:www.hukumonline.comklinikdetaillt54192d63ee29ahal
http:www.hukumonline.comklinikdetaillt54192d63ee29ahal baru-yang-diatur-di-uu-hak-cipta- pengganti-uu-no-19-tahun-2002 diakses tanggal 26 Februari 2015.
2. Perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para pencipta danatau
pemilik hak terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus sold flat;
3. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase, atau
pengadilan sera penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana; 4.
Pengelola tempat perdagangan bertanggungjawab atas tempat penjualan danatau pelanggaran hak cipta danatau hak terkait di pusat tempat
perbelanjaan nyang dikelolanya; 5.
Hak cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek jaminan fidusia;
6. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus ciptaan yang sudah dicatatkan,
apabila ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan keamanan negara, serta ketentuan peraturan
perundang-undangan; 7.
Pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait menjadi anggota Lembaga Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan atau royalti;
8. Pencipta danatau pemilik hak terkait mendapat imbalan royalti untuk ciptaan
atau produk hak terkait yang dibuat dalam hubungan dinas dan digunakan secara komersial;
9. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola
hak ekonomi pencipta dan pemilik hak terkait wajib mengajukan permohonan izin operasional kepada Menteri;
10. Penggunaan hak cipta dan hak terkait dalam sarana multimedia untuk
merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu dalam UUHC 2014 Pasal 16 ayat 1 diatur juga tentang
pengalihan hak cipta dengan wakaf, dan dalam ayat 3 dikatakan bahwa hak cipta adalah benda bergerak tidak berwujud yang dapat dijaminkan dengan jaminan
fidusia. Mengenai jangka waktu perlindungan hak cipta yang lebih panjang, dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa
jangka waktu perlindungan hak cipta adalah selama hidup pencipta dan berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia, dan dalam UUHC
2014, masa berlaku hak cipta diperpanjang menjadi seumur hidup pencipta ditambah 70 tahun setelah meninggal.
Hak cipta dalam UUHC 2014 terbagi atas dua jenis hak, yaitu hak ekonomi dan hak moral. Hak moral pencipta tanpa batas waktu seperti yang
dimaksudkan dalam Pasal 57 ayat 1 UUHC 2014 adalah hak untuk tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan
dengan pemakaian ciptaannya untuk umum; menggunakan nama aslinya atau nama samarannya; mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan,
mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya, berlaku tanpa batas waktu. Sedangkan hak moral pencipta
yang berjangka waktu sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat 2 adalah hak untuk mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; dan
mengubah judul dan anak judul ciptaan, berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak cipta atas ciptaan yang bersangkutan.
Undang-undang ini juga mengatur dalam Pasal 58 bahwa untuk hak ekonomi atas ciptaan, perlindungan hak cipta berlaku selama hidup pencipta dan
terus berlangsung selama 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung mulai 1 Januari tahun berikutnya. Jika dimiliki oleh badan hukum, maka berlaku
selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman. Pasal 58 ayat 1 UUHC 2014 diatur juga bahwa perlindungan dalam pasal
tersebut hanya berlaku bagi ciptaan berupa:
28
a. Buku, pamphlet, dan semua hasil karya tulis lainnnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lain;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan; d.
Lagu atau musik dengan atau tanpa teks; e.
Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomime; f.
Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. Karya arsitektur;
h. Peta; dan
i. Karya seni batik atau seni motif lain.
Namun dalam Pasal 59 ayat 1 UUHC 2014 diatur bahwa ciptaan berupa:
29
a. Karya fotografi;
b. Potret;
28
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Bab IX, Pasal 58.
29
Pasal 59 UUHC.
c. Karya sinematografi;
d. Permainan video;
e. Program komputer;
f. Perwajahan karya tulis;
g. Terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi; h.
Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;
i. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan program komputer atau media lainnya; dan j.
Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali
diumumkan. Ciptaan berupa karya seni terapan, perlindungan hak cipta berlaku selama
25 tahun sejak pertama kali diumumkan. Hal lain yang diatur dalam undang- undang ini adalah adanya larangan bagi pengelola tempat perdagangan untuk
membiarkan penjualan danatau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta danatau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya. Menurut Pasal 114
UUHC 2014 pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 10 UUHC 2014 tersebut dijatuhi pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,00 seratus juta rupiah.
Pengelolaan hak ekonomi dalam hak cipta diatur dalam undang-undang ini yaitu dalam Pasal 1 angka 22 UUHC 2014 yang menyebutkan adanya
Lembaga Manajemen Kolektif yang merupakan suatu institusi yang berbentuk
badan hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh pencipta pemegang hak cipta, danatau pemilik hak terkait guna mengelola hak ekonominya dalam bentuk
menghimpun dan mendistribusikan royalti. Perbaikan dan penyempurnaan dalam UUHC 2014 ini bertujuan untuk
memberi perlindungan yang lebih baik terhadap pencipta dan kepada pihak-pihak lainnya, seperti adanya kepastian hukum sebagai jaminan terhadap hak-hak
masing-masing pihak dalam hak cipta. Tujuan ini tentu akan tercapai jika dilaksanakan secara benar dan tepat oleh seluruh pihak dengan adanya kesadaran
dari setiap pihak akan keberadaan undang-undang ini sebagai payung hukum bagi perlindungan hak cipta di Indonesia.
C. Implementasi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta