Gambar 2.1 Tampilan Instagram
2.2.4 Teori Uses and Gratification
Pendekatan ini pertama kali dinyatakan oleh Elihu Katz 1959 sebagai reaksi terhadap Bernard Berelson yang menyatakan bahwa penelitian komunikasi
mengenai efek komunikasi masa sudah mati. Sementara penelitian yang mulai hidup adalah penelitian tentang usaha untuk menjawab pertanyaan “what do
people do with media?”. Penggunaan media adalah salah satu cara untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan sehingga efek media sekarang di defenisikan
sebagai situasi ketika pemuasan kebutuhan terjadi Rakhmat, 2004: 199. Penelitian Uses and Gratification bermula dari pandangan komunikasi
khususnya media massa tidak mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak. Inti dari Teori Uses and Gratification adalah khalayak pada dasarnya
menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan
khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya, media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak disebut media yang efektif Kriyantono, 2006: 204.
2.2.5 Keintiman Dalam Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal berawal dari ketertarikan interpersonal. Ketertarikan interpersonal menurut Baron dan Byrne dalam Rahman 2013: 155
adalah penilaian kita terhadap orang lain berdasarkan pada apakah kita menyukai orang tersebut atau tidak menyukainya. Ketertarikan interpersonal ini kemudian
akan menentukan apakah kita akan menjalain hubungan interpersonal atau tidak. Jika terdapat ketertarikan, maka hubungan interpersonal dimulai.
Pada awalnya, proses hubungan interpersonal bersifat dangkal. Pertukaran informasi sudah terjadi tapi terbatas pada informasi yang sifatnya umum.
Frekuensi pertemuan masih jarang dan terbatas pada aktivitas-aktivitas tertentu saja. Jika hubungan interpersonal tersebut dianggap cukup memuaskan, maka
hubungan interpersonal akan berlanjut menuju tahapan yang lebih intim. Teori yang secara khusus membahas perkembangan hubungan interpersonal adalah teori
penetrasi sosial dari Altman dan Taylor. Teori penetrasi sosial dalam West dan Turner, 2008: 205-209 terdiri dari
empat tahapan hubungan, yaitu: tahap orientasi, pertukaran penjajakan afektif exploratory affective exchanges, pertukaran afeksi affective axchanges dan
pertukaran stabil stable exchanges. Tahap paling awal dari interaksi disebut dengan tahap orientasi yang terjadi pada tingkat publik. Artinya, hanya sedikit
mengenai diri kita yang terbuka untuk orang lain. Tahapan selanjutnya adalah tahap pertukaran penjajakan afektif yang merupakan perluasan area publik dari
diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu muncul. Pada tahap ini terdapat sedikit spontanitas dalam komunikasi karena individu-
individu merasa lebih nyaman satu sama lain. Mereka tidak begitu hati-hati akan kelepasan berbicara mengenai sesuatu yang nantinya akan mereka sesalkan.
Sementara itu, pada tahapan pertukaran afektif ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang lebih intim. Menurut Altman dan Taylor 1987 dalam
West dan Turner 2008: 207, tahap pertukaran afektif termasuk interaksi yang lebih “tanpa beban dan santai” di mana komunikasi sering kali berjalan spontan
dan individu membuat keputusan yang cepat, sering kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Tahap pertukaran
afektif menggambarkan komitmen lebih lanjut kepada individu lainnya di mana para interaktan merasa nyaman satu dengan lainnya. Tahap keempat dan terakhir,
pertukaran stabil, dicapai dalam sedikit hubungan. Tahap pertukaran stabil berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara
terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi. Dalam tahap ini, pasangan berada dalam tingkat keintiman yang tinggi dan
sinkron: maksudnya, perilaku-perilaku di antara keduanya kadang kala terjadi kembali, dan pasangan mampu untuk menilai dan menduga perilaku pasangannya
dengan cukup akurat. Teori penetrasi sosial pada intinya berkaitan dengan kemajuan sebuah
hubungan yang romantis. Ada empat asumsi teori penetrasi sosial West dan Turner, 2008: 197, yaitu:
1. Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
2. Secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi.
3. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi penarikan diri dan
disolusi. 4.
Pembukaan diri self-disclosure adalah inti dari perkembangan hubungan. Self-disclosure merupakan dasar untuk menjalin keintiman. Keintiman
berkembang melalui penyingkapan informasi, pikiran, dan perasaan kepada pasangan. Sternberg dalam “The Triangular Theory of Love”, menjelaskan bahwa
keintiman adalah perasaan yang menciptakan kehangatan dan ikatan dalam hubungan cinta, seperti saling berbagi, memberikan dukungan emosional, dan
berkomunikasi. Sementara, Erikson mendefinisikan keintiman sebagai perasaan saling percaya, terbuka, dan saling berbagi dalam sebuah hubungan. Di sisi lain,
Olforsky berpendapat bahwa keintiman merupakan kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan yang akrab. Keakraban ini terlihat
dari kedekatan, penghargaan, keterbukaan, komunikasi, tanggung jawab, hubungan timbal balik, komitmen, dan seksualitas. Seksualitas di sini tidak
mengacu kepada hubungan seks, melainkan kepuasan yang dirasakan seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain. Adapun Fieldman menyebutkan keintiman
adalah proses seseorang mengkomunikasikan perasaan-perasaannya serta informasi diri kepada orang lain melalui proses keterbukaan diri Amalia, 2013:
14. Berdasarkan sejumlah pemahaman di atas, maka dapat kita simpulkan jika
keintiman merupakan perilaku afeksi seseorang kepada orang lain, termasuk di dalamnya adalah komitmen, saling percaya, keterbukaan diri, hubungan timbal
balik dan saling ketergantungan. Adapun keintiman tidak bisa terjadi pada satu orang, melainkan harus dua orang. Oleh sebab itu, keintiman erat kaitannya
dengan hubungan antarmanusia. Keintiman dapat dicirikan dengan ikatan dan intensitas interaksi yang tinggi dalam berbagai bentuk.
Keintiman diterjemahkan ke dalam beberapa perilaku Kjeldskov dalam Amalia, 2013: 15 sebagai berikut:
1. Self-disclosure; keintiman menunjukkan seberapa terbuka seseorang
kepada orang lain yang sesungguhnya membuat dirinya rentan. 2.
Communicate emotion; keintiman kadang tak terucap dan minim informasi, namun sangat berarti dan kuat secara emosional. Seiring dengan
perkembangan jaman, keintiman tersebut dapat dikomunikasikan melalui media telefon dan e-mail.
3. Presence in absence; keintiman kuat akan perasaan kehadiran orang lain,
meskipun sebenarnya keberadaan orang tersebut di tempat yang berbeda. 4.
Ambiguous and incomplete; keintiman bersifat tersirat dan muncul pada konteks perilaku tertentu. Keintiman membagi dan mengisyaratkan dunia
masing-masing individu. 5.
Private; keintiman biasanya sengaja dibangun oleh pasangan dan tidak terlihat oleh orang lain.
6. Strong mutuality; keintiman merupakan ikatan timbal balik dalam pesan
dan tindakan. Keintiman adalah sebuah kesatuan perasaan. Oleh sebab itu, kita tidak
dapat memisahkan satu bentuk keintiman dengan bentuk keintiman yang lain. Biasanya satu bentuk keintiman diikuti dengan bentuk keintiman lainnya. Dalam
penelitiannya, Kjeldskov 2005 dalam Amalia 2013: 19-21 merumuskan sepuluh bentuk keintiman, antara lain:
1.
Self-disclosure adalah sebuah tindakan pemberian informasi pribadi,
seperti perasaan kita terhadap orang lain. Self-disclosure menekankan kepada keterbukaan openness dan pengertian receptive seseorang
kepada orang lain sehingga tidak adanya dinding pemisah dalam sebuah hubungan. Dua orang yang melakukan selfdisclosure dengan baik, maka
mampu menciptakan keintiman lainnya. Begitu pun sebaliknya, apabila
mereka gagal dalam hal ini, maka tidak dapat membentuk keintiman lainnya.
2.
Trust adalah kepercayaan atau keyakinan terhadap pasangan bahwa ia
tidak akan merusak hubungan. Tingginya tingkat kepercayaan berbanding lurus dengan toleransi masing-masing pihak. Begitu pun dengan
keintiman, semakin tinggi kepercayaan, maka dialog-dialog keintiman akan semakin berkembang. Keintiman ini bersifat kenyamanan dan privat.
3.
Commitment adalah sekumpulan tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan atau memeliharan keintiman. Kesalahpahaman komitmen dapat mengubah bentuk hubungan, dengan demikian komitmen menjadi
salah satu dasar dari bentuk sebuah hubungan. Komitmen bukan hanya janji tidak berselingkuh, tetapi juga konsistensi menjalankan tanggung
jawab dalam sebuah hubungan, melibatkan pasangan dalam kehidupan dibanding berperilaku individualis, termasuk juga “cost and reward” saat
hidup bersama. 4.
Emotional adalah perasaan yang dikomunikasikan melalui tindakan atau
simbol tertentu. Biasanya hal ini hanya dapat dirasakan oleh orang yang dituju dan melalui bentuk pesan yang sederhana.
5.
Reciprocity adalah hubungan timbal balik atau respon yang diberikan oleh
pasangan. Hal ini sering kita temukan ketika seseorang mengucapkan “I love you” atau pesan selamat malam sebelum tidur. Dari respon yang
diberikan kita dapat menilai seberapa dalam keintiman yang terjalin dalam sebuah hubungan. Apabila pesan-pesan yang dikomunikasikan tidak
mendapatkan respon diabaikan, maka dalam hubungan tersebut masih ada dinding pemisah.
6.
Expressive adalah keintiman non-verbal yang tak jarang bersifat ambigu.
Meski dua orang telah lama menjalani hubungan masih ada kemungkinan terjadi kesalahpahaman. Hal tersebut dikarenakan keintiman jenis ini
bergantung pada kreativitas manusia. Bentuk pesan dapat berubah sesuai dengan media dan perasaan yang ingin disampaikannya.
7.
Physical adalah pertemuan fisik, mulai dari kedekatan secara fisik hingga
hubungan seksual. Dalam konteks keintiman termediasi, kedekatan fisik
diekspresikan secara verbal dan non-verbal, misalnya bertukar foto, webcam, atau mengirim hadiah. Meskipun demikian, tak jarang orientasi
keintiman ini mengekspresikan keinginan kedekatan secara fisik nyata atau aktivitas seksual.
8.
Public Private adalah keintiman yang dilakukan pasangan, baik di
depan publik atau pun tidak. Setiap pasangan memiliki caranya sendiri untuk menunjukkan komitmen dan rasa sayangnya. Oleh sebab itu, tak
jarang keintiman ini dihubungkan dengan public display affection, yakni pengekspresian kasih sayang terhadap pasangan di depan publik secara
verbal dan non-verbal, misalnya ciuman, kata-kata mesra, dan sebagainya. Adapun pesan yang dikomunikasikan dapat secara terang-terangan atau
simbol-simbol yang hanya dimengerti beberapa pihak. 9.
Presence-in-absence adalah perasaan subjektif terhadap keberadaan orang
lain, baik secara fisik maupun non-fisik. Perasaan ini dapat muncul disebabkan hal-hal yang bersifat simbolik. Beberapa peneliti menyatakan
bentuk keintiman ini bersifat irrational tidak masuk akal, namun sangat mampu untuk menciptakan dan memelihara keintiman.
10.
Strong yet vulnerable adalah perasaan tidak aman pada masing-masing
pihak. Keintiman memang menguatkan hubungan, namun keintiman pun dapat menumbuhkan kekhawatiran dari masing-masing pihak akan
keberlanjutan hubungan mereka ke depannya. Menurut Brehm dan Kassin dalam Rahman 2013: 172-173, suatu
hubungan dapat dikatakan intim atau erat, secara umum memiliki ciri-ciri antara lain: terdapat kelekatan emosional, satu sama lain mampu memenuhi kebutuhan
pasangannya, satu sama lain saling tergantung dan saling mempengaruhi secara kuat. Salah satu hubungan erat atau intim adalah hubungan yang dibangun atas
dasar cinta. Sebagian ahli mengatakan bahwa cinta merupakan perasaan suka dengan intensitas yang tinggi. Sebagian lagi mengatakan bahwa cinta dan suka
tidak berada pada satu garis yang kontinum. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Cinta tidak selalu didasari oleh perasaan suka, dan perasaan suka
pun tidak selalu berujung pada emosi cinta.
Dalam “Wheel Theory”, Reiss dalam Amalia 2013: 17 menggambarkan perkembangan cinta seperti sebuah roda yang melalui empat tahap, yaitu rapport,
self-revelation, mutual depedency, dan intimacy need fulfillment. Rapport adalah tahap di mana kita mendapatkan kenyaman dengan orang lain karena beberapa
kesamaan, seperti sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Dari sini kita mulai mengembangkan komunikasi menjadi lebih baik dan mendalam, misalnya
bertukar ide. Self-revelation merupakan tahap seseorang mulai terbuka dengan perasaannya. Masing-masing mulai berani mengutarakan ketakutan, harapan, dan
ambisi, bahkan terkadang mulai melakukan hubungan seksual secara fisik. Pada tahap mutual depedency, dua orang mulai menjadi pasangan couple. Mereka
semakin intens melakukan berbagai hal bersama-sama, misalnya berolahraga, pergi ke bioskop, sampai tidur bersama. Di tahap ini pun perbedaan usia, budaya,
nilainilai, dan prinsip mulai dikesampingkan. Sampai akhirnya pada tahap intimacy need fulfillment, hubungan menjadi lebih konsisten, masing-masing
saling ketergantungan, dan mengisi kebutuhan. Mereka saling mendukung dan memperdalam cintanya. Meskipun demikian, keempat tahap tersebut layaknya
roda, ia terus berputar dan melewati tahap-tahap itu berkali-kali hingga akhirnya menjadi semakin dalam atau berhenti menjadi hubungan yang singkat.
2.2.6 Public Display of Affection PDA dan Virtual Display of Affection