Meskipun sudah dijual putus, hak moral tetap berlaku pada ciptaan tersebut. Maknanya jelas bahwa penerbit yang membeli putus sebuah naskah tidak
diperkenankan mengubah nama pencipta, termasuk menambahkan nama pencipta lain yang tidak ada hubungannya dalam proses penulisan atau penciptaan naskah.
Nama penulis karya tersebut harus dicantumkan, termasuk apabila ia menggunakan nama samaran atau nama pena.
Jual putus bukan berarti kemudian penerbit bisa seenaknya mencantumkan nama orang lain sebagai pencipta. Begitu juga dalam hal judul dan anak judul
yang asli dari penulis termasuk hak moral yang dilindungi. Sistem jual putus saat ini lebih menguntungkan pencipta karena pencipta
tidak semata-mata kehilangan hak ciptanya setelah dilakukan penjualan terhadap ciptaannya. Pengaturan yang baru ini tentu berpengaruh terhadap pencipta dan
kemauan serta minat untuk menghasilkan suatu ciptaan baru.
C. Dampak Pembatasan Pengalihan Hak Ekonomi dalam Bentuk Jual Putus
terhadap Daya Cipta Para Pencipta di Indonesia
Hak Cipta merupakan bagian dari serangkaian HKI yang diberikan perlindungan hukum. Konsekuensinya, keberadaan hak cipta berkaitan erat
dengan keberadaan HKI di Indonesia. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan
budaya yang sangat kaya. Hal itu sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa, dan agama yang secara keseluruhan merupakan potensi nasional yang
perlu dilindungi. Kekayaan seni dan budaya itu merupakan salah satu sumber dari kekayaan intelektual yang dapat dan perlu dilindungi oleh undang-undang.
Kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan budaya itu sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang perdagangan dan
industri yang melibatkan para penciptanya. Dengan demikian, kekayaan seni dan budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan kesejahteraan, tidak hanya bagi
penciptanya saja, tetapi juga bagi bangsa dan negara. Kecerdasan intelektual masyarakat dalam suatu bangsa memang sangat
ditentukan oleh seberapa jauh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh individu-individu dalam suatu negara. Kreativitas manusia untuk melahirkan
karya-karya intelektualitas yang bermutu seperti hasil penelitian, karya sastra yang bernilai tinggi serta apresiasi budaya yang memiliki kualitas seni yang
tinggi, tidak lahir begitu saja. Kelahirannya memerlukan banyak “energi” dan tidak jarang diikuti dengan pengeluaran biaya-biaya yang besar.
66
Globalisasi yang juga identik dengan kompetisi dan sekaligus transparsansi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perlindungan HKI
karena, Pertama, bahwa perlindungan HKI secara memadai mendorong terjadinya kompetisi yang sehat dan sebaliknya, perlindungan yang buruk di bidang ini justru
akan melahirkan persaingan curang unfair competition. Kedua, bahwa globalisasi perdagangan juga menuntut transparansi di bidang hukum, termasuk di
bidang HKI, peraturan perundang-undangan yang baik dan dapat melindungi pemilik HKI secara memadai serta sikap konsisten pengadian dan aparat dalam
penegakan hukum law enforcement atas ketentuan-ketentuan tersebut akan menjadi salah satu obyek monitoring internasional, sehingga kelemahan di bidang
.
66
OK. Saidin, Op. Cit., hlm. 56.
ini akan menjadi salah satu alasan keraguan untuk melakukan investasi, bahkan dapat dijadikan dasar tindakan-tindakan balasan dari negara yang merasa
dirugikan, berupa sanksi-sanksi di bidang ekonomi dan perdagangan.
67
Pencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra ataupun penemu di bidang teknologi baru yang mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan
dalam industri, diberikan suatu penghargaan dan pengakuan serta perlindungan hukum atas keberhasilan dan upayanya dalam melahirkan ciptaan baru itu.
Dengan demikian, atas usaha pencipta ataupun penemu yang telah mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya, kepadanya layak
diberikan hak-hak eksklusif untuk mengeksploitasi hak cipta ataupun hak milik industri guna meraih kembali apa yang telah dikeluarkannya. Dengan demikian,
insentif harus diberikan untuk merangsang kretivitas dalam upaya menciptakan Seseorang atau perusahaan mungkin menghabiskan waktu bertahun-tahun
untuk mengembangkan suatu hasil karya kreatif yang akan memperkaya kehidupan manusia. Jika para pencipta karya-karya tersebut tidak diakui sebagai
pencipta atau tidak diberi penghargaan, karya-karya tersebut mungkin tidak akan pernah diciptakan sama sekali. Jika tidak ada seorang pun peduli terhadap ciptaan
pencipta karya tersebut, tidak ada seorang pun yang bersedia mencipta. Mungkin saja tidak aka nada insentif ekonomi untuk penciptaan hasil karya tersebut
ataupun insentif pribadi untuk memperoleh pengakuan sebagai pihak yang telah menyumbangkan sesuatu kepada seni, sastra, dan ilmu pengetahuan.
67
Ahmad. M. Ramli dan Fathurahman, Independen dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia Bogor : Ghalia Indonesia, 2005, hlm. 14.
karya-karya baru. Hal ini juga sejalan dengan prinsip bahwa HKI merupakan suatu alat untuk meraih dan mengembangkan ekonomi.
Hubungan kepemilikan terhadap hak cipta, hukum bertindak menjamin pencipta untuk menguasai dan menikmati secara eksklusif hasil karyanya itu dan
jika perlu dengan bantuan negara unatuk penegakan hukumnya. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan hukum adalah merupakan kepentingan pemilik
hak cipta baik secara individu mapun kelompok sebagai subjek hak. Untuk membatasi penonjolan kepentingan individu, hukum member jaminan tetap
terpeliharanya kepentingan masyarakat. Jaminan ini tercermin dari sistem HKI yang berkembang dengan menyeimbangkan antara dua kepentingan yaitu pemilik
hak cipta dan kebutuhan masyarakat umum. Perlindungan HKI juga sebagai bentuk pengakuan hak asasi manusia
seseorang sebagaimana tertuang secara lugas pada Pasal 27 2 deklarasi hak asasi manusia se-dunia, bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapat perlindungan
untuk kepentingan moral dan materi yang diperoleh dari ciptaan ilmiah, kesusasteraan atau artistik dalam hal dia sebagai pencipta. Kepentingan moral ini
direfleksikan dengan tersedianya hak moral dalam HKI yang tidak dapat dicabut dari para pencipta.
68
Pengembangan HKI terwujud dalam kebutuhan aan perlindungan hukum yang bertumpu pada pengakuan terhadap hak atas kekayaan intelektual dan hak
untuk atau dalam waktu tertentu mengeksploitasi-komersialisasi atau menikmati sendiri kekayaan tersebut. Selama kurun waktu tertentu orang lain hanya dapat
68
Lindsey, Tim, Ed., Hak Kekayaan Intelektual ; Suatu Pengantar, Asian Law Group Pty Ltd. Bekerja sama dengan PT Alumni, Bandung, 2002, hlm.14., sebagaimana dikutip oleh
Ahmad. M. Ramli dan Fathurahman, Ibid, hlm. 17.
menikmati atau menggunakan atau mengeksploitasi hak tersebut atas izin pemilik hak. Karena itu, perlindungan dan pengakuan hak tersebut hanya diberikan khusus
kepada orang yang memiliki kekayaan tadi sehingga sering dikatakan bahwa hak itu eksklusif sifatnya.
Perlindungan hukum seperti itu dimaksudkan agar pemilik hak dapat menggunakan atau mengeksploitasi kekayaan tadi dengan aman. Pada gilirannya,
rasa aman itulah yang kemudian menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan orang lain berkarya guna menghasilkan ciptaan atau temuan
berikutnya. Sebaliknya dengan perlindungan hukum pula pemilik hak diminta untuk mengungkapkan jenis, bentuk atau produk, dan cara kerja atau proses serta
manfaat dari kekayaan itu. Ia dapat secara aman mengungkapkan karena adanya jaminan perlindungan hukum. Sebaliknya masyarakat dapat ikut menikmati dan
menggunakannya atas dasar izin atau bahkan mengembangkannya secara lebih lanjut.
69
Lahirnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta tentu memberi harapan baru bagi pencipta dalam menjamin hak-haknya. Seperti
disebutkan di atas, bahwa perlindungan hak cipta dibutuhkan salah satunya adalah Dampak pembatasan jual putus ini terhadap daya cipta para pencipta di
Indonesia belum dapat dilihat secara nyata karena masih baru saja berlaku. Namun secara teori dapat dilihat bahwa banyaknya aturan baru yang lebih baik di
UUHC 2014 ini akan memberi semangat yang lebih bagi para pencipta untuk meningkatkan hasil ciptaannya.
69
Suyud Margono dan Amir Angkasa, Op. Cit., hlm. 6.
untuk memberi dorongan bagi para pencipta untuk melahirkan karya-karya yang lebih baik lagi.
Ketiadaan kepastian hukum dan kurangnya perhatian terhadap hak-hak pencipta akan menyurutkan niat para pencipta dalam menciptakan suatu karya.
Suatu rasa aman yang dihasilkan dari undang-undang terhadap pencipta akan mendorong minat para pencipta untuk berkreasi.
Pengaturan dalam UUHC 2014 yang mengatur tentang pembatasan pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus akan berpengaruh terhadap daya
cipta para pencipta di Indonesia. Pengaturan ini memberi jaminan bagi para pencipta untuk memperoleh lagi haknya setelah 25 tahun setelah dilakukan jual
putus. Hal ini tentunya memberi semangat bagi para pencipta untuk berkarya. Sebab, mereka dapat memilih cara pengalihan hak dengan jual putus tanpa takut
akan kehilangan haknya untuk selama-lamanya. Hal ini memang sudah seharusnya diperhatikan, sebab sangat diperlukan
penghargaan serta penghormatan bagi karya para pencipta dan pencipta itu sendiri. sebab pencipta telah mengeluarkan energi, kemampuan, serta pikirannya
untuk menghasilkan suatu karya. Selain itu karya-karya para pencipta juga berperan dalam membangun perekonomian dalam negeri.
83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan