4.1.3 Hasil Pengamatan dan Wawancara
Peneliti melakukan wawancara kepada 4 orang mahasiwa Ilmu Komunikasi sebagai informan. Berikut hasil wawancara dengan masing-masing
informan:
Informan I
Nama : Haritz Ardinsyah
Tanggal Wawancara : 04 September 2014 Pukul
: 15.30 WIB Tempat
: Beranda Lab Komunikasi FISIP USU Sebagai seorang mahasiswa, kehidupan sehari-hari Haritz tak lepas dari
penggunaan new media. Haritz merasakan banyak manfaat dengan kehadiran new media sebagai media komunikasi. Bagi Haritz, new media menjadikan
komunikasi lebih efisien. Cukup dengan menggunakan gadget berupa smartphone dan koneksi internet, ia bebas untuk mengakses berbagai informasi seperti materi
kuliah, berita online hingga akses media sosial. Menurut Haritz, media sosial merupakan wujud new media yang memungkinkan penggunanya bebas
berekspresi dan menunjukkan eksistensi diri.
“Kita bisa akses apa saja tanpa batas, bebas ngapain aja, bebas berekspresi dengan new media itu. Dari sisi komunikasi, selain membuat
yang jauh menjadi lebih dekat, terus bisa buat eksistensi diri, sih. Saya pribadi pake gadget buat akses ke new media seperti berita, media sosial
daripada buat nelpon dan sms. Saya akses media sosial setiap hari, setiap bangun tidur pasti saya cek.”
Haritz memiliki beberapa akun media sosial, salah satunya Instagram. Awalnya, ia membuat akun Instagram karena penasaran dengan teman-temannya
yang terlebih dahulu menggunakan Instagram. Pada tahun 2012, Haritz pun memutuskan untuk menggunakan Instagram. Menurut Haritz, Instagram memiliki
keunikan tersendiri dibandingkan dengan media sosial lain karena Instagram bisa dijadikan galeri foto yang mendukung hobi fotografi Haritz. Beberapa foto hasil
jepretannya tak jarang diunggah ke akun Instagram.
“Akun medsos hampir semua punya kayak Instagram, path, bbm, twitter,
facebook. Punya akun Instagram sejak tahun 2012. Awalnya liat-liat temen pada heboh-heboh Instagram, jadi karena penasaran ya coba aja buat.
Uniknya, Instagram lebih khusus ke foto aja dibandingkan medsos lain dan kebetulan hobi saya juga fotografi salah satunya.”
Haritz memiliki kebiasaan mengecek akun Instagram di pagi hari setiap bangun tidur. Kebiasaan tersebut kini telah menjadi rutinitas sehari-hari bagi
Haritz. Haritz juga rajin mengunggah berbagai foto. Haritz mengakui, dulu ia bisa mengunggah dua hingga lima foto dalam sehari. Namun seiring waktu, kegiatan
tersebut mulai berkurang. Saat ini Haritz hanya mengunggah foto momen-momen tertentu saja seperti momen bersama teman atau pacar.
“Ngecek akun Instagram tiap hari, tiap bangun tidur. Kalau nge-post dulu sih awal-awal punya aja seringnya, sehari bisa sampe dua sampe lima
kali, tapi sekarang seminggu paling cuma lima kali. Tunggu foto-foto, ya kan saya hobi fotografi jadi tunggu ada foto yang bagus baru dimasukin, kalau
nggak, ntah pas lagi pergi kemana gitu berdua sama temen atau sama pacar baru upload disitu.”
Galeri foto Instagram Haritz dipenuhi berbagai foto momen dirinya bersama teman, kerabat
dan pacar. Namun, foto dengan pacar mendominasi isi Instagram Haritz. Foto dengan pacar merupakan foto yang pertama kali diunggah oleh Haritz
di Instagram beberapa waktu lalu. Bagi Haritz, ia hanya akan mengunggah foto mesra dengan pacarnya. Jika belum menjadi pacar, Haritz tidak berani
mengunggah foto mesra.
“Lupa sih kapan pertama kali unggah foto berdua sama pacar, tapi dari awal punya Instagram ya foto berdua sama pacar lah yang pertama kali
coba-coba di upload ke Instagram. Itu waktu udah jadian, kalau masih PDKT nggak berani unggah foto berdua ntar dikira kepedean.”
Haritz mengunggah foto bersama pacar di Instagram karena diminta oleh pacar. Selain itu, tujuan Haritz mengunggah foto adalah untuk kesenangan
pribadi. Haritz tidak memiliki tujuan tertentu ketika menggunggah foto di akun Instagram miliknya, termasuk ketika mengunggah foto berdua dengan pacar.
Haritz mengakui bahwa sebagian besar foto yang diunggah di akun Instagram miliknya diunggah oleh pacarnya. Namun, Haritz tak menampik bahwa dirinya
juga pernah berinisiatif untuk mengunggah foto dengan pacar di Instagram jika dirinya sedang mood.
“Ga ada, buat fun-fun aja. Kalau saya pribadi gada tujuan sama sekali sih upload foto disitu. Mungkin pacar saya, kan dia yang sering upload
mungkin pengen orang taulah kita lagi dimana, mungkin untuk eksistensi diri dia. Kalau aku sendiri ya biasa aja, kan hubungan kita yang jalanin bukan
orang lain. Biasanya yang inisiatif ngajak foto bareng itu pacar saya. Kalau saya sendiri jarang. Ada sih yang inisiatif saya sendiri, tapi itu kalau mood
lagi bagus atau lagi pengen pasang foto berdua. Kebanyakan foto-foto berdua yang ada di Instagram saya, pacar saya yang upload pakai akun
saya.”
Namun, pernyataan Haritz tersebut bertolak belakang dengan unggahan di Instagram miliknya. Di Instagram, Haritz pernah mengucapkan selamat ulang
tahun dengan kalimat mesra dan foto lilin ulang tahun yang di tag langsung ke akun Instagram pacarnya. Menanggapi hal tersebut, Haritz beralasan bahwa
unggahan foto disertai kalimat mesra tersebut bertujuan untuk menyenangkan sang pacar.
“Karna pacar hantu sosmed. Jadi ngalah aja ngikutin apa yang dia suka, gitu aja. Kalau ga sih ya nggak mau. Malahan dulu awal pacaran
terlalu over di medsos, lama-lama udah mulai berkurang karena bosan.”
Selain itu, foto bersama pacar tidak hanya diunggah oleh Haritz di akun Instagram saja. Ada beberapa foto dengan pacar yang diunggah di media sosial
lain seperti Path dan ada juga yang dijadikan sebagai display picture di Blackberry Messenger. Ada pun tujuan Haritz mengunggah foto dengan pacar di
berbagai akun media sosial miliknya untuk memenuhi permintaan pacarnya. Menurut Haritz, dengan mengunggah fotonya dengan pacar di berbagai media
sosial, hal tersebut bisa melindungi pacarnya agar tidak diganggu oleh pengguna media sosial lain.
“Paling buat Display Picture BBM, di Path sekali-sekali. Itu juga karena disuruh pacar soalnya dia takut ntar ada yang godain, ga penting sih
sebenarnya. Kalau saya sih ga ada nyuruh dia unggah foto kita di medsos dia.”
Namun demikian, foto-foto yang diunggah di Instagram oleh pacar Haritz masih dalam pengawasan Haritz. Jika Haritz merasa foto yang diunggah tersebut
tidak bagus maka ia akan menghapusnya dari Instagram. Sebelumnya Haritz juga pernah menghapus beberapa foto yang pernah ia unggah sendiri. Salah satu foto
yang dihapus tersebut adalah foto mantan pacar Haritz.
“Pernah hapus foto mantan. Foto sama pacar juga pernah ada yang dihapus, karena misalnya muka saya lagi jelek, atau pas pacar ngambil foto
selfie bedua saya lagi ngupil gitu. Itu kan pacar saya yang upload jadi kalau saya ngerasa ga bagus ya dihapus aja.”
Haritz dan pacarnya pernah bertengkar karena media sosial. Hal itu dipicu kecemburuan Haritz yang disebabkan unggahan seorang lelaki di akun twitter
milik pacar Haritz. Perang twitter pun tak terelakkan sehingga dari pengalaman tersebut, Haritz dan pacarnya memutuskan untuk tidak menggubris komentar
yang berasal dari orang yang tidak mereka kenal.
Pernah sih kita berantem gara-gara masalah medsos. Awal-awal pacaran sih sering gitu masih labil kan. Jadi dia mungkin bawaan usia
belum terlalu dewasa, ini berantemnya bukan di instagram sih tapi di twitter. Jadi dia terlalu ladenin cowok yang mention-mention gitu jadi panas sendiri
kan. Terakhir aku ngelabrak cowok itu di twitter, trakhir jadi ribut di twitter. Gitu aja sih.”
Belajar dari pengalaman sebelumnya, Haritz dan pacarnya tidak pernah membahas masalah pribadi di akun media sosial. Jika keduanya sedang
menghadapi masalah, mereka memilih untuk berkomunikasi secara tatap muka dalam menyelesaikan masalah tersebut. Selain itu, untuk menjaga agar
komunikasi tetap terjaga, Haritz dan pacarnya intens bertemu hingga empat kali dalam seminggu.
“Kalau misalnya lagi berantem, aku gamau ngomong lewat sosmed, kecuali kalau dia mau ngomong, ketemu, baru aku mau. Harus lewat hape
lah biar lebih privat. Lebih sering hubungi langsung ke hape dia atau dari personal message, kalau telpon jarang, sms jarang. Kalau ketemu intens sih
seminggu bisa sampe empat kali ketemu. Ya kalo ketemu paling jalan, makan, ngobrol, foto-foto.”
Hubungan pacaran yang dijalani Haritz dengan pacarnya sudah berlangsung selama dua tahun. Selama dua tahun tersebut, Haritz telah melewati
masa adaptasi untuk mengenal karakter satu sama lain. Adanya rasa saling percaya di antara mereka menyebabkan Haritz tidak segan untuk berbagi
password akun Instagram miliknya dengan pacar. Bagi Haritz, pacaran bertujuan untuk mengarah ke hubungan yang lebih serius yaitu menikah.
“Pacaran udah hampir dua tahun lah. Kita juga udah saling percaya
satu sama lain. Tujuan pacaran, ya, pengen serius aja. Mudah-mudahan bisa sampe nikah. Orang tua juga udah pada kenal.”
Haritz berpendapat bahwa Virtual Display of Affection VDA merupakan
hak setiap pasangan karena VDA merupakan kebebasan menggunakan media sosial. Menurut Haritz, VDA wajar dilakukan oleh pasangan selama tidak
mengandung unsur pornografi. Selain itu, VDA masih wajar jika dilakukan di tempat terbuka seperti mall atau tempat wisata bukan di tempat tertutup seperti
kamar hotel. Haritz juga tidak menampik bahwa dirinya termasuk pelaku VDA dan tidak mempermasalahkan hal tersebut.
“Kalau orang yang VDA ya terserah dia hak dia, kalau ga suka nggak usah di follow. Kan kebebasan pake medsos juga. Selama itu masih wajar,
ga berbau pornografi. Kalau kami, dibilang VDA, kayaknya termasuklah. Sah-sah aja. Asalkan masih wajar aja. Kalau emang masih dalam batas
wajar seperti foto bedua sambil pegangan tangan atau misalnya nunjukin kita lagi dimana ya wajar, asalkan jangan yang berbau seksual lah.
Misalnya dia foto ciuman atau foto lagi di kamar hotel ntah ngapa-ngapain gitu kan ga wajarlah.”
Bagi Haritz, Virtual Display of Affection VDA mempengaruhi
keharmonisan suatu hubungan. Namun, VDA tidak menjadi acuan harmonis atau tidaknya suatu hubungan. Mengumbar kemesraan di depan umum bukan menjadi
keharusan bagi pasangan untuk menunjukkan hubungan pasangan tersebut romantis. Menurut Haritz, romantisnya suatu hubungan hanya bisa dirasakan oleh
pasangan yang menjalani hubungan tersebut.
“Sedikit banyak mempengaruhi tapi gak jadi patokan lah harus ngumbar kemesraan di depan umum supaya romantis. Romantis kan kita dua aja yang
jalanin klo misalnya orang pacaran.”
Dengan demikian, Haritz menganggap VDA merupakan hal yang wajar dilakukan oleh pasangan selama tidak mengandung unsur pornografi. VDA
merupakan kebebasan menggunakan media sosial. Di sisi lain, kehadiran Instagram mendukung VDA karena Instagram hanya bisa diisi dengan unggahan
foto. Haritz mengakui bahwa ia termasuk pelaku VDA. Haritz melakukan VDA untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan pasangannya.
Informan II
Nama : Apriliyana Sinaga
Tanggal Wawancara : 09 September 2014
Pukul : 09.30 WIB
Tempat : Gedung B FISIP USU
Apriliyana memiliki gadget berupa smartphone yang digunakan untuk menunjang aktivitasnya sehari-hari. Gadis yang biasanya disapa Nana ini
menggunakan smartphone untuk mengakses media sosial seperti Instagram, Path dan Twitter. Apriiyana menggunakan Instagram sejak tahun lalu. Melalui media
sosial, Apriliyana bisa mem-follow teman-temannya yang ada di media sosial seperti Instagram. Dengan demikian, Apriliyana bisa mengikuti perkembangan
zaman.
“Medsos gunanya buat nyari temen kayak instagram kita bisa follow
temen kita atau Path untuk ngasih tau kita lagi makan dimana, bisa lebih ngikutin perkembangan jaman juga. SMS, Browsing internet, sosmed. Pake
ig sejak tahun lalu. Awalnya karena ngikutin perkembangan zaman aja.”
Apriliyana menggunakan media sosial sesuai kebutuhan. Apriliyana juga tidak mewajibkan dirinya untuk memeriksa setiap informasi terbaru di dalam
akun media sosialnya setiap hari. Apriliyana mengaku hanya menggunggah foto yang menarik pada saat tertentu saja dan tidak memaksakan untuk menggunggah
foto jika tidak ada yang menarik. Hal tersebut dilakukannya saat sendiri, bersama teman dan pasangannya. Dalam hubungan interpersonal dengan pasangannya, ia
tidak mengharuskan mengambil foto bersama setiap saat. Sedangkan inisiatif untuk mengambil foto berasal dari Apriliyana maupun pasangannya.
“Terkadang ga jadi kewajiban, misalnya kalok batre lagi lowbat gak pernah buka medsos. Jadi gak tentu juga tiap hari buka. Tergantung
kebutuhan sih kalau handphone atau kalo lagi ada momen ya kadang ngaplot foto kalau ga ada nggak sih.Foto-foto yang aku unggah kebanyakan
foto momen aja. Misal kita lagi jalan sama temen, makan dimana yaudah kita upload. Kalau misalnya lagi kuliah, ga ada momen, ya gak ada yang di
upload. Selfian juga pernah. Kalau inisiatif foto, tergantung, kadang aku, kadang bang Jul pacar, tergantung siapa yang ingat mau foto. Misalnya
lagi jalan trus ngerasa kami udah lama ga foto bareng yaudah foto aja. Kadang lagi makan kita gak ada foto sama sekali, tergantung kita pengen
ato nggak.”
Dalam penggunaan Instagram, terkadang Apriliyana dan pacarnya saling berbagi password akun Instagram mereka. Oleh sebab itu, Apriliyana bisa
mengunggah foto di akun Instagram milik pacarnya. Begitu juga sebaliknya,
pacar Apriliyana juga bisa mengunggah foto di akun Instagram milik Apriliyana. Namun demikian, Apriliyana mengaku tidak memiliki tujuan khusus ketika
mengunggah foto di Instagram milik pacarnya selain untuk kesenangan pribadi saja.
“Pernah sekali dia yang nge upload foto di ig ku. Dia ngupload foto aku yang jelek, aku ngupload foto dia yg jelek. Ya tujuannya ngga ada, cuma
buat seru-seruan aja.”
Sementara itu, Apriliyana mengunggah foto bersama pacar di Instagram bertujuan untuk mengabadikan saat-saat bersama dengan pacarnya. Ia tidak
bermaksud untuk memamerkan pacarnya kepada para followers-nya di Instagram. Menurut Apriliyana, ia dan pacarnya beberapa kali mengabadikan momen
kebersamaan mereka dalam bentuk foto. Salah satunya ketika mereka makan bersama di suatu kafe atau restoran, mereka memutuskan untuk mengambil foto
kemudian mengunggahnya ke Instagram.
“Bukan untuk nunjukin siapa pacarku sih, cuman ya, pas momennya lagi berdua, sama kayak tadi misalnya kita lagi makan, kita foto, ya kita
unggah.”
Apriliyana mengunci akun Instagram nya agar tidak bisa diakses oleh orang-orang yang bukan merupakan followers Instagram-nya. Hal tersebut ia
lakukan untuk mengantisipasi orang yang tidak ia kenal melihat atau menyalahgunakan foto-foto yang ada di Instagram-nya. Apriliyana hanya
mengizinkan teman-teman yang sudah ia kenal menjadi followers Instagram-nya. Dengan demikian, Apriliyana memastikan bahwa foto-foto bersama pacar yang ia
unggah hanya dapat dillihat oleh teman-temannya saja. Menurut Apriliyana, jika seseorang mengenali dirinya di Instagram, maka orang tersebut pasti akan mem-
follow Instagram-nya. Namun, jika seseorang tersebut hanya sekedar melihat foto-foto di Instagram stalker, maka orang tersebut belum tentu akan menjadi
followers.
“Aku kebetulan instagram nya ditutup, kalau menurut aku ya yang tau itu cuman temen-temen aku. Jadi kalok aku unggah foto berdua sama pacar
yang tau ya cuman temen-temen yang kukenal aja. Soalnya gak perlu sih orang tau aku lagi ngapain karna kan sebagian besar kayak di instagram
yang kita lakuin yang kita upload misalnya ulang tahun temen buat apa
orang lain tau. Kalau pun ada orang yang mau tau soal kita, kalau dia temen kita pasti dia follow kita kalau cuma mau stalker aja gak perlu lah.”
Apriliyana tidak selalu memeriksa komentar yang diberikan followers-nya. Adapun komentar yang dilontarkan oleh followers Apriliyana di Instagram
merupakan komentar positif. Menurut Apriliyana, teman-teman dekatnya khususnya teman satu jurusan di kampus sudah mengetahui kedekatannya dengan
sang pacar. Oleh sebab itu, ketika Apriliyana beberapa kali mengunggah foto berdua bersama pacarnya di Instagram, ia tidak menemukan adanya komentar
negatif tentang foto yang ia unggah. Namun, Apriliyana pernah menghapus salah satu komentar followers-nya yang ia nilai mengganggu.
“Kalok di komunikasi, sebelum kita jadian udah kesebar kalo kita dekat.
Jadi waktu kita udah unggah foto bedua komennya, eh udah jadian ya, gitu. Kemaren sih foto kita itu pernah dikomen sama mantan nya bang Jul trus
ada komen-komen orang lain nyambung di bawah komen dia yang bilang kl dia iri tapi udah dihapus komennya. Aku juga ga tipikal yang meriksain
handphone ato sosmednya bang Jul, kak. Jadi kurang tau juga entah ada lagi yang komen foto kami berdua.”
Apriliyana hanya mengunggah foto mesra dengan pacarnya saja. Menurut Apriliyana, jika ia mengunggah foto mesra dengan pria lain, akan menimbulkan
pertanyaan bahkan opini negatif dari teman-teman maupun followers-nya. Apriliyana menambahkan bahwa mengunggah foto bersama pacar merupakan hal
yang wajar selama foto tersebut masih dalam batasan sopan. Adapun foto-foto yang masih bisa ditolerir, menurut Apriliyana diantaranya foto yang tidak
menampilkan pakaian terbuka, foto di tempat umum serta foto yang tidak menampilkan kontak fisik yang berlebihan.
“Nggak. Soalnya itu bikin pertanyaan sih kayak siapa tu. Menurutku
wajar tetapi jangan sampe upload foto lagi ciuman. Kan kita berteman ada juga sisi-sisi dimana orang bisa menilai kita dari apa yang kita tampilkan.
Foto yang ditolerir itu yang gak terbuka, tempat umum, gak peluk-pelukan atau ciuman.”
Hubungan Apriliyana dengan pacarnya sudah berlangsung selama tujuh bulan. Tujuan Apriliyana berpacaran untuk mengenal lebih jauh pasangannya.
Apriliyana juga menjadikan pacarnya sebagai teman untuk bertukar pikiran. Apriliyana mengakui bahwa ia menjalani hubungan dengan serius. Ia berharap
kelak dirinya akan menikah dengan pacarnya.
“Masuk ke 7 bulan, bulan ini. Kalau pacaran ada yang kita cari
misalnya teman untuk cerita atau kenal dia lebih dari orang lain yang gak kenal. Menurut aku orang pacaran itu harus berfikir mau terakhir tu pada
akhirnya sama dia. Aku kalau pacaran gak ada main-main sih”
Dalam mempertahankan hubungan, Apriliyana dan pacarnya membiasakan diri untuk membicarakan masalah yang mereka hadapi hingga
menemukan solusi. Apriliyana dan pacarnya kuliah di kampus dan jurusan yang sama. Kondisi tersebut memungkinkan mereka untuk saling berkomunikasi secara
tatap muka setiap hari. Namun, jika tidak memungkinkan untuk bertemu secara tatap muka, maka mereka akan berkomunikasi melalui smartphone yaitu sms atau
chat.
“Ada masalah dibahas, cerita, kasih tau apa masalahnya. Tapi klo
berantem pasti pernahlah. Kalau dulu sering karna jumpa di kampus, kalau sekarang udah jarang komunikasi langsung, dia udah wisuda dan di luar
kota ya komunikasi pasti pake media bisa sms atau chat tiap hari.”
Apriliyana mengakui masalah di dalam hubungan mereka tidak selalu dapat mereka hindari. Masalah yang sering mereka hadapi yaitu kesibukan
mereka masing-masing. Hal tersebut menyebabkan Apriliyana dan pacarnya tidak memiliki waktu untuk membahas masalah yang mereka hadapi. Di saat-saat
tertentu, baik Apriliyana maupun pacarnya sama-sama memiliki karakter yang keras yang menyebabkan mereka bertengkar. Namun demikian, Apriliyana
mengakui bahwa pacarnya lebih dewasa sehingga mampu mengatasi karakter Apriliyana yang keras.
“Julius ini adalah yang paling muda dari yang pernah kupacarin. Walaupun sebelum-sebelumnya aku pacaran dengan orang yang usia di atas
aku. Kebetulan aku orang yang keras pendiriannya, kalau dia justru lebih sabar. Di usianya, dia udah bisa meng-handle aku, itu luar biasa menurut
aku.Misal kita berantem, dia coba jelasin kayak gini loh masalahnya atau kita sementara waktu masing-masing pisah, semacam lost contact tapi bukan
putus, nah nanti dia datengin duluan. Tetapi kadang kita sama-sama keras dan tanpa sadar udah nyakitin masing-masing. Terus soal kesibukan
masing-masing, dia tipikal orang yang sibuk dan aku juga banyak kesibukan, sanking sibuknya kita sampai nggak ngeluangin waktu buat bicarain
masalah kita itu sering terjadi.”
Setiap konten yang akan ditampilkan di media sosial sebaiknya mempertimbangkan efek positif dan negatifnya. Mengumbar hal-hal yang bersifat
privasi tentunya akan berdampak negatif. Menurut Apriliyana, mengumbar kemesraan dan mengumbar masalah dengan pacar di media sosial tidak perlu
dilakukan karena selain mengganggu kenyamanan pengguna media sosial lain, hal tersebut juga tidak memberikan efek positif bagi pengunggahnya.
“Gak perlulah mengumbar masalah berantem sama pacar si media sosial atau update status kangen-kangenan atau butuh dia itu gak perlulah.
Yang perlu dibagi mungkin motivasi.”
Salah satu tujuan Apriliyana mengunggah foto bersama pacar di media sosial adalah untuk memberitahu mantan pacarnya secara tidak langsung bahwa ia
telah memiliki pacar baru. Dengan demikian, Apriliyana berharap agar mantan pacarnya tidak mengganggunya lagi. Bagi Apriliyana, mengunggah foto mesra di
Instagram bukanlah menjadi acuan bahwa hubungan pasangan tersebut harmonis. Menurut Apriliyana, pasangan kategori dewasa yaitu usia 35 tahun ke atas tidak
menggunakan media sosial atau Instagram untuk menunjukkan bahwa hubungan mereka harmonis.
“Misal buat ngasih tau mantan kalau kita sekarang punya orang lain jadi sebatas dia tau dan gak bisa deketin kita lagi. Kalau membuat hubungan
dengan pacar semakin harmonis, nggak itu sih acuannya menurut aku, kan ada orang pacaran tanpa instagram harmonis aja koq seperti pasangan
kategori dewasa usia 35 tahun ke atas biasanya gak ada pake instagram.”
Apriliyana berpendapat bahwa mengunggah foto bersama pacar di media sosial merupakan hal yang wajar selama tidak mengganggu kenyamanan
pengguna media sosial lainnya. Mengunggah foto mesra dengan memperlihatkan kontak fisik yang berlebihan seperti berciuman atau berpelukan akan mengganggu
pengguna media sosial lain yang tidak setuju dengan hal tersebut. Sementara itu, Apriliyana merasa bahwa dirinya tidak melakukan Virtual Display of Affection
VDA karena ia dan pasangannya tidak pernah memamerkan foto yang tidak
senonoh. Selain itu, foto-foto yang diunggah oleh Apriliyana di Instagram tidak hanya didominasi oleh foto-foto mesra saja melainkan foto bersama teman-
temannya.
“VDA? Belum pernah. Ada orang yang tiap hari upload foto berdua,
tapi selama dia biasa aja kaya sekedar foto bedua menurut aku biasanya gak papa maksudnya gak ganggu kita juga. Tapi kalau sampe dia kayak ciuman
atau gitu-gituan yang cukup mengganggu orang lain yang lihat itu baru namanya mesra dan bisa dibilang cabul. Kalau dilihat di instagram aku atau
dia, foto kita juga ga banyak, lebih banyak foto dia sama temen-temen dia, aku sama temen-temen aku, atau kita tapi bareng temen-temen, jadi ga
termasuk VDA lah.Misalnya ulang tahun pacarnya dia ngasih bunga atau hadiah itu bisa dibilang romantis. Kalau mesra itu berdekatan dengan
pacarnya atau meluk pacarnya.”
Apriliyana tidak setuju dengan Virtual Display of Affection VDA. Menurutnya, VDA adalah tindakan memamerkan kemesraan yang tidak wajar.
Kemesraan yang dimaksud oleh Apriliyana yaitu berpelukan atau foto berdua di dalam kamar. Hal tersebut dapat memunculkan asumsi negatif bagi orang yang
melihatnya.
“Nggak sih, karena dari awal aku udah gak setuju dengan memamerkan kemesraan. Dan menurutku kategori mesra itu misalnya berpelukan, atau
foto lagi mesra di kamar itu ga baik dan malah memunculkan asumsi negatif bagi orang yang melihatnya.”
Dengan demikian, Apriliyana menganggap Virtual Display of Affection
VDA merupakan tindakan yang memamerkan kemesraan yang tidak wajar di
media sosial. Oleh sebab itu, Apriliyana menganggap bahwa dirinya tidak melakukan VDA walaupun ia pernah mengunggah foto mesra dengan pacarnya di
Instagram. Bagi Apriliyana, Instagram berperan untuk mengabadikan momen bersama orang-orang spesial sekaligus membagikan momen tersebut dengan
teman-temannya yang juga menggunakan Instagram.
Informan III
Nama : Salmon Febrian Siregar
Tanggal Wawancara : 09 September 2014 Pukul
: 16.00 WIB Tempat
: Parkiran FISIP USU Salmon merupakan seorang mahasiswa yang juga berprofesi sebagai
seorang wartawan media cetak. Kehadiran new media menjadikan kegiatannya dalam berkomunikasi lebih efisien. Menurut Salmon, new media merupakan
media komunikasi yang berhubungan dengan internet. Salmon memiliki gadget berupa laptop yang digunakan untuk browsing dan mengetik berita. Selain itu,
Salmon juga memiliki smartphone yang digunakan untuk merekam suara narasumber, mengakses berita online, mengakses media sosial seperti Instagram,
Twitter serta untuk chatting seperti Blackberry Messenger, Line dan Whats App.
“Yang aku tau sih ya new media itu termasuk internet. Yang aku pake ada smartphone sama laptop lah. Manfaatnya banyak sih, berhubung aku
jadi wartawan hp dipake buat rekam narasumber, browsing situs-situs berita online, media sosial kayak bbm, line, instagram, watsap, kalau laptop buat
browsing sama ngetik-ngetik.”
Salmon berpendapat bahwa media sosial diciptakan sebagai media interaksi dengan sesama pengguna media sosial. Namun, media sosial saat ini
bukan hanya digunakan sebagai media untuk berinteraksi melainkan sebagai media curahan hati. Selain itu, pesatnya perkembangan gadget dan maraknya tren
penggunaan media sosial di berbagai kalangan menjadikan media sosial sebagai media ajang pamer. Menurut Salmon, ajang pamer di media sosial juga didukung
oleh aplikasi yang memungkinkan penggunanya membagikan informasi tentang lokasi yang sedang ia kunjungi dengan pengguna media sosial lain. Dengan
demikian, kini media sosial berperan sebagai media untuk menunjukkan eksistensi diri.
“Kalau dulu orang bilang sosial media memudahkan orang berinteraksi, kalau sekarang aku lihat kurang karena menurut aku media sosial sekarang
bukan dipake buat berinteraksi sama orang tapi lebih ke tempat curahan hati. Trus tren sekarang menjadikan media sosial sebagai media ajang
pamer misal di path pamer lagi dimana. Ya medsos jadi ajang eksistensi diri. Sementara menurut aku media sosial diciptakan untuk berinteraksi satu
sama lain dengan sesama pengguna media sosial, tetapi kenyataannya sekarang orang banyak memakai media sosial sebagai eksistensi diri, pamer,
media curhat.”
Salmon sudah setahun menggunakan Instagram. Alasan Salmon menggunakan Instagram karena ia penasaran dengan Instagram yang saat itu
sedang marak digunakan oleh teman-temannya. Menurut Salmon, manusia termasuk dirinya memiliki sifat latah, yaitu suka mengikuti apa yang sedang tren
di masyarakat. Di samping itu, Salmon menggunakan Instagram untuk membagikan hasil karya fotografinya dan aktivitasnya kepada teman-temannya
yang menggunakan Instagram. Salmon juga sering mengecek akun Instagram miliknya, tetapi jarang mengunggah foto.
“Hampir setahun pake ig. Awalnya karena ikut-ikutan aja. Ya namanya
manusia pasti ada sifat latahnya, jadi ada kawan-kawan aku yang pake instagram kenapa aku ga pake secara aku juga punya smartphone gitu.
Terus aku juga suka moto, suka berbagi hasil karyaku dan juga berbagi aktivitasku juga sih di instagram. Kalau ngecek sering tapi kalau unggah
jarang.”
Salmon biasanya mengunggah foto-foto dirinya saat bersama dengan teman-temannya. Salmon juga pernah mengunggah foto dirinya bersama pacar.
Bagi Salmon, pacar juga merupakan seorang teman. Namun, di Instagram, foto bersama pacar diberikan judul khusus yang menunjukkan bahwa ia sedang berfoto
dengan teman yang spesial yaitu pacar. Perlakuan spesial tersebut juga disadari oleh teman-teman Salmon yang memberikan komentar di Instagram.
“Banyak. Foto-foto ama kawan-kawan aku, gambar-gambar lucu, ya
sama teman deh. Ya aku kan unggah foto sama temen-temen aku. Pacar kan juga temen ya dianggap sebagai teman spesial tapi jarang sih aku unggah
foto berdua sama pacar aku. Ya kalau pun aku unggah bukan karena apa- apa tapi karena pengen aja. Terus kalau foto sama pacar kan keliatan itu
bedanya kalau foto sama temen. Ya misalnya dalam satu foto aku buat empat frame yang isinya foto aku bedua sama pacar trus dikasih caption’ just
posted’. Buktinya langsung ada yang komentar, ‘udah pada punya pacar ya?’, gitu.”
Pacar Salmon juga memiliki akun Instagram. Foto bersama pacar yang diunggah oleh Salmon biasanya akan ditandai langsung ke akun Instagram milik
pacarnya. Salmon tidak memiliki tujuan khusus ketika mengunggah foto bersama pacar di Instagram. Namun, Salmon memiliki harapan agar orang lain khususnya
teman-temannya yang menggunakan Instagram bisa mengetahui bahwa ia sudah
memiliki seorang pacar.
“Tau. Dia juga pake istagram. Biasa aja, sama pacar aku koq. Gak ada
tujuan apa-apa sih. Tapi di satu sisi jujur ya aku pengen aja nunjukin ke orang lain kalau aku tu punya pacar.”
Salmon dan pacarnya sama-sama memiliki inisiatif untuk mengambil foto bersama. Foto tersebut biasanya diambil ketika mereka sedang santai setelah
makan bersama di suatu tempat. Dengan demikian, momen kebersamaan dengan pacar tersebut dapat diabadikan dalam bentuk foto. Namun, tidak semua foto-foto
tersebut diunggah ke Instagram. Adapun foto yang biasanya di unggah ke
Instagram merupakan foto saat momen khusus seperti ulang tahun, jalan-jalan ke tempat wisata atau acara wisuda.
“Pas lagi makan, habis ngobrol-ngobrol ya foto aja, iseng-iseng aja.
Yang inisiatif ngajak foto ya ganti-gantian, kadang dia kadang aku. Ketika kita mendapatkan momen yang beda saat bareng-bareng itu kita unggah.
Misalnya lagi jalan berdua ke tempat wisata mana gitu, momen ulang tahun, wisuda pokoknya momen yang berarti.”
Salmon tidak sembarangan mengunggah foto dirinya bersama dengan teman wanita yang bukan merupakan pacarnya di Instagram. Menurut Salmon,
jika statusnya belum menjadi pacar, maka foto tersebut tidak perlu diumbar ke media sosial. Jika Salmon mengunggah foto bersama seorang wanita yang bukan
merupakan pacarnya, ia akan memberi keterangan di foto tersebut bahwa ia berfoto bersama dengan temannya.
“Kalau aku pribadi nggak mau. Soalnya belum jadi pacar, ngapain juga diumbar-umbar.”
Salmon tidak hanya memeriksa akun Instagram miliknya, tetapi ia juga memeriksa akun Instagram milik pacarnya. Hal tersebut dilakukan Salmon karena
ia ingin mengetahui apa saja aktivitas pacarnya di media sosial. Menurut Salmon, pengguna media sosial saat ini menjadikan media sosial sebagai tempat untuk
mencurahkan isi hati maupun pikiran. Oleh sebab itu, Salmon ingin mengetahui bagaimana perasaan yang diungkapkan oleh pacarnya di media sosial.
“Aku pernah meriksa instagram pacar aku, aku pengen tau dia lagi ngapain. Soalnya orang kan menjadikan media sosial sebagai tempat
curahan hatinya, apa yang dipikirkannya, apa yang diungkapkannya melalui medsos, jadi aku mau tau aja apa yang ada di pikiran dia.”
Hubungan pacaran yang dijalani Salmon sudah berlangsung selama tujuh bulan. Dengan berpacaran, ia dan pacarnya belajar untuk saling memahami dan
menyayangi satu sama lain. Menurut Salmon, mengunggah foto bersama pacar di media sosial merupakan salah satu cara menunjukkan ke orang lain bahwa
pasangan tersebut saling menyayangi. Salmon mengakui bahwa tujuannya berpacaran adalah untuk menikah.
“Baru 7 bulan sih. Tujuannya untuk menikah. Unggah foto berdua sama pacar itu salah satu cara menunjukkan ke orang lain bahwa pasangan itu
saling menyayangi.”
Dalam hubungan interpersonal, Salmon dan pacarnya berkomunikasi secara langsung dan lewat media. Berkomunikasi lewat media lebih sering
dilakukan karena Salmon hanya bertemu pacarnya sebanyak tiga kali dalam seminggu. Salmon dan pacarnya menikmati saat kebersamaan mereka dengan
melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti jalan-jalan atau makan di cafe. Salmon dan pacarnya memiliki karakter yang berbeda. Maka, untuk menyatukan
perbedaan karakter tersebut, Salmon dan pacarnya saling bertukar pikiran. Mereka juga berupaya menyelesaikan masalah secara bersama-sama.
“Jalan, makan sambil ngobrol, nongkrong. Selalu bertukar pikiran. Kebetulan karakter dia sama karakter aku itu berbeda. Jadi ya mempelajari
karakter masing-masing juga sih. Kalau punya masalah kita selesaikan bareng-bareng. Trus hepi-hepi bareng lah kayak jalan-jalan gitu.
Komunikasi langsung dan lewat media. Lebih sering komunikasi via media kalau ketemu paling jago tiga kali seminggu.”
Salmon belum pernah mendengar tentang Virtual Display of Affection VDA. Menurut Salmon, mengunggah foto mesra ke media sosial merupakan hal
yang wajar. Namun, hal tersebut tergantung dengan tingkat kemesraan yang ditunjukkan dalam foto yang di unggah. Mengunggah foto dengan pose duduk di
sebelah pacar masih wajar bagi Salmon. Sementara, foto berciuman atau berpelukan yang menunjukkan kontak fisik yang berlebihan dapat mengganggu
kenyamanan pengguna media sosial lain yang melihatnya. Namun demikian, pengertian mesra relatif bagi setiap orang. Di sisi lain, foto mesra berusaha
menyampaikan pesan bahwa pasangan tersebut bahagia.
“Belum pernah. Ya tergantung tingkat kemesraannya. Kalau unggah fotonya cuma duduk berdua bareng gak papa, tapi klo misalnya dia ciuman,
peluk-pelukan segala macem, pokoknya over kontak fisik lah, itu agak mengganggu sih menurut aku karena itu privasi. Mesra itu relatif. Pokoknya
dalam foto itu ada menunjukkan pesan bahwa pasangan itu saling bahagia.”
Setelah menjalani hubungan pacaran selama tujuh bulan, Salmon menemukan banyak hal yang ia suka dari pacarnya. Salmon menyukai sifat dan
kepribadian pacarnya. Tidak hanya kepribadiannya, Salmon juga menyukai wajah pacarnya yang ia nilai cukup manis. Salmon mengakui bahwa dia dan pacarnya
terkadang memiliki kesamaan karakter. Namun, jika sedang terlibat perdebatan, salah satu di antara mereka harus ada yang mengalah.
“Banyak. Aku suka sifatnya dia, kepribadiannya juga enak terus mukanya manis sih. Kita punya karakter yang sama-sama keras kepala tapi
kadang sama-sama lembek juga. Kalau kita berantem ya mau gak mau salah satu dari kita harus mengalah dong.”
Menanggapi Virtual Display of Affection VDA di media sosial khususnya di Instagram, pengguna media sosial yang tidak melakukan VDA tidak
boleh iri terhadap pasangan VDA. Menurut Salmon, secara umum orang yang berpacaran pasti ingin mengunggah foto bersama pacar di Instagram untuk
menunjukkan status hubungan mereka. Selain itu, maraknya pasangan yang mengunggah foto mesra mereka di Instagram, secara tidak langsung akan ditiru
oleh pasangan lain yang menggunakan Instagram.
“Ya ga boleh sirik. Walaupun manusiawi kalau kita juga pengen unggah foto berdua sama pacar buat nunjukin kita juga punya pacar. Jadi secara ga
langsung karna kita latah ikut-ikutan temen sih. Artinya karena ada yang lakuin unggah foto mesra duluan makanya orang jadi bisa niru.”
Salmon mengakui bahwa dirinya termasuk melakukan Virtual Display of Affection VDA. Salmon berpendapat bahwa VDA berpotensi mengganggu
kenyamanan pengguna media sosial lain. Namun, VDA juga dapat diterima jika dilihat dari sisi kualitas maupun kuantitas dari foto yang diunggah. Kualitas foto
bisa dinilai dari kontak fisik yang dilakukan pasangan, apakah masih dalam batasan normal atau berlebihan yang mengarah ke norma asusila. Sementara itu,
kuantitas foto juga mempengaruhi VDA tersebut positif atau negatif. Foto yang di unggah dalam jumlah besar dan dalam waktu yang bersamaan akan membuat
jenuh pengguna media sosial yang melihatnya.
“Kalau dari topik yang kita bahas, ya termasuk sih. Menurutku VDA itu termasuk dalam batasan wajar bisa dilihat dari kualitas gambarnya seperti
kontak fisiknya sejauh mana apakah pelukan, ciuman atau mengarah ke asusila gitu kan. Nah, dari kuantitas juga ada, misalnya sehari dia unggah
tiga foto aja itu udah bikin orang yang liat eneg loh walaupun ga ada kontak fisik. Kalau menurut aku sih jangan terlalu sering lah mengumbar itu kalau
bisa ya sekali dua hari gitu kek.”
Dengan demikian, Salmon tidak memungkiri bahwa dirinya melakukan Virtual Display of Affection VDA. Namun, menurut Salmon, foto mesra yang ia
unggah di Instagram masih dalam kategori wajar. VDA merupakan salah satu cara pasangan untuk menunjukkan status hubungan serta menunjukkan bahwa
pasangan tersebut saling menyayangi. Sementara itu, maraknya pasangan yang mengunggah foto mesra mereka di Instagram, secara tidak langsung akan ditiru
oleh pasangan lain yang menggunakan Instagram.
Informan IV
Nama : Ade Tia Nuansyara
Tanggal Wawancara : 25 September 2014 Pukul
: 11.00 WIB Tempat
: Perpustakaan USU Ade Tia Nuansyara adalah mahasiswi Ilmu Komunikasi yang sedang
bergelut dengan skripsi. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, Ade menyadari manfaat new media yang memudahkannya untuk mencari informasi seputar bahan
perkuliahan dan skripsi. Kehadian new media juga memudahkan Ade untuk berkomunikasi dengan orang lain. Akan tetapi, new media juga memiliki sisi
negatif karena berhubungan dengan internet dan gadget. Internet memerlukan perangkat berupa smartphone atau komputer untuk mengoperasikannya.
Sedangkan harga smartphone yang mendukung aplikasi terbaru cukup mahal menurut Ade. Selain itu, biaya untuk mengakses internet cukup menguras uang
sakunya setiap bulan.
“New media itu bagus sih kalau kita ngambil yang positifny, trus bisa membantu juga banyak pelajaran yang bisa kita dapat. Dengan media baru
juga bisa memudahkan kita untuk komunikasi sama orang lain. Dampak negatifnya boros, soalnya perlu biaya beli gadget, terus mesti ngikutin
perkembangan gadget supaya bisa pakai aplikasi terbaru. Kalau gadget yang biasa-biasa aja kan gak bisa pakai aplikasi tertentu. Terus pengeluaran
bulanan kuota bulanan internet kan boros uang saku.”
Ade memiliki dua buah telepon genggam. Salah satu telepon genggam ia gunakan untuk menelepon dan mengirim sms, sedangkan telepon genggam
lainnya digunakan khusus untuk internet. Telepon genggam yang terhubung dengan internet digunakan untuk mengakses media sosial, bermain game online,
mencari bahan kuliah serta mengunduh lagu. Ade memiliki beberapa akun media sosial seperti Instagram, Path, Twitter dan Line.
“Punya dua gadget. Satu dipakai buat telponan, sms, yang satu lagi buat instagram, path, twitter, line, smua aplikasi media sosial. Kadang buat maen
game, browsing google nyari bahan kuliah, download lagu, internet lah.”
Ade menggunakan Instagram sejak tahun 2013. Awalnya Ade melihat banyak teman-temannya yang mengunggah foto di Instagram. Hal tersebut
membuat ia tertarik untuk membuat akun Instagram juga. Foto-foto yang biasanya di unggah oleh Ade di Instagram merupakan foto dirinya saat sedang
megunjungi tempat wisata, foto selfie serta foto apapun yang saaat itu sedang ingin ia unggah.
“Pakai instagram sejak tahun lalu. Pakai instagram karena liat-liat temen unggah foto, abis tu kepengen buat kayak gitu yaudah buat akun
instagram deh. Yang diunggah biasanya foto jalan-jalan, foto selfie, semua lah yang pengen aku unggah aja.”
Akun Instagram Ade terkunci untuk umum. Artinya, hanya followers yang dikonfirmasi oleh Ade saja yang bisa melihat foto-foto di akun Instagram Ade.
Hal tersebut ia lakukan untuk mengontrol orang-orang yang akan dijadikan teman di Instagram. Menurut Ade, followers seperti online shop mengganggu
kenyamanan menggunakan Instagram karena mereka melakukan promosi tanpa izin. Ade belum pernah menerima komentar negatif terhadap foto-foto yang di
unggahnya di Instagram. Adapun komentar yang diberikan oleh followers-nya berupa pertanyaan tentang lokasi foto atau sekedar memberi pujian kepada foto
Ade.
“Instagram privat supaya bisa kontrol siapa yang dijadiin temen. Kalau gak kenal ngapain juga kumasukin. Paling nanti dia komen-komen yang gak
jelas gitu kayak online shop nanti dia komen liat ini liat itu kan males sih. Sejauh ini sih belum ada komen yang negatif soal foto-foto yang kuunggah,
paling komen temen yang bilang ‘eh bagus ya fotonya’ atau ‘foto dimana nih?’.”
Selama setahun menggunakan Instagram, Ade telah mengunggah ratusan foto. Foto-foto tersebut berupa foto dirinya sendiri, bersama teman, kerabat
hingga pacar. Foto bersama pacar pertama kali ia unggah saat masa awal menggunakan Instagram yaitu sekitar tahun 2013. Saat itu Ade dan pacarnya
sudah berpacaran selama setahun. Ade berpacaran sejak tahun 2012 yang hingga saat ini sudah berjalan selama hampir dua tahun.
“Unggah foto berdua sama pacar pernah. Pertama kali ya sejak buat akun instagram. Kita pacaran udah dua tahun lebih, jadi waktu pertama
unggah foto berdua itu udah jalan setahun jadian.”
Galeri foto Instagram Ade dipenuhi oleh foto-foto dengan berbagai momen. Ade menjelaskan bahwa foto-foto yang ia unggah mengikuti situasi dan
kondisi yang dialami saat itu. Ade memiliki hobi jalan-jalan, sehingga tak jarang ia mengunggah foto di sejumlah tempat yang ia anggap menarik dan bagus untuk
di bagikan ke Instagram. Sementara itu, inisiatif untuk mengambil foto bersama pacar biasanya disampaikan oleh Ade. Pacar Ade tidak pernah menolak jika Ade
meminta untuk foto bersamanya.
“Unggah foto berdua itu pas lagi pengen aja, misalnya pas lagi jalan keluar foto selfie bagus yaudah unggah masukin buat aja captionnya lagi
dimana. Yang inisiatif ngajak foto biasanya aku, dia gak pernah nolak, paling kalau nolak dipaksa-paksa supaya mau.”
Sementara itu, tujuan Ade mengunggah foto dilandasi keinginannya untuk memuaskan diri sendiri serta keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman.
Menurut Ade, saat ini mengunggah foto bersama pacar di Instagram sudah menjadi tren di masyarakat pengguna media sosial. Ade pun tidak ingin
ketinggalan untuk mengikuti tren tersebut. Selain itu, tujuan Ade mengunggah foto bersama pacar di Instagram untuk mengisi galeri akun Instagram-nya agar
tidak kosong. Di sisi lain, tujuan Ade mengunggah foto tersebut untuk menunjukkan bahwa ia sudah memiliki pacar.
“Tujuan unggah foto apa ya, paling ada kepuasan tersendiri aja ngikutin perkembangan zaman. Perkembangan zaman kan sekarang sering
sih unggah foto berdua, jadi aku ngikutin aja. Untuk ngisi instagramnya juga supaya jangan kosong. Disisi lain ada rasa pengen nunjukin ke publik kalau
aku udah punya pacar, rasa kayak gitu ada sih.”
Ade tidak menetapkan batasan terkait jumlah foto mesra maupun kontak fisik dalam foto yang ia unggah di Instagram. Menurut Ade, sejauh ini foto-foto
yang di unggahnya masih dalam kategori normal. Ia belum pernah mengunggah foto bersama pacar dengan kontak fisik yang terkesan vulgar. Ade mengakui
bahwa foto mesra memang terlibat kontak fisik. Namun, kontak fisik tersebut masih bisa diterima oleh masyarakat seperti mencium pipi pasangan.
“Ngga ada sih batasan unggah foto selama masih normal-normal aja. Lagian foto yang kumasukin juga normal-normal aja gak pernah ada yang
sampek kami ciuman atau kayak mana nggak ada. Mesra itu menurut aku ada kontak fisik. Misal kayak cium pipi gitu gak papa. Tapi kalau yang
vulgar kali nggaklah.”
Ade memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan perasaan kepada pasangannya. Salah satunya melalui perantara media sosial. Ade tak segan untuk
menyampaikan rasa sayangnya kepada pacar di media sosial. Hal itu disebabkan ketidaknyamanan Ade untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung. Oleh
sebab itu, baik foto maupun kata-kata mesra yang ditampilkan Ade di Instagram bertujuan untuk menyampaikan isi hati dan pikirannya kepada pacarnya. Namun,
tidak semua hal-hal yang bersifat pribadi disampaikan oleh Ade di Instagram. Ade akan menyampaikan perasaan dan harapannya kepada pacarnya hanya pada
saat momen tertentu seperti ulang tahun atau hari jadi mereka. Ade pun tidak mempermasalahkan jika orang lain mengetahui apa yang dia sampaikan kepada
pacarnya di Instagram.
“Waktu unggah momen tertentu misalnya ulang tahun biasanya orang komen selamat ya, cocok ya, gitu aja. Aku kadang kalau ngungkapin atau
yang bilang langsung ‘aku sayang loh samamu’ agak lain gitu, jadi lebih bagus aku ngungkapin dari sms, dari media sosial daripada aku ngomong
langsung. Kalau ngomong langsung gitu aku ngerasa agak kaku, tapi kalau via media aku biasa aja berasa gak ada beban. Dan aku gak masalah kalau
orang lain tau.”
Dalam menjalani hubungan pacaran, setiap pasangan pasti pernah mengalami kesalahpahaman yang memicu pertengkaran. Hal tersebut juga
dialami oleh Ade dan pacarnya. Mereka bahkan pernah bertengkar karena media sosial. Pertengkaran tersebut dipicu adanya kecemburuan dengan mantan pacar
yang muncul di media sosial mereka. Adapun yang dilakukan Ade dan pacarnya ketika sedang bertengkar adalah menghindari komunikasi serta menjaga jarak satu
sama lain selama beberapa hari. Setelah kondisi emosi keduanya mereda, baru lah mereka kembali melakukan komunikasi setelah salah satu dari mereka ada yang
mengalah. Namun, jika masalah yang dihadapi cukup besar, Ade dan pacarnya memilih untuk membicarakannya secara baik-baik.
“Pernah sih berantem gara-gara medsos, cuma bukan di instagram. Ceritanya gara-gara di bbm ada mantan nge invite, cemburu-cemburuan,
atau di twitter di follow back sama mantan, marah, gitu aja sih. Kalau udah berantem ya gak ada ngapa-ngapain palingan ntar baikan sendiri. Palingan
kalau misalnya udah apa kali diomongin baik-baik, tapi sejauh ini nggak pernah berantem sampek yang ngeri-ngeri kali sih. Kalau berantem ya diam-
diaman nanti dua atau tiga hari baik sendiri, salah satu ada lah yang nyapa duluan.”
Kuliah di fakultas dan jurusan yang sama memungkinkan Ade dan pacarnya untuk sering bertemu dan berkomunikasi secara langsung. Komunikasi
dengan perantara media seperti telepon dan sms jarang mereka lakukan. Menurut Ade, salah satu cara untuk menjaga hubungan agar tetap harmonis adalah dengan
memperbanyak intensitas pertemuan. Selain itu, pergi liburan bersama juga merupakan cara mereka untuk mempererat hubungan.
“Cara buat menjaga hubungan ya sering ketemu, sering komunikasi, sering jalan bareng yang jauh ntah kemana, liburan. Komunikasi secara
langsung, kalau sering ke kampus biasanya sempatin ketemu, kalau komunikasi via media gitu jarang.”
Baik Ade maupun pacarnya sama-sama memiliki hobi jalan-jalan. Kebiasaan mereka saat berada di tempat wisata atau tempat jajanan adalah
mengunggah status atau foto tentang aktivitas mereka ke media sosial. Sementara itu, mereka memiliki karakter yang berbeda. Menurut Ade, pacarnya memiliki
sifat yang keras, sedangkan ia mengaku lebih suka mengalah. Namun demikian, persamaan dan perbedaan tersebut membuat Ade merasa nyaman menjalani
hubungan dengan pacarnya. Hubungan mereka di awali dari hubungan pertemanan yang kemudian menjadi semakin intim sejak mereka saling membuka
diri.
“Kesamaan kami sama-sama suka jalan-jalan. Kalau sifat beda, dia keras, kalau aku lebih ke orang yang bisa ngalah. Aku udah nyaman aja
sama dia, udah jalan lama, aku sama dia udah bisa kayak teman, kalau orang pacaran biasanya ada jaim-jaim nya, kalau aku sama dia udah nggak
ada, jadi kami itu pacaran udah kayak sahabatan, jadi udah gak ada yang ditutup-tutupi lagi, udah nyaman lah. Dari awal kenal sampe sekarang kan
kami memang di friend zone kan, tapi kalau dulu nggak sedekat ini, kalau
sekarang kan udah lebih terbuka satu sama lain. Kebiasaan kami kalau lagi kemana, biasanya cek in di path, selalu, supaya eksis.”
Ade belum pernah mendengar tentang Virtual Display of Affection VDA. Namun, Ade mengetahui bahwa mengunggah foto mesra di Instagram sedang
menjadi tren saat ini khususnya di kalangan selebriti. Ade pun mengakui bahwa dirinya juga pernah mengunggah foto mesra di Instagram. Akan tetapi, Ade
melakukan VDA bukan karena tren VDA di kalangan artis atau selebriti, melainkan karena teman-temannya yang terlebih dahulu mengunggah foto mesra
di Instagram.
“Belum pernah dengar. Kalau kategorinya yang pegangan tangan, rangkulan, ya kami termasuklah. Kalau melihat banyak artis yang unggah
foto mesra sih aku masa bodo aja, lagian artis kan udah biasa lakuin yang kayak gitu. Kalau aku sih ngikuti tren ya dari temen-temen aja gak sampe
ikut-ikutan yang dilakukan artis.”
Ade menilai Virtual Display of Affection VDA merupakan hal yang wajar dilakukan. Hal itu dikarenakan banyaknya orang yang melakukan VDA
termasuk dirinya. Menurut Ade, bentuk kemesraan yang ia dibagikan ke media sosial berupa foto bersama pacarnya. Namun, ada juga kemesraan yang dinilai
Ade cukup mengganggu pengguna media sosial seperti membagikan percakapan pribadi. Ade berpendapat, percakapan yang bersifat pribadi sebaiknya dilakukan
secara langsung atau lewat pesan pribadi, bukan dibagikan ke media sosial dimana orang lain bisa mengetahui percakapan pribadi pasangan tersebut.
“Wajar aja mesra di medsos. Gimana ya, kita kan banyak liat orang juga kayak gitu jadi ya gak masalah walaupun kita gak sering tapi pernah
lah. Kalau kita kan mesra nya cuma sekedar unggah foto berdua di instagram atau path, nggak sampai mention atau kabar-kabaran di twitter
pokoknya intens gitu nggak. Aku ngerasa ill feel kalau liat itu soalnya itu kan privasi, kan udah ada hape bisa telpon langsung, udah ada line, udah ada
semua aplikasi messenger yang bisa buat komunikasi langsung berdua ngapain mesti unggah yang orang bisa tau yang udah makan sayang, agak
risih gitu, apa sih.”
Dengan demikian, Ade menganggap Virtual Display of Affection VDA merupakan hal yang wajar dilakukan oleh pasangan selama tidak mengganggu
kenyamanan pengguna media sosial lain. Bagi Ade, VDA merupakan salah satu cara mengungkapkan perasaan kepada pasangannya. Ade mengakui bahwa foto
mesra memang terlibat kontak fisik. Namun, kontak fisik tersebut masih bisa diterima oleh masyarakat dan tidak vulgar. Sementara itu, mengunggah foto
bersama pacar di Instagram sedang menjadi tren saat ini.
4.1.4 Penyajian Data