4. Ade Tia
Mengetahui motif menggunakan
Instagram.
Meniru teman yang menggunakan Instagram.
Mengikuti tren menggunakan Instagram.
Mengetahui motif Virtual Display of
Affection VDA.
Menunjukkan status hubungan. Mengisi galeri Instagram agar
tidak kosing. Meniru teman yang melakukan VDA.
Peran Instagram dalam hubungan
interpersonal.
Media untuk mengungkapkan rasa sayang kepada pasangan.
Media untuk membagikan momen bersama pacar. Media
untuk menunjukkan eksistensi diri.
4.2 Pembahasan
Dari analisis hasil dan pengamatan peneliti, maka peneliti membuat pembahasan sebagai berikut:
Instagram merupakan salah satu wujud media baru yang memungkinan penggunanya untuk berbagi aktivitas dalam bentuk foto dan video secara online.
Saat ini, foto mesra dengan pacar atau di kenal dengan istilah Virtual Display of Affection VDA menjadi salah satu tren bagi pengguna Instagram khususnya bagi
kalangan remaja dan mahasiswa. Mahasiswa mengikuti perkembangan teknologi dan memiliki rasa ingin tahu terhadap kemajuan teknologi sehingga mahasiswa
umumnya cenderung untuk mencari tahu dan mencoba hal baru. Oleh sebab itu, mahasiswa menjadi mudah terpengaruh dengan apa yang sedang marak pada saat
itu. Salah satunya penggunaan Instagram sebagai media VDA. Dari keempat informan tersebut, peneliti melakukan pembahasan yang
dikaitkan dengan tujuan peneliti dalam penelitian ini. Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui motif menggunakan Instagram, untuk mengetahui motif
Virtual Display of Afection VDA dan untuk mengetahui peran Instagram dalam hubungan interpersonal yang terjadi pada mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP
USU yang pernah mengunggah foto bersama pacar di akun media sosial Instagram.
Berdasarkan hasil analisis, peneliti mengetahui bahwa motif menggunakan
Instagram karena rasa penasaran dan ingin mencoba hal baru yang sedang menjadi tren saat itu. Banyaknya teman-teman mereka yang menggunakan
Instagram juga menjadi motif informan untuk menggunakan Instagram. Selain itu, keempat informan menggunakan Instagram karena didukung oleh smartphone
yang mereka miliki. Penggunaan media disebabkan oleh adanya kebutuhan yang timbul dari
lingkungan sosial maupun psikologis. Khalayak menggunakan media untuk memuaskan kebutuhannya. Adapun penyebab atau dorongan tersebut disebut
dengan motif. Motif keempat informan menggunakan Instagram dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dan psikologis. Lingkungan sosial yaitu banyaknya teman- teman informan yang telah menggunakan Instagram. Sedangkan motif
psikologisnya yaitu rasa penasaran yang membuat informan ingin mencoba menggunakan Instagram.
Menurut asumsi dari Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan Uses and Gratification Theory, khalayak aktif dalam mencari atau menggunakan
media untuk memuaskan kebutuhan individualnya. Khalayak menggunakan media untuk pemenuhan harapan-harapannya. Khalayak tahu dan dapat menyebutkan
motivasinya pada penggunaan media. Khalayak aktif menyeleksi media dan isi
media untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, seperti: belajar, menghabiskan waktu, sebagai teman, sebagai sarana melupakan atau melarikan diri dari
persoalan, sebagai sarana kegembiraan atau hiburan dan untuk bersantai atau
rileks.
Peneliti menilai keempat informan juga aktif dalam mencari dan menyeleksi media yang mereka anggap menarik dan sesuai dengan kebutuhan
mereka. Keempat informan memiliki beragam akun media sosial. Namun, Instagram lebih dominan digunakan untuk membagikan foto. Informan pertama,
Haritz, ia memilih menggunakan Instagram dari sekian banyak aplikasi media sosial, karena Instagram sesuai dengan hobi nya sebagai fotografer. Menurut
Haritz, Instagram adalah aplikasi media sosial yang khusus untuk membagikan
foto. Informan kedua, Apriliyana, menggunakan Instagram untuk membagikan foto dan menggunakan media sosial lain untuk membagikan aktivitasnya sehari-
hari. Sementara, informan ketiga yaitu Salmon, menggunakan Instagram untuk membagikan foto-foto momen spesial bersama sahabat dan pacar. Salmon juga
menggunakan media lain seperti Line, Blackberry Messenger dan Twitter. Namun, bukan untuk membagikan foto. Informan terakhir yaitu Ade, ia menggunakan
Instagram untuk membagikan semua foto yang ia anggap menarik. Ade juga menggunakan media sosial lain yang dapat di akses oleh smartphone yang ia
miliki untuk berbagai tujuan seperti eksistensi diri dan hiburan. Saat ini, salah satu tren di kalangan pengguna Instagram adalah
mengunggah foto mesra bersama pacar atau disebut dengan Virtual Display of Affection VDA. Adapun motif mahasiswa melakukan Virtual Display of
Affection VDA di Instagram beragam. Namun secara umum, mereka melakukan VDA untuk tujuan kesenangan pribadi. Mereka merasa senang ketika
membagikan foto momen kebersamaan mereka dengan pacar di media sosial karena foto-foto tersebut bisa di lihat dan di komentari oleh teman-teman mereka
di Instagram. Selain itu, motif mahasiswa melakukan VDA disebabkan adanya keinginan untuk menunjukan status mereka kepada publik terkait hubungan
dengan lawan jenis. Peneliti juga melihat bahwa banyaknya pengguna Instagram yang mengunggah foto mesra bersama pacar, menjadi salah satu motif mahasiswa
melakukan VDA. Virtual Display of Affection VDA merupakan bentuk komunikasi
antarpribadi di antara pasangan yang berpacaran dalam wujud komunikasi verbal yaitu teks mesra dan nonverbal yaitu foto yang memperlihatkan kontak fisik yang
dilakukan di media sosial. Rudolph F. Verderber dalam Mulyana 2005: 4, mengemukaan salah satu fungsi komunikasi adalah fungsi sosial, yakni untuk
tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi
akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif dan jarak fisik yang sangat dekat.
Tiga dari empat informan yaitu Apriliyana, Salmon dan Ade memiliki
motif Virtual Display of Affection VDA yang lebih dominan untuk menunjukkan
status hubungan mereka. Sementara itu, informan pertama yaitu Haritz, ia memiliki motif Virtual Display of Affection VDA untuk menyenangkan
pacarnya. Menurut pengakuan Haritz, beberapa foto mesra di akun Instagram-nya di unggah oleh pacarnya atas persetujuan Haritz. Haritz menyadari jika dirinya
mengunggah foto mesra dengan pacarnya di Instagram, maka pacarnya akan senang. Haritz juga tidak menyangkal bahwa VDA menjadi salah satu cara untuk
memelihara hubungannya agar tetap harmonis. Di sisi lain, keempat informan yang merupakan mahasiswa, memiliki
tujuan yang sama dalam menjalani hubungan pacaran. Adapun tujuan mereka berpacaran untuk mengarah ke hubungan yang lebih serius yaitu menikah. Hal
tersebut dikarenakan mahasiswa bukan hanya dituntut untuk sekedar menjalin hubungan dengan lawan jenis. Akan tetapi, mahasiswa juga dituntut untuk
mengembangkan keintiman intimacy dalam hubungannya tersebut. Keintiman dengan lawan jenis ini akan membantu mahasiswa untuk memenuhi tugas
perkembangannya dalam rangka persiapan untuk hidup berumah tangga. Sebelum berumah tangga mahasiswa akan memilih pasangan yang paling tepat untuk
dijadikan pendamping. Biasanya mereka yang menikah adalah mereka yang telah melalui tahap-tahap berpacaran. Melalui pacaran, seseorang menjalankan suatu
hubungan dimana dua orang saling bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain sebelum memasuki dunia
pernikahan. Pasangan yang berpacaran umumnya ingin tampil di muka umum dan
menunjukkan hubungan di antara keduanya. Namun, seiring perkembangan teknologi, pasangan yang berpacaran menunjukkan hubungan mereka di media
sosial yang di kenal dengan istilah Virtual Display of Affection VDA. VDA merupakan bentuk keintiman dalam suatu hubungan. Salah satu hubungan erat
atau intim adalah hubungan yang dibangun atas dasar cinta. Dalam “Wheel Theory”, Reiss dalam Amalia 2013: 17 menggambarkan perkembangan cinta
seperti sebuah roda yang melalui empat tahap, yaitu rapport, self-revelation, mutual depedency, dan intimacy need fulfillment. Rapport adalah tahap di mana
kita mendapatkan kenyaman dengan orang lain karena beberapa kesamaan, seperti sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Dari sini kita mulai mengembangkan
komunikasi menjadi lebih baik dan mendalam, misalnya bertukar ide. Self- revelation merupakan tahap seseorang mulai terbuka dengan perasaannya.
Masing-masing mulai berani mengutarakan ketakutan, harapan, dan ambisi, bahkan terkadang mulai melakukan hubungan seksual secara fisik. Pada tahap
mutual depedency, dua orang mulai menjadi pasangan couple. Mereka semakin intens melakukan berbagai hal bersama-sama, misalnya berolahraga, pergi ke
bioskop, sampai foto mesra. Di tahap ini pun perbedaan usia, budaya, nilainilai, dan prinsip mulai dikesampingkan. Sampai akhirnya pada tahap intimacy need
fulfillment, hubungan menjadi lebih konsisten, masing-masing saling ketergantungan, dan mengisi kebutuhan. Keempat tahap tersebut layaknya roda, ia
terus berputar dan melewati tahap-tahap itu berkali-kali hingga akhirnya menjadi semakin dalam atau berhenti menjadi hubungan yang singkat.
Jika dikaitkan dengan Wheel Theory, Virtual Display of Affection VDA dalam penelitian ini terjadi pada tahap mutual dependency dimana dua orang
mulai menjadi pasangan yang semakin intens melakukan berbagai hal bersama- sama, salah satunya VDA. Demikian pula hubungan yang dijalani oleh keempat
informan. Informan pertama, Haritz, intens bertemu dengan pacarnya hingga empat kali dalam seminggu. Saat bertemu, Haritz biasanya menghabiskan waktu
bersama dengan pacarnya untuk makan bersama. Jika memasuki masa liburan, mereka biasanya pergi liburan bersama dan mengabadikan foto bersama. Hal yang
sama juga di alami oleh informan kedua, Apriliyana, ia bisa menemui pacarnya hampir setiap hari karena mereka kuliah di fakultas yang sama. Ada pun aktivitas
yang sering mereka lakukan bersama-sama yaitu makan bersama atau sekedar mengobrol di kampus. Terkadang, Apriliyana dan pacarnya mengabadikan
momen kebersamaan mereka dalam beberapa foto yang di unggah di Instagram. Tidak berbeda dengan informan ketiga yaitu Salmon, di tengah kesibukannya
sebagai mahasiswa dan sebagai wartawan, Salmon masih menyempatkan diri untuk bertemu dengan pacarnya minimal tiga kali dalam seminggu. Saat bertemu,
mereka biasanya saling bertukar pikiran atau melakukan hal yang mereka anggap menyenangkan seperti mengambil foto bersama. Demikian dengan informan
terakhir yaitu Ade, ia sering bertemu dengan pacarnya di kampus karena mereka kuliah di fakultas dan departemen yang sama, sehingga memungkinkan mereka
untuk mengambil mata kuliah yang sama, mengerjakan tugas kuliah bersama hingga pergi liburan bersama-sama sambil mengabadikan beberapa foto di sela-
sela pertemuan mereka. Virtual Display of Affection VDA erat kaitannya dengan penggunaan
media dalam hubungan interpersonal. Keempat informan memiliki jawaban yang sama tentang peran Instagram dalam hubungan interpersonal. Mereka
menggunakan Instagram sebagai media untuk menunjukkan hubungan mereka kepada umum. Dengan cara membagikan foto momen kebersamaan mereka
dengan pacar di Instagram, foto-foto tersebut bisa di lihat oleh umum. Namun, berbeda dengan Salmon, ketiga informan lainnya yaitu Haritz, Apriliyana dan
Ade mengunci akun Instagram mereka sehingga tidak dapat di akses oleh umum. Hanya teman-teman yang diizinkan menjadi followers saja yang bisa melihat foto-
foto yang ada di akun Instagram mereka. Namun demikian, keempat informan juga memiliki perbedaan tentang
peran Instagram dalam hubungan interpersonal. Bagi Haritz, Instagram berperan untuk mengekspresikan rasa sayang kepada pasangannya. Berbeda dengan
Apriliyana, ia menggunakan Instagram sebagai salah satu media untuk menunjukkan status hubungannya. Sementara bagi Salmon, Instagram berperan
sebagai media untuk mencurahkan isi hati. Sedangkan bagi Ade, peran Instagram dalam hubungan interpersonal dijadikan sebagai media untuk mengungkapkan
perasaan kepada pasangannya dalam momen tertentu. Peneliti menilai bahwa peran Instagram dalam hubungan interpersonal
cukup efektif sebagai salah satu media untuk mewujudkan motif VDA keempat informan yaitu menunjukkan hubungan kepada umum. Hal tersebut terlihat dari
komentar yang muncul dari teman-teman keempat informan di Instagram yang mengetahui tentang hubungan mereka. Selain itu, peneliti menilai Instagram juga
efektif digunakan sebagai media untuk menunjukkan rasa sayang karena Instagram menyediakan fitur berupa filter foto yang menjadikan tampilan pesan
nonverbal menarik serta adanya teks sebagai pesan verbal yang mendukung makna dari foto tersebut. Selain itu, Instagram menjadikan komunikasi di antara
pasangan menjadi lebih menyenangkan, simpel dan mudah diakses yaitu melaui
smartphone. Hingga saat ini, keempat informan masih mengunggah foto bersama pacar di Instagram.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, Instagram berperan sebagai media untuk menunjukkan kemesraan. Hal tersebut dikarenakan
Instagram menyediakan fitur yang mengkhususkan penggunanya untuk memperlihatkan aktivitas mereka dalam bentuk foto, video dan teks. Selain itu,
Instagram harus menyertakan foto. Pengguna Instagram tidak bisa hanya mengunggah teks atau suara saja tanpa adanya foto. Sehingga peneliti berpendapat
bahwa Instagram identik dengan aktivitas yang di visualisasikan. Hal ini sesuai dengan tujuan didirikannya Instagram yaitu sebagai penghubung masyarakat di
berbagai belahan dunia lewat foto yang dibagikan dari berbagai pengguna Instagram di berbagai belahan dunia. Dengan demikian, orang yang awalnya
hanya ingin memperbaharui status berupa teks, jika di Instagram ia juga harus menyertakan foto. Selain itu, beranda Instagram berbeda dengan media sosial
lainnya. Foto-foto yang telah di unggah akan tetap terpajang layaknya seperti album foto. Maka tidak heran jika pengguna Instagram mencapai 200 juta
pengguna dari seluruh dunia. Hal tersebut juga menjadi faktor Instagram digemari oleh kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU untuk membagikan
momen kebersamaan mereka di Instagram.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN