4.3 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.3.1 HASIL
4.3.1.1 Kelimpahan Populasi Merak Hijau Jawa di Taman Nasional Baluran dan Alas
Purwo
Kelimpahan individu rata-rata merak hijau jawa di resort Bekol taman nasional Baluran berdasarkan metoda perhitungan suara dengan cara jalur call count transect method
didapatkan total rata-rata individu pada tahun 2006 dan 2007 sebesar 69.8 ekor Tabel IV- 1. Kelimpahan individu merak hijau jawa tertinggi ditemukan pada tipe habitat savanna
memprosentasikan sekitar 61.6 - 73.5 dari populasi merak hijau jawa di areal contoh. Tabel IV-1 Kelimpahan total rata-rata individu merak hijau jawa di Taman Nasional Baluran
pada masing-masing tipe habitat hasil sensus tahun 2006 dan 2007 dengan pengamatan n = 20
No Tipe Habitat
Luas ha Kelimpahan individu rerata ekor
dan Simpangannya 2006
SD 2007 SD
1 Savana Bekol
323.99 50.8
±8.05 43.4
±6.75 2
Hutan Pantai Bama - Manting 167.46
6.8 ±3.58
8.5 ±2.95
3 Hutan Musim Bekol
645.41 5.3
±2.45 10.3 ±3.27
4 Hutan Musim Selalu Hijau Bekol
30.00 6.2
±2.53 8.3
± 2.91 Total
1166.86 69.1
±22.52 70.5
±17.38 Total rata-rata
69.8 ± 19.77
Kelimpahan populasi merak hijau jawa lebih banyak pada tipe habitat savana, meskipun di tipe habitat lainnya seperti di tipe habitat hutan musim, hutan pantai maupun
hutan selalu hijau terdapat kelimpahan individu merak hijau jawa dengan ukuran yang relatif kecil 5.3 – 10.3 ekor. Porsi luas tipe habitat savanna pada areal contoh
pengamatan hanya sekitar 27.80 dari total luas tipe habitat, namun kelimpahan individu merak mencapai lebih dari 60 . Berdasarkan hasil uji chi-kuadrat terhadap kepadatan
individu rata-rata tahun 2006 dan 2007 pada berbagai tipe habitat di TNB, yaitu savana, hutan pantai, hutan musim dan hutan selalu hijau, ternyata berbagai tipe habitat tersebut
memiliki perbedaan kepadatan individu merak hijau jawa yang nyata χ
2
= 29.05, P 0.01. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kelimpahan individu merak hijau jawa memiliki kaitan
dengan tipe habitat di Taman Nasional Baluran. Individu merak hijau jawa yang dapat ditemukan di areal konsentrasi minum di TNB seperti terlihat pada Gambar IV-1
Gambar IV-1 Tujuh belas merak hijau jawa minum di bak air minum satwaliar di resort Bekol TNB
Sementara itu, kelimpahan individu merak hijau jawa di resort Rowobendo taman nasional Alas Purwo yang dihitung berdasarkan metoda terkonsentrasi didapatkan bahwa
jumlah individu rata-rata pada tahun 2006 - 2007 adalah 78.6 burung. Kelimpahan merak hijau jawa tertinggi sekitar 54.7 dari keseluruhan populasi merak hijau jawa ditemukan
pada tipe habitat hutan tanaman jati tumpang sari di Gunting tahun 2006. Namun pada tahun 2007 kelimpahan merak hijau jawa tertinggi bergeser ke padang rumput Sadengan
sekitar 39.8 jumlah populasi merak hijau jawa berada di tipe habitat tersebut. Tabel IV- 2. Berdasarkan hasil uji chi-kuadrat terhadap kepadatan individu rata-rata tahun 2006 dan
2007 pada berbagai tipe habitat di TNAP, yaitu tumpangsari Gunting, padang rumput Sadengan, hutan campuran tumpangsari Rowobendo, hutan jati Ngagelan dan hutan jati
Sumber Gedang, ternyata berbagai tipe habitat tersebut memiliki perbedaan kepadatan individu merak hijau jawa yang nyata χ
2
= 38.92, P0.01. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kelimpahan individu merak hijau jawa memiliki kaitan dengan tipe habitat di Taman
Nasional Alas Purwo.
Tabel IV-2 Kelimpahan total rata-rata individu merak hijau jawa di Taman Nasional Alas Purwo pada masing-masing tipe habitat hasil sensus 2006 dan 2007 dengan
pengamatan n=20 No Tipe Habitat
Luas ha Kelimpahan individu rerata ekor dan
Simpangannya 2006
SD 2007
SD
1 Hutan Tanaman Jati
Tumpangsari Gunting 220.41
44.1 ±6.69
29.7 ±5.48
2 Padang Rumput-Hutan Dataran
Rendah Sadengan 147.00
25.1 ± 5.09
30.5 ±5.58
3 Hutan Campuran Tumpangsari
Rowobendo 252.54
6.2 ±2.57
11.9 ±3.48
4 Hutan Pantai dan Hutan
Tanaman Jati Ngagelan 296.94
2.9 ±1.79
1.8 ±1.40
5 Hutan tanaman Jati-Mangrove
Belakang Sumber Gedang 294.25
2.4 ±1.58
2.6 ±1.65
Total 1211.16
80.7 ±18.44
76.5 ±14.24
Total rata-rata 78.6±15.75
Kelimpahan populasi merak hijau jawa lebih terkonsentrasi pada tipe habitat hutan jati tumpangsari dan padang rumput. Sekitar 78.6 - 85.7 populasi merak hijau jwa di
taman nasional Alas Purwo terkonsentrai pada kedua tipe habitat tersebut. Kelimpahan individu merak hijau jawa pada tipe habitat lain dengan ukuran yang relatif kecil 2.4 – 11.9
ekor. Luas tipe habitat hutan jati tumpangsari dan padang rumput hanya sekitar 30.3 tipe habitat merak hijau jawa pada areal contoh pengamatan, namun demikian memiliki
porsi kelimpahan populasi merak hijau jawa lebih dari 78 . Jumlah individu merak hijau jawa yang dapat ditemukan di areal konsentrasi makan di TNAP seperti terlihat pada
Gambar IV-2.
Gambar IV-2 Sepuluh ekor merak hijau jawa sedang makan di padang rumput Sadengan resort Rowobendo TNAP
4.3.1.2. Struktur Umur dan Nisbah Kelamin
Struktur umur populasi merak hijau jawa di TNB diwakili oleh hasil pengamatan terhadap merak hijau jawa yang minum pada sumber air. Adapun kelimpahan populasi
merak hijau jawa yang tercatat mengunjungi sumber air minum Bekol, Manting dan Bama di TNB disajikan pada Tabel IV-3. Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui jumlah
individu merak hijau jawa yang tergolong merak dewasa, remaja dan anak. ternyata populasi merak didominasi oleh burung dewasa. Pengelompokan klas umur merak hijau
jawa di TNB didasarkan kriteria Grzimek 1972. Kelimpahan umur merak jantan remaja mencapai 59.43 , merak jantan dewasa adalah 40.57 , tetapi merak betina remaja
hanya 31.12 dan merak betina dewasa adalah 68.88 . Berdasarkan pada klasifikasi umur tersebut, populasi merak hijau jawa di TNB membentuk piramida terbalik. Hal ini
akan mempengaruhi perkembangan populasi merak hijau jawa pada masa mendatang. Tabel IV-3 Kelimpahan individu merak hijau yang mengunjungi sumber air minum di TNB
tahun 2006 dan 2007
Sumber air minum Jantan
Betina Total
Dewasa Remaja
Dewasa Remaja
Bekol
3.0±0.64 5.7±0.47
26.6±1.00 12.6±0.81
47.9
Bama
0.7±0.53 0.6±0.50
0.6±0.56 1.9
Manting
0.6±0.50 0.7±0.65
1.3
Total
4.3 6.3
27.9 12.6
51.1 10.6
40.5
Gambar IV-3 Piramida struktur umur merak hijau jawa di TNB Nisbah kelamin merak hijau jawa di TNB juga didekati dari kelimpahan merak hijau
jawa yang mendatangi sumber minum Tabel IV-3 dengan kelimpahan merak jantan 10.6 burung : merak betina 40.5 burung yang berarti sekitar 1 jantan : 3.8 betina. Nisbah
Jantan Remaja 59.43 Jantan Dewasa
40.57 Betina Dewasa
68.88
Betina Remaja
31.12 Jantan
Betina
kelamin merak hijau jawa dewasa, dengan jumlah burung jantan 4.3 ekor dengan jumlah betina 27.9 ekor atau 1 ekor jantan : 6.5 ekor betina. Kondisi nisbah kelamin tersebut
mengindikasikan bahwa merak hijau jawa di TNB hidup dengan sistem polygyny. Sistem perkawinan polygyny pada merak hijau jawa merupakan strategi populasi untuk tetap
menjamin aliran gen dalam populasi.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap populasi merak hijau jawa yang berkumpul
di areal makan di TNAP, struktur umur dan nisbah kelamin merak tersebut dapat dilihat pada Tabel IV-4 dan Gambar IV-4. Pengelompokan klas umur merak hijau tersebut di
dasarkan kriteria Grzimek 1972. Berdasarkan hasil pengelompokan klas umur merak hijau jawa di TNAP, bahwa populasi merak hijau jawa didominasi oleh burung dewasa. Merak
hijau jawa jantan remaja mencapai 45.33 dan merak hijau jawa jantan dewasa sekitar 54.67 , sedangkan merak hijau jawa betina dewasa adalah 85.06 dan 14.94 adalah
betina dewasa. Berdasar pada klasifikasi umur tersebut populasi merak hijau jawa membentuk piramida terbalik. Dengan sedikit jumlah merak hijau jawa remaja ataupun
anakan, pada populasi merak hijau jawa di TNAP, akan mempengaruhi perkembangan populasi tersebut di masa mendatang.
Tabel IV-4. Kelimpahan individu merak hijau jawa yang berkumpul di areal pakan di TNAP tahun 2006 dan 2007
Areal Konsentrasi Jantan
Betina Total
Dewasa Remaja
Dewasa Remaja
Sadengan
4.8±0.41 2.3±0.47
16.5±0.97 4.0±0.87
27.6
Rowobendo
1.0±0.18 1.0±0.18
7.0±0.83 9.0
Gunting
1.0±0.18 3.5±0.51
27.0±0.74 5.5±0.51
37.0
Sumber Gedang
0.8±0.41 0.0
1.5±0.68 2.3
Ngagelan
0.6±0.50 0.0
2.1±0.55 2.7
Total
8.2 6.8
54.1 9.5
78.6 15.0
63.6
Male 0 Female 0
Betina Dewas a 85.06 Jantan Dewas a 54.67
Betina Remaja
14.94
Jantan Remaja 45.33
Gambar IV-4 Piramida struktur umur merak hijau jawa di TNAP
Nisbah kelamin merak hijau jawa di TNAP dengan jumlah merak jantan 15.0 ekor: merak betina 63.6 ekor dengan perbandingan 1 jantan : 4.2 betina, tetapi nisbah kelamin
merak dewasa, dengan jumlah burung jantan 8.2 ekor dengan jumlah betina 54.1 ekor atau 1 ekor jantan : 6.6 ekor betina. Kondisi nisbah kelamin tersebut mengindikasikan
bahwa merak hijau jawa di TNAP hidup dengan sistem perkawinan poligami polygyny. Pemilihan perkawinan sistem polygyny pada merak hijau jawa merupakan strategi populasi
untuk tetap menjamin aliran gen dalam populasi
4.3.1.3 Natalitas dan Mortalitas Populasi
Sangat sulit didapatkan data mengenai kelahiran natalitas maupun kematian mortalitas langsung di lapangan. Sedikit gambaran dari natalitas dari lapangan
didapatkan dari jumlah telor per sarang cluth size yang ditemukan 3-6 butir, namun yang sering adalah 3-4 butir. Informasi langsung natalitas yang didapatkan secara langsung
berupa informasi petugas taman nasional yang melihat anakan merak hijau jawa dan telur disarang hasil pencurian maupun anakan hasil curian yang ditetaskan. Data tersebut agak
sulit untuk dikuantifikasikan. Data mortalitas jauh lebih sulit ditemukan secara langsung di lapangan. Pada tahun 2007 di TNB ditemukan merak hijau jawa betina mati diduga
dimakan oleh ajag Cuon alpinus Gambar IV-5. Gambaran mengenai kelahiran dan kematian merak hijau jawa di TNB maupun di
TNAP didekati berdasarkan dari hasil sensus tahun 2006 dan 2007 terhadap merak hijau jawa di kedua taman nasional tersebut, meskipun hasil tersebut lebih menggambarkan
perkembanganfluktuasi populasi, Namun demikian indikasi adanya natalitas dan mortalitas tercermin dari data tersebut. Data perkembangan populasi merak hijau jawa di
TNB dari hasil sensus tahun 2006 terdapat 69.1 burung, namun demikian pada tahun 2007 terdapat 70.5 burung, sehingga terjadi kenaikan populasi sebanyak 1.4 ekor atau sekitar
2.07 perbedaan natalitas dengan mortalitasnya. Sementara itu, data populasi merak hijau jawa di TNAP dari hasil sensus tahun 2006 mendapatkan 80.7 ekor sedangkan hasil
sensus tahun 2007 hanya 76.5 ekor, sehingga terjadi penurunan populasi sebanyak 4.2 ekor atau 5.49 selisih antara mortalitas dengan natalitasnya.
a b
Gambar IV –5 . Anakan merak hijau jawa berumur 1 minggu a merak hijau jawa diduga dimangsa oleh ajag Cuon alpinus di TNB b
4.3.1.4 Perkembangangan Populasi Merak Hijau Jawa di TNB dan TNAP
Analisis perbandingan terhadap perkembangan populasi merak hijau jawa di TNB telah dilakukan untuk mengetahui perubahan fluktuasi populasi dari tahun 1995, 2006
dan 2007. Berdasarkan hasil uji Chi-kuadrat terhadap kelimpahan populasi merak hijau jawa di TNB dengan perbedaan waktu pengamatan tahun 1995, 2006 dan 2006 berbeda
nyata χ
2
Tipe Habitat
= 17.89, P0.01 kelimpahan populasinya. Hasil analisis perbandingan populasi merak hijau jawa tersebut menunjukan bahwa populasi merak hijau jawa di TNB
mengalami penurunan sekitar 66.95 selama 12 tahun. Namun demikian kelimpahan poulasi merak hijau jawa di TNB pada tahun 2006 69.10 ekor dan 2007 70.50 ekor
menunjukan kenaikan sebesar 1.4 ekor atau 2.03 . Tabel IV-5 Kelimpahan populasi merak hijaun jawa dengan perbedaan waktu pengamatan
di areal contoh di TNB
Hernowo 1995
Studi ini 2006
Studi ini 2007
Savana 51.10
50.80 43.40
Hutan Musim 23.40
5.30 10.30
Hutan selalu Hijau 25.07
6.20 8.30
Hutan Pantai 18.23
6.80 8.50
Total 117.80
69.10 70.50
Pengamatan yang berkaitan dengan perkembangan populasi merak hijau jawa di TNAP dilakukan tahun 1998, 2005, 2006 dan 2007. Berdasarkan hasil uji chi-kuadrat
terhadap kelimpahan populasi merak hijau jawa di TNAP dengan perbedaan waktu pengamatan tahun 1995, 2005, 2006 dan 2007 berbeda nyata χ
2
= 19.71, P0.01 kelimpahan populasinya. Hasil analisis perkembangan populasi merak hijau jawa tersebut
menunjukkan peningkatan populasi dari tahun 1998 sampai 2006, sebesar 77.91 selama 8 tahun.
Tabel IV-6. Kelimpahan populasi merak hijau jawa yang didapatkan dengan pengamat
lainnya yang berbeda waktu pengamatan di TNAP
Areal Konsentrasi
Tipe Habitat Supratman
1998 Wasono
2005 Studi
ini 2006
Studi ini
2007
Sadengan Hutan dataran rendah Padang
Rumput 31
31 25.1
30.5 Rowobendo
Hutan Tanaman campuran dan Areal Tumpangsari
12 8
6.2 11.9
Gunting Hutan Tanaman Jati dan Areal
Tumpangsari 11
44.1 29.7
Sumber Gedang Hutan tanaman Jati
2.4 2.6
Ngagelan Hutan Tanaman Jati
2.9 1.8
Total 43
50 80.7
76.5
Keterangan tidak ada data
4.3.1.5. Kelompok Merak Hijau Jawa Dalam Populasi Secara umum merak hijau jawa hidup dalam kelompok, kecuali jantan dewasa dan
remaja yang memisahkan dari kelompoknya. Tipe kelompok merak hijau jawa di TNB dan TNAP terdiri atas 5 tipe kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok induk betina dengan anak. Kelompok ini terdiri atas satu induk betina
dan 1- 4 individu anakan.
2. Kelompok betina dewasa. Kelompok ini terdiri atas betina dewasa 2 – 4 individu.
3. Kelompok betina remaja. Kelompok ini terdiri atas betina remaja 2 – 4 individu. 4. Kelompok remaja campuran.
Kelompok ini terdiri 2 – 3 individu remaja betina dan 1 jantan remaja.
5. Kelompok soliter.
Kelompok ini terdiri hanya 1 jantan dewasa ataupun jantan remaja yang telah memisah dari kelompok asalnya
a
b Gambar IV-6. Kelompok merak hijau jawa betina remaja a Kelompok merak hijau jawa
betina dewasa b
a b Gambar IV- 7. Kelompok merak hijau jawa remaja campuran 1 jantan dengan 2 betina
remaja b seekor jantan remaja soliter
Merak hijau jantan dewasa tidak memiliki anggota kelompok. Merak tersebut akan hidup soliter atau mengambang dalam kelompok lainnya. Merak jantan dewasa umumnya
tidak bisa bergabung dengan merak jantan dewasa lainnya. Merak jantan remaja sering juga ditemukan secara soliter bila sudah tidak lagi bergabung dengan kelompok asalnya.
Kelompok merak jantan soliter ini sering bergabung dengan kelompok betina pada saat mencari pakan atau minum. Dalam aktivitas tidur, yang sering bergabung tidur dengan
kelompok jantan soliter adalah kelompok merak betina.
Gambar IV-8 Merak hijau jawa jantan dewasa tidak memiliki kelompok
Jumlah kelompok merak hijau jawa yang teramati di TNB disajikan pada Tabel IV-7. Jumlah kelompok merak hijau jawa tercatat pada masing-masing tipe habitat didominasi
oleh kelompok merak hijau jawa betina dewasa dengan anggota 3 individu. Jumlah kelompok merak hijau jawa yang teramati di taman nasional Baluran lebih banyak
terkonsentrasi pada tipe habitat savana Bekol. Tabel IV - 7. Jumlah kelompok merak hijau jawa yang teramati di TNB tahun 2006
dan 2007 No Tipe Habitat
Jumlah Kelompok merak hijau jawa Tahun 2006
Tahun 2007
1 Savana Bekol
21 4JD1,2KBD2,2KBD4,6KBD3,2KC3, 2JR1,2KBR3,1KBA4
18 4JD1,2KBD2,2KBD4,4KBD3,2KC3, 2JR1,1KBR2,1KBA4
2 Hutan Pantai Bama - Manting
3 1JD1,1KBD3,1KC3 4 1JD1,1KBD3,1KBD2,1KC3
3 Hutan Musim Bekol
3 1JD1,1KBD2,1KBD3 5 1JD1,2KBD3,2KBD2
4 Hutan Musim Selalu Hijau
Bekol 3 1JD1,1KBD4,1KBD2
4 1JD1,2KBD3,1KBD2
Keterangan :
JD Jantan Dewasa, KBD Kelompok Betina Dewasa, KC Kelompok Campuran,JR Jantan Remaja KBR Kelompok Betina Remaja, KBA Kelompok Betina Anak
Angka didepan kelompok adalah banyaknya kelompok, angka dibelakang kelompok adalah jumlah anggota kelompok
Gambar IV-9 adalah merupakan salah satu contoh gambaran kehidupan berkelompok merak hijau jawa yang sedang berkumpul di tempat minum. Berbagai kelompok merak
hijau jawa betina dapat bertemu di tempat minum untuk minum.
Gambar IV-9. Beberapa kelompok merak hijau jawa betina minum di bak air minum Bekol TNB
Jumlah kelompok merak hijau jawa yang teramati di taman nasional Alas Purwo ditampilkan pada Tabel IV- 8. Kelompok merak hijau dewasa mendominasi di seluruh tipe
habitat, terutama kelompok merak hijau betina dewasa anggota 3 individu. Namun demikian jumlah kelompok merak hijau jawa yang banyak teramati pada tipe habitat
padang rumput Sadengan dan areal hutan jati tumpangsari Gunting.
Tabel IV - 8. Jumlah kelompok merak hijau jawa yang teramati di TNAP tahun 2006 dan 2007
No Tipe Habitat Jumlah Kelompok merak hijau jawa
Tahun 2006 Tahun 2007
1 Padang Rumput Sadengan
13 5JD1,1KBD4,1KBD3,1KBD2,1KC3,2JR1, 1KBR4,1KBA4
14 5JD1,1KBD4,3KBD3,1KC3,2JR1, 1KBR3,1KBA4
2 Areal Tumpangsari Rowobendo
5 1JD1,2KBD2,1KBD3,1JR1 6 1JD1,2KBD3,2KBD2,1JR1
3 Areal Tumpangsari Gunting
16 1JD1,3JR1,2KBD4,5KBD3,1KBD2 2KBR4,1KBA4,1KC3
12 1JD1,3JR1,1KBD4,4KBD3,1KBR3 1KBA4,1KC3
4 Hutan Jati Sumber Gedang
2 1JD1,1KBD2 2 1JD1,1KBD2
5 Hutan Jati Ngagelan
2 1JD1,1KBD2 2 1JD1,1KBD2
Keterangan :
JD Jantan Dewasa, KBD Kelompok Betina Dewasa, KC Kelompok Campuran,JR Jantan Remaja KBR Kelompok Betina Remaja, KBA Kelompok Betina Anak
Angka didepan kelompok adalah banyaknya kelompok, angka dibelakang kelompok adalah jumlah anggota kelompok
Gambar IV-10 adalah merupakan gambaran kelompok merak hijau jawa betina yang sedang mencari pakan dan berkumpul dengan merak hijau jawa jantan dewasa.
Gambar IV-10. Kelompok merak hijau jawa betina dan jantan dewasa sedang makan di Padang rumput Sadengan TNAP
Secara umum ukuran kelompok merak hijau jawa di TNAP maupun di TNB adalah kecil 2-4 ekor. Kelompok merak hijau jawa dalam populasi bergerak ke berbagai tipe
habitat baik di TNB maupun TNAP. Pergerakan kelompok merak hijau jawa tersebut berkaitan dengan ketersediaan terutama terhadap sumberdaya pakan dan air. Namun
demikian pergerakan kelompok merak hijau jawa pada dasarnya dalam rangka memenuhi tututan kehidupannya, termasuk menjaga kelestarian populasi. Pergerakan kelompok
merak hijau jawa tersebut juga menjaga agar tetap terjaminnya pergerakan aliran gen dalam populasi merak hijau jawa baik di TNB maupun TNAP. Pergerakan kelompok
tersebut menunjukan kebebasan merak hijau jawa betina untuk kawin dengan merak hijau jawa jantan di berbagai habitat. Pergerakan kelompok tersebut merupakan strategi
populasi merak hijau jawa dalam menjaga aliran gennya.
4.3.1.6. Pola Sebaran Populasi Pola sebaran lokal dari merak hijau jawa di TNB dan TNAP yang dihitung dari hasil
sensus tahun 2006 dan 2007 disajikan pada Tabel IV-9 dan Tabel V-10. Pola sebaran lokal merak hijau jawa di TNB adalah mengekelompok clumped. Pola sebaran lokal
merak hijau jawa di taman nasional ini berkaitan dengan ketesediaan sumberdaya pada masing-masing tipe habitat. Merak hijau jawa di TNB tersebar di berbagai tipe habitat
seperti savanna, hutan musim, hutan pantai dan hutan selalu hijau. Sebaran lokal merak hijau jawa tersebut adalah secara umum adalah acak berkelompok.
Tabel IV-9. Pola sebaran lokal merak hijau jawa di TNB tahun 2006 dan 2007
No Tipe Habitat
Keragaman S
2
Jumlah individu rerata X Pola Sebaran
2006 2007 2006 2007
1 Savana Bekol
64.84 45.60 50.80 43.40
Mengelompok 2
Hutan Pantai Bama - Manting 12.84 8.72
6.80 8.50 Mengelompok
3 Hutan Musim Bekol
6.01 10.68 5.30 10.30
Mengelompok 4
Hutan selalu Hijau Bekol 6.40 8.46
6.20 8.30 Mengelompok
Pola sebaran lokal merak hijau jawa di TNAP adalah berkelompok clumped. Pola sebaran lokal merak hijau jawa di taman nasional ini berkaitan dengan ketesediaan
sumber daya pada masing-masing tipe habitat. Merak hijau jawa di TNAP tersebar di berbagai tipe habitat seperti padang rumput sadengan, hutan dataran rendah, hutan
tanaman campuran tumpangsari, hutan tanaman jati tumpangsari dan hutan tanaman jati. Tabel IV-10. Pola sebaran lokal merak hijau jawa di TNAP tahun 2006 dan 2007
No Tipe Habitat
Keragaman S
2
Jumlah individu rerata X
Pola Sebaran
2006 2007 2006 2007
1 Padang rumput Sadengan
25.88 31.17 25.10 30.50
Mengelompok 2
Hutan tanaman campuran tumpangsari Rowobendo 6.62 12.10
6.20 11.90 Mengelompok
3 Hutan tanaman Jati tumpangsari Gunting
44.77 30.01 44.10 29.70
Mengelompok 4
Hutan tanaman Jati – Mangrove Sumber Gedang 2.49 2.71
2.40 2.60 Mengelompok
5 Hutan tanaman Jati Ngagelan
3.21 1.96 2.90 1.80
Mengelompok
4.3.1.7. Strategi Populasi Berdasarkan hasil penelitian ini ukuran populasi merak hijau jawa diberbagai tipe
habitat di TNB maupun di TNAP berkisar antara 3 – 50 ekor Tabel IV-1 dan Tabel IV-2. Ukuran populasi tersebut dipengaruhi oleh kemampuan habitat dalam mendukung
kehidupan merak hijau jawa dan tekanan terhadap populasi. Van Balen dkk 1991, menyatakan bahwa masalah yang serius terhadap populasi merak hijau di berbagai
tempat penyebarannya adalah perburuan liar Apabila diperhatikan mengenai ukuran populasi merak hijau jawa di TNB yang
cenderung menurun pada hasil pengamatan tahun 1995 117.7 ekor dibandingkan dengan pengamatan tahun 2006 69.1 ekor, tetapi pada tahun 2007 mengalami sedikit
kenaikan menjadi 70.5 ekor. Sementara itu populasi merak hijau jawa di TNAP mengalami kenaikan hasil pengamatan tahun 1998 43 ekor, sedangkan pengamatan tahun 2006
80.7 ekor, akan tetapi pada tahun 2007 mengalami sedikit penurunan populasi hanya 76.5 ekor.
Ukuran populasi merak hijau jawa di taman nasional tersebut TNB maupun TNAP adalah kecil, yaitu sekitar 50 ekor di tipe habitat savana Bekol yang disukai oleh merak
hijau jawa di TNB dan 25 – 44 ekor di habitat padang rumput Sadengan dan areal tumpang sari hutan tanaman jati di Gunting di TNAP. Ukuran populasi merak hijau jawa
diberbagai tempat penyebaran lokalnya dinyatakan oleh para peneliti van Balen dkk, 1991, Hernowo 1995, Supratman 1998, Palita 2002, Hernawan 2003, Wasono 2005 dan
Sumbara, 2006 merak hijau jawa adalah kecil. Hernowo 1995 menghitung populasi merak hijau jawa di resort Bekol TN Baluran 118 ekor, sedangkan Supratman 1998
menginventarisasi populasi merak hijau di TN Alas Purwo 42 ekor. Sementara itu Palita 2002 melaporkan populasi merak hijau di TN Meru Betiri 26 ekor sedangkan Hernawan
2003 menduga populasi merak di hutan jati Ciawitali KPH Sumedang berjumlah 20 ekor dan Sumbara 2006 mencatat populasi merak hijau jawa di hutan pinus gunung Cikuray
sekitar 29 ekor. Ukuran populasi yang kecil tersebut merupakan salah satu strategi adaptasi populasi merak hijau jawa terhadap kondisi habitat
4.3.2 PEMBAHASAN
4.3.2.1. Perkembangan Populasi Merak Hijau Jawa
Hasil perbandingan pengamatan terhadap populasi merak hijau jawa di TNB dari tahun 1995 oleh Hernowo, 1995 117.77 ekor dan pada tahun 2007 70.50 ekor,
menunjukan hasil yang nyata terjadinya penurunan populasi sebesar 66.95 selama 12 tahun, sehingga perkembangan populasi merak tersebut secara umum adalah menurun.
Namun demikian bila perkembangan populasi merak hijau jawa di TNB tersebut dianalisis kelimpahannya antara tahun 2006 dan 2007 69.10 – 70.50 ekor menunjukan hasil sedikit
kenaikan populasi yaitu sekitar 1.4 ekor 2.03 . Hal ini memiliki arti penting bagi perkembangan populasi merak hijau jawa di TNB, bahwa hampir 12 tahun populasi
memiliki perkembangan yang negatif menurun akan tetapi pada tahun 2006-2007 populasi merak hijau tersebut mulai menunjukan arah perkembangan yang positif
kenaikan.
Diduga terdapat beberapa alasan terjadinya penurunan populasi merak hijau jawa di TNB tersebut yaitu terjadinya perburuan liar terhadap merak hijau jawa pengambilan telor,
maupun burungnya, adanya invasi Acacia nilotica pada tipe habitat savana yang mengurangi ketersedian habitat merak hijau jawa. Tekanan terhadap populasi merak hijau
jawa akibat oleh kegiatan perburuan liar merupakan faktor utama terjadi penurunan populasi di TNB. Masyarakat sekitar taman nasional Baluran memiliki akses yang cukup
mudah menjangkau seluruh kawasan termasuk resort Bekol yang menjadi pusat penyebaran lokal merak hijau jawa di TNB. Meskipun menjumpai langsung terhadap
perburuan merak hijau jawa di TN ini sangat sulit, namun demikian masih ditemukan perburuan terhadap telor merak hijau jawa di tahun 2006 dan 2007 oleh masyarakat
Karangtekok. Tidak tertutup kemungkinan juga perburuan terhadap burung meraknya juga dilakukan. Apabila perburuan telor merak hijau jawa dilakukan, maka hasil perburuan telor-
telor tersebut ditetaskandierami oleh ayam kampung. Hasil tetasan anakan merak hijau tersebut yang dijual. Namun demikian bila hal tersebut diketahui oleh petugas taman
nasional, maka anakan merak tersebut disita oleh petugas. Contoh anakan merak hijau jawa yang disita oleh petugas TN Baluran Gambar IV-11. Selain itu, masyarakat juga
mengambil bulu-bulu hias merak jantan yang telah rontok setelah akhir musim kawin sekitar awal Januari.
Kegiatan perburuan merak hijau jawa di TNB yang paling menonjol adalah perburuan terhadap telor dan rontokan bulu hias merak hijau jawa jantan dibandingkan
dengan perburuan terhadap burung meraknya. Perburuan tersebut lebih mudah dibandingkan menangkap burung meraknya.
Pengaruh perburuan liar terhadap merak hijau jawa dapat menekan secara langsung menurunkan populasi merak hijau tersebut. Besarnya pengaruh perburuan terhadap
populasi merak hijau jawa berkaitan dengan besarnya tingkat perburuan terhadap merak tersebut. Pengaruh perburuan terhadap merak hijau jawa di TNB secara nyata dan
langsung telah menurun populasi di tempat tersebut.
Gambar IV- 11. Anakan merak hijau jawa yang dicuri oleh masyarakat sekitar TNB 2007
Savana yang telah diinvasi oleh Acacia nilotica, areal terbukanya yang biasanya ditumbuhi oleh rumput telah digantikan oleh A. nilotica yang rapat Gambar IV-12,
sehingga tidak memberi ruang tumbuh bagi rumput yang merupakan pakan utama merak hijau jawa. Rumput memerlukan penyinaran matahari penuh, tetapi setelah ditutupi Acacia,
rumput kalah bersaing dalam mendapatkan sinar matahari sehingga rumput mati. Fungsi keterediaan pakan bagi merak hijau jawa pada areal yang telah diinvasi oleh Acacia, akan
menurun dengan semakin besarnya tegakan Acacia tersebut. Setelah dilakukan tindakan pengelolaan habitat yaitu pembersihan atau
pembasmian A. nilotica dari sebagian savana Bekol, maka di lokasi tersebut telah banyak ditumbuhi berbagai jenis rumput dan semak. Hal ini merupakan perbaikan fungsi pakan
bagi merak hijau jawa di savana Bekol Gambar IV-13.
Gambar IV-12. Acacia nilotica yang menginvasi savana Bekol, tidak memberi ruang tumbuh rumput pakan merak hijau jawa
Kenaikan populasi merak hijau jawa di TNB tahun 2007, bukan berarti perburuan liar terhadap merak hijau jawa di TNB tidak terjadi, namun lebih pada intensitas perburuannya
yang menurun. Ada kemungkinan kenaikan populasi merak hijau jawa di TNB tersebut karena upaya pembasmian Acacia nilotica yang telah menginvasi savanna di TNB telah
mulai menunjukan hasil dengan indikasi membaiknya fungsi pakan di tipe habitat savanna bekol tersebut. Sebelum Acacia dibersihkan dari savanna, Acacia telah mendominasi
penuh pada areal terbuka, namun setelah Acacia dibasmi, rumput yang menggantikan mendominasi. Pengaruh membaiknya fungsi pakan pada habitat savanna bagi populasi
merak hijau jawa tidak serta merta langsung meningkatkan populasi secara drastis. Biasanya kenaikan fungsi habitat akan diikuti oleh kenaikan populasi secara pelan-pelan.
Tindakan perbaikan habitat untuk populasi merak hijau jawa di TNB dengan membasmi A. nilotica akan mendukung peningkatan populasi dari segi habitat. Dengan
meningkatnya fungsi pakan, jaminan kebutuhan pakan populasi merak hijau jawa akan lebih terpenuhi.
Gambar IV-13 Tipe habitat savana Bekol setelah dibersihkan dari invasi Acacia nilotica, didominasi oleh rumput.
Hasil analisis terhadap perkembangan populasi merak hijau jawa di TNAP pengamatan oleh Supratman 1998, Wasono 2005 dan studi ini, menunjukkan bahwa
kelimpahan populasi merak hijau jawa di TNAP mengalami kenaikan sebesar 86.05 selama 8 tahun dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2006. Secara umum dapat
dikatakan bahwa populasi merak hijau jawa di TNAP mengalami perkembangan populasi arah positif naik. Namun demikian berbeda halnya, berdasarkan hasil pengamatan tahun
2006 dan 2007 terhadap populasi merak hijau jawa tersebut, telah terjadi penurunan sebesar 4.2 ekor atau 5.49 tahun 2006 populasi sebesar 80.7 ekor pada tahun 2007
populasi adalah 76.5 ekor. Perkembangan populasi merak hijau jawa di TNAP menurun pada tahun 2007 memiliki arti penting bagi perkembangan populasi tersebut.
Perkembangan kenaikan populasi merak hijau jawa di TNAP dari tahun 1998 sampai 2006 diduga terdapat kaitan dengan perkembangan areal-areal terbuka pada tipe habitat
hutan jati dan tanaman campuran yaitu adanya kegiatan tumpangsari pada hutan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan Supratman 1998, areal tumpangsai hanya ada di areal
ketangi Rowobendo dengan jumlah individu merak hijau di tempat tersebut tercatat 12 ekor. Hasil pengamatan Wasono 2005, menunjukan bahwa telah terdapat areal
tumpangsari di Gunting dengan jumlah individu merak tercatat 11 ekor. Hasil pengamatan
di areal tumpangsari Gunting 2006 dijumpai sekitar 44 ekor merak hijau jawa. Adanya areal terbuka berupa areal tumpangsari membuat fungsi habitat terutama pakan merak
hijau jawa menjadi meningkat pesat Gambar IV-14 . Masyarakat sekitar taman nasional Alas Purwo masih memiliki kepercayaan bahwa
mengganggu populasi merak hijau jawa akan membawa bencana bagi keluarga yang melakukan, sehingga perburuan liar terhadap merak hijau jawa relatif tidak terdeteksi.
Gambar IV-14. Sekelompok merak hijau jawa betina makan di areal tumpangsari Gunting.
Penurunan populasi merak hijau jawa pada tahun 2007, sebesar 4.2 ekor atau 5.49
diduga akibat kematian alami. Fluktuasi jumlah individu merak jawa yang tercatat di areal tumpangsari Gunting cukup nyata significant yaitu sekitar 14 ekor merak atau 31. tidak
tercatat di areal tersebut. Pada tahun 2006 terhitung 44 ekor ditemukan di areal tumpangsari Gunting tetapi tahun 2007 hanya 30 ekor. Perubahan jumlah individu merak
hijau jawa tersebut diduga terkait dengan penebangan pohon mahoni Swietenia macrophylla sebagai pohon tidur roost site di areal tumpangsari Gunting pada awal
tahun 2007 Gambar IV-15. Oleh karena pohon tempat tidur jumlahnya menjadi relatif menjadi terbatas, maka dimungkinkan beberapa individu merak hijau jawa tersebut pindah.
Namun demikian di padang rumput Sadengan pada waktu yang sama tahun 2007 juga terjadi pergeseran jumlah populasi merak hijau jawa. Hasil sensus terhadap merak hijau
jawa di Sadengan pada tahun 2006 mencatat 25 ekor, tetapi pada tahun 2007 terhitung 31 ekor, terjadi kenaikan populasi sebesar 6 ekor. Fluktuasi populasi di padang rumput
Sadengan diduga terjadi karena pergerakan populasi sebagian individu merak hijau jawa di areal tumpangsari Gunting pindahbergerak ke padang rumput Sadengan, sehingga
jumlah individu merak hijau jawa meningkat di Sadengan.
Gambar IV- 15. Merak hijau jawa jantan bertengger di pohon mahoni areal tumpangsari Gunting
4.3.2.2. Kelimpahan populasi
Kelimpahan populasi merak hijau jawa baik di taman nasional Baluran maupun Alas Purwo mempunyai keterkaitan dengan tipe habitat di taman nasional tersebut. Populasi
merak hijau jawa di TNB lebih melimpah pada tipe habitat savana dibandingakan tipe habitat lainnya di resort Bekol TNB hal ini sesuai dengan hasil pengamatan Pattaratuma
1977, Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, dan Hernowo, 1999. Tipe habitat savana di Bekol memiliki kecukupan tempat tebuka open area yang ditumbuhi oleh
rerumputan dan semak sebagai sumber pakan merak hijau jawa sesuai dengan hasil pengamatan Yuniar 2007, Risnawati 2008 dan Septania 2009. Selain sumberdaya pakan,
savanna memiliki tempat untuk berbiak yang cukup luas, pohon untuk tengger sepanjang tahun serta sumber air minum yang cukup di musim kemarau. Pada tipe habitat lainnya
seperti tipe habitat hutan pantai, hutan musim serta hutan selalu hijau, tempat terbuka yang ditumbuhi oleh rerumputan sebagai tempat untuk mencari pakan dan berbiak relatif
terbatas. Sehingga merak hijau jawa di TNB lebih menyukai tipe habitat savana ketimbang tipe habitat lainnya.
Kelimpahan populasi merak hijau jawa di resort Rowobendo TNAP, lebih terkonsentrasi di padang rumput Sadengan dan areal tumpang sari hutan tanaman jati
Gunting Sesuai pengamatan Supratman 1998, Wasono 2005, Yuniar 2007 dan Risnawati 2008. Hal ini berkaitan dengan adanya areal- areal terbuka open area yang tidak terlalu
luas kurang dari 10 ha, yang ditumbuhi oleh rumput dan semak yang merupakan sumber pakan utama merak hijau jawa sesuai dengan pengamatan Rini 2005. Selain itu, kedua
tipe habitat tersebut dekat dengan tempat berteduh, tempat berlindung serta tempat tengger hutan dataran rendah dan hutan Jati. Hasil pengamatan Brickle 2002,
menunjukan bahwa kelimpahan populasi merak hijau di propinsi Dak Lak, Vietnam semakin meningkat jika jauh dari pemukiman penduduk, dekat dengan sumber air dan
pada tipe hutan gugur daun deciduous forest. Pinthong dan Meckvichai 2008. menyatakan bahwa kelimpahan merak hijau berbeda kelimpahannya diantara berbagai
habitat di Cagar Alam Huai Kha Khaeng. Kelimpahan merak hijau tertinggi di Huai Song Thang 1 dan Huai Tab Slao1 serta kelimpahan merak hijau terendah di Huai Kha Khaeng
Road karena banyak gangguan dari aktivitas penduduk.
4.3.2.3 Nisbah Kelamin dan Struktur Umur
Secara umum, nisbah kelamin merak hijau jawa baik di TNB maupun di TNAP dengan memiliki perbadingan merak jantan dewasa 1 : 4 merak betina dewasa. Kondisi
nisbah kelamin merak hijau jawa tersebut menunjukan bahwa merak hijau jawa hidup dalam sistem poligami Ponsena 1988, Hernowo 1995. Selanjutnya Ponsena 1988,
memberikan perhitungan terhadap nisbah kelamin merak hijau di Cagar Alam Huai Kha Khaeng di wilayah Khao Ban Dai Thailand dengan perbandingan nisbah kelaminnya
adalah 1 merak hijau jantan dewasa : 2.82 merak hijau betina dewasa dan di Cagar Satwaliar yang lain dengan komposisi 1 merak hijau jantan dewasa: 4.47 merak hijau
betina dewasa. Bedasarkan hasil pengamatan oleh Liu dkk 2007, terhadap populasi merak hijau di Cagar Alam Shuangbai Konglonghe China menunjukan bahwa nisbah kelamin
merak hijau tersebut 1.3 jantan : 4.6 betina. Beberapa pengamat merak hijau jawa juga memberikan gambaran bahwa nisbah kelamin merak hijau jawa sekitar 1 jantan : 4 betina
seperti hasil perhitungan Hernowo 1995 pada merak hijau jawa yang terdapat di TNB, Hernowo dan Hernawan 2003 untuk merak hijau jawa di hutan jati Ciawitali Buahdua
Sumedang, Sumbara 2006 terhadap merak hijau jawa di hutan pinus Gunung Cikuray serta Hernowo dan Wasono, 2006 pada merak hijau jawa di TNAP.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap nisbah kelamin merak hijau jawa oleh beberapa pengamat merak hijau jawa tersebut, dapat dikatakan bahwa merak hijau jawa
secara umum memilih strategi dalam sistem pekawinannya adalah poligami. Ukuran perbandingan nisbah kelamin diduga menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung
keberhasilan reproduksi pada populasi merak hijau jawa. Apabila perbandingan nisbah kelamin merak hijau jawa dewasa lebih kecil dari 1 jantan : 2.5 betina akan sangat
berpengaruh terhadap proses reproduksi. Jantan-jantan yang tidak terpilih mengawini betina dapat mengganggu proses reproduksi, berupa perusakan telor-telor yang sedang
dierami merak hijau jawa betina
Struktur umur populasi merak hijau jawa di TNB maupun TNAP menunjukan bahwa merak dewasa mendominasi populasi 55 - 67 . dibandingkan merak remaja maupun
anakan. Struktur umur populasi merak hijau jawa di TNB dan TNAP tersebut membentuk piramida terbalik. Ponsena 1988 telah memberikan contoh hasil pengamatannya
terhadap struktur populasi merak hijau di Cagar Satwaliar Huai Kha Khaeng di wilayah Khao Ban Dai, Thailand bahwa komposisi umurnya adalah 1 merak hijau jantan dewasa :
2.82 merak hijau betina dewasa : 1.47 merak hijau remaja dan di Cagar Satwaliar yang lain menunjukan kondisi yang arahnya sama yaitu 1 merak hijau jantan dewasa: 4.47
merak hijau betina dewasa : 0.22 merak hijau remaja. Kondisi struktur populasi yang sama juga ditunjukan oleh beberapa pengamat merak hijau jawa diantaranya Hernawan 2003
pada merak hijau jawa di hutan jati Ciawitali Sumedang, Merak hijau jawa Alas Purwo oleh Wasono 2005, dan pada populasi merak hijau di hutan pinus Gunung Cikuray Garut oleh
Sumbara 2006.
Struktur umur populasi merak hijau jawa di TNB dan TNAP berbentuk seperti piramida terbalik tersebut seolah-olah seperti struktur populasi yang menurun regressive
population. Di beberapa contoh lokasi penyebaran merak hijau jawa juga menunjukan fakta yang sama yaitu bahwa struktur umur populasi merak hijau jawa membentuk struktur
piramida terbalik seperti di TNB Hernowo, 1995, TNAP Wasono, 2005, Hutan Jati Ciawitali Buah Dua KPH Sumedang Hernawan, 2003 serta hutan pinus Gunung Cikuray
Garut oleh Sumbara 2006. Secara umum juga diperoleh gambaran bahwa populasi merak hijau jawa di beberapa contoh areal kajian di atas memiliki struktur umur seperti piramida
terbalik dimana merak hijau jawa dewasa memiliki porsi sekitar 70 - 90 dan 10 - 30 remaja serta anak Hernowo 1995, Hernowo and Hernawan 2003, Hernowo and Wasono
2006 Kondisi struktur umur populasi merak hijau jawa seperti piramida terbalik masih
perlu pembahasan lebih lanjut, sebab banyak faktor yang berpengaruh pada struktur umur populasi seperti natalitas, mortalitas dan laju survival yang perlu diketahui. Di lapangan
agak sulit mengkatagorikan pada merak hijau jawa betina setelah umurnya lebih 1 tahun, sehingga merak hijau jawa yang sebenarnya masih belum dewasa dikategorikan dewasa.
Merak hijau betina menginjak dewasa setelah umur dua tahun. Bahkan mungkin kondisi struktur populasi merak hijau jawa seperti piramida terbalik sesuatu yang lazim alami untuk
satwaliar di wilayah tropika.
4.3.2.4. Kesehatan Populasi
Analisis terhadap kesehatan populasi merak hijau jawa didasarkan pada parameter demographi populasi merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP. Natalitas populasi merak
hijau jawa di TNB tahun 2006 dan 2007 masih terjadi, meskipun data pastinya sulit didapatkan anakan sangat sulit ditemukan secara langsung namun dari hasil telor yang
ditemukan dan informasi petugas TNB yang meilihat anakan merupakan indikasi bahwa populasi merak hijau jawa di TNB masih tumbuh. Namun demikian pencurian telor-telor
merak hijau jawa juga masih berlangsung di TN ini. Mortalitas merak hijau jawa bisa terjadi secara alami yaitu dimangsa oleh predator. Predator potensial di TNB adalah Elang Ular
Spilornis cheela, Elang Brontok Spizaetus cirrhatus, Musang Paradoxurus hermaphroditus, Rase Viverricula malacensis, Nggarangan Herpestes javanica, Kucing
Hutan Prionailurus bengalensis Macan Tutul Panthera pardus, dan Biawak Varanus salvator. Mortalitas alami ini diduga tidak menggangu terhadap eksistensi populasi merak
hijau jawa di TNB. Mortalitas yang diakibatkan oleh pencurian berpengaruh besar terhadap populasi merak hijau jawa di TNB. Berdasarkah hasil analisis perkembangan populasi
merak hijau jawa di TNB menunjukan populasi yang terus menurun dari tahun 1995 hingga 2006, sangat dipengaruhi oleh kegiatan perburuan liar terhadap merak hijau jawa oleh
masyarakat disekitar TNB. Namun demikian data sensus merak hijau jawa di TNB tahun 2007 menunjukan kenaikan.
Natalitas populasi merak hijau jawa di TNAP 2006 dan 2007 masih berlangsung, namun demikian data langsung di lapangan sangat sukit didapatkan. Informasi dari
petugas TN ini memberitakan bahwa masih melihat anakan merak hijau jawa di bulan januari akhir tahun 2007 di areal hutan jati Rowobendo. Namun demikian sangat sulit
menemukan mortalitas populasi merak hijau di lapangan. Hasil analisis perkembangan populasi merak hijau jawa di TNAP menunjukan kenaikan populasi yang cukup nyata dari
tahun 1998 hingga 2006. Kenaikan populasi tersebut mengindikasikan bahwa natalitas yang terjadi jauh lebih tinggi dari pada mortalitasnya. Namun hasil sensus merak hijau
jawa di TNAP tahun 2007 menunjukan penurunan. Penurunan tersebut diduga akibat kematian alami. Potensial predator alami di TNAP diantaranya Elang Laut Haliaeetus
leucogaster Elang Ular Spilornis cheela, Musang Paradoxurus hermaphroditus, Nggarangan Herpestes javanica, Kucing Hutan Prionailurus bengalensis Macan Tutul
Panthera pardus, dan Biawak Varanus salvator serta Babi Hutan Sus scrofa. Pencurian terhadap telur maupun burung meraknya oleh masyarakat sekitar TNAP tidak
ditemukan selama pengamatan di lapangan. Laju perkembangan populasi merak hijau jawa rata-rata di TNB dari tahun 1995
sampai tahun 2006, adalah menurun sekitar 4.19 per tahun atau 47.50 selama 11 tahun. Tetapi pada tahun 2007 terjadi perkembangan populasi menaik sebesar 2.07 .
Sementara itu laju perkembangan populasi merak hijau jawa rata-rata di TNAP dari tahun 1998 sampai tahun 2006, adalah naik sekitar 86.05 selama 8 tahun atau 10.75 per
tahun. Struktur populasi merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP telah didominasi oleh merak dewasa, sehingga membentuk struktur umur populasi seperti piramida terbalik.
Ternyata struktur umur pada populasi merak hijau jawa di kedua taman nasional tersebut juga terjadi umum di berbagai sebaran lokal merak hijau seperti di contohkan oleh
beberapa pengamat merak hijau. Barangkali strukrur umur pada populasi merak hijau jawa membentuk seperti piramidal terbalik merupakan struktur umur alami.
Nisbah kelamin merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP memiliki nisbah ratio sekitar 1 jantan : 4 betina. Berdasarkan hasil pengamatan beberapa peneliti merak hijau
jawa seperti Hernowo 1995, Hernowo and Hernawan 2003, Wasono 2005, Yuniar 2007, Risnawati 2008, menyebutkan terhadap bahwa nisbah kelamin merak hijau jawa
menunjukan phenomena yang sama yaitu nisbah kelaminnya sekitar 1 jantan : 4 betina. Kemungkinan nisbah kelamin yang alami dan baik adalah 1 jantan : 4 betina.
Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter demographi populasi merak hijau
jawa di TNAP maupun di TNB, menunjukan indikasi bahwa parameter natalitas dan mortalitas masih terjadi, perkembangan vigoritas populasi terus berlangsung meskipun
tekanan untuk populasi merak hijau jawa TNB cukup tinggi pada tahun 1995 – 2006. Daya tahan hidup survival merak hijau jawa di TNB dan TNAP cukup baik, meskipun laju
perkembangan populasi merak hijau jawa rata-rata di TNB menurun negatif dari tahun 1995 hingga tahun 2006, namun pada tahun 2007 terjadi kenaikan positif populasi serta
laju pertumbuhan populasi merak hijau jawa di TNAP menaik positif dari tahun 1998 hingga 2006, tetapi menurun pada 2007. Nisbah kelamin merak hijau jawa di TNB maupun
di TNAP adalah 1 jantan : 4 betina. Kondisi nisbah kelamin tersebut cukup baik. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa populasi merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP
memiliki kesehatan populasi population health yang baik, karena hampir seluruh parameter demographi populasi menunjukan indikasi yang baik.
4.3.2.5. Sebaran Lokal Populasi
Sebaran lokal merak hijau jawa sangat terkait dengan kelimpahan sumberdaya yang dibutuhkan serta pergerakan populasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebaran lokal
merak hijau jawa adalah acak berkelompok. Populasi merak hijau jawa lebih tersebar pada kawasan berhutan yang terdapat areal terbuka secara sporadik yang ditumbuhi oleh
rumput dan semak, terdapat tempat bertengger, dan tersedia air minum. Ukuran populasi yang kecil dengan sebaran lokal acak berkelompok merupakan keadaan yang umum
populasi merak hijau di P Jawa Balen dkk 1991, Hernowo 1995. Kuroda 1936, melaporkan bahwa merak hijau di jawa menyebar lebih banyak di daerah yang kering.
Hasil pengamatan Dumkeaw, dkk 2008, menunjukan bahwa sebaran lokal populasi merak hijau di Kecamatan Pa Miang, Kabupaten Doi Saket, Provinsi Chang Mai Thailand adalah
berkelompok pada tipe habitat areal pertanian, areal simpanan air, areal pemukiman penduduk dan areal pengkaran satwaliar dengan kelimpahan individu yang berbeda pada
masing-masing tipe habitat berdasarkan musim. Pada musim kemarau merak hijau jantan berpasangan dengan merak hijau betina. Merak hijau jantan menggunakan areal terbuka
pinggir hutan tidak jauh dari sungai. Pada musim penghujan merak hijau tersebar di areal pertanian dan areal lainnya. Kelimpahan tertinggi di sekitar areal penangkaran satwaliar.
Berdasarkan hasil uji terhadap sebaran lokal populasi merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP terkelompok menjadi sub-sub populasi pada tipe habitat hutan yang
memiliki tempat terbuka yang ditumbuhi oleh rumput dan semak seperti savana di TNB, padang rumput sadengan yang dikelilingi hutan alam dataran rendah serta areal
tumpangsari pada hutan jati di TNAP. Kelimpahan populasi merak hijau jawa berkembang cukup baik pada tipe-tipe habitat seperti di savana, padang rumput serta areal tumpang
sari. Pada tipe-tipe habitat tersebut merupakan habitat yang disukai oleh sub-sub populasi merak hijau jawa. Palita 2002, mencatat penyebaran lokal merak hijau di taman nasional
Meru Betiri tersebar berkelompok pada kebun dan hutan yang berbatasan dengan areal terbuka, sedangkan Hernawan 2003, menyebutkan bahwa merak hijau di hutan jati
Ciawitali Buah Dua Sumedang tersebar terkelompok pada areal tumpangsari serta Sumbara 2005, menyatakan bahwa merak hijau jawa di hutan pinus Gunung Cikuray
Garut tersebar berkelompok pada areal terbuka di hutan pinus yang berbatasan dengan hutan sub pegunungan dan areal tanaman sayuran.
Pergerakan populasi antar sub populasi merak hijau jawa mengikuti atau mengarah pada kelimpahan sumberdaya terutama sumberdaya pakan. Sumberdaya pakan merak
hijau jawa berupa rerumputan dan sesemakan yang tumbuh pada areal terbuka open area berbatasan dengan hutan atau rumpang dalam hutan. Pergerakan sub-sub populasi
merak hijau jawa di TNB maupun TNAP ke seluruh tipe habitat yang terdapat pada ke dua taman nasional tersebut. Pada ke dua taman nasional tersebut tidak terdapat fragmentasi
habitat, meskipun sub populasi merak hijau jawa tersebar terkelompok pada tipe habitat tertentu. Pergerakan sub populasi merak hijau jawa ke seluruh tipe habitat tersebut
memiliki arti penting pada strategi populasi dalam menjaga hubungan pada sub-sub populasi yang terkelompok pada tipe habitat tertentu tersebut. Hernowo 1995,
menyatakan bahwa gerak harian merak hijau jawa yang telah ditandai di taman nasional Baluran bisa mencapai 2 – 3 km per hari untuk mencari air minum. Selanjutnya Hernowo
1995, menyatakan bahkan pada individu betina merak hijau jawa yang dipasangi dengan transmiter di TNB dapat pindah tempat berjarak 5 km dari tempat merak tersebut
ditangkap. Pergerakan populasisub populasi bisa terjadi bebas ke berbagai tipe habitat di TNB
maupun TNAP. Hal ini mengindikasikan juga bahwa aliran gen dalam populasi atau sub populasi terjadi bebas. Kondisi tersebut telah menjaga keragaman gentik diantara
populasi maupun sun populasi merak hijau jawa di ke dua taman nasional tersebut. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa metapopulasi merak hijau jawa tidak terjadi diantara sub
populasi di TNB maupun di TNAP.
4.3.2.6. Strategi Ekologi Populasi
Strategi ekologi populasi merak hijau jawa merupakan cara ataupun taktik populasi dalam mempertahankan kelangsungan hidup populasi berkaitan dengan kondisi
lingkungannya dengan mempertahankan kesehatan populasi. Menentukan ukuran populasi, memilih atau menentukan sistem perkawinan dalam kehidupannya, dan
menggunakan habitat serta mengadaptasi berbagai tekanan merupakan strategi populasi merak hijau jawa. Ukuran populasi merak hijau jawa pada setiap tipe habitat berkisar 24 –
44 ekor. Ukuran populasi merak hijau jawa tersebut pada setiap habitat adalah tidak besar 100 ekor. Kecilnya ukuran populasi merak hijau jawa di taman nasional Baluran dan
Alas Purwo diduga ada dua aspek penting yaitu 1 habitat yang sudah tidak memadai dan 2 adanya perburuanliar terhadap merak hijau jawa. Dengan ukuran populasi yang kecil
tersebut memiliki konsekuensi variasi gen dalam populasi lebih tidak bervariasi ketimbang populasi berukuran besar. Aliran gen dalam populasi akan sangat dibatasi apabila populasi
merak hijua jawa tersebut menjadi suatu metapopulasi. Menurut Gilpin and Hanski 1991 dinyatakan secara sederhana bahwa suatu metapopulasi terjadi apabila suatu populasi
sudah tidak bisa hubungan antar populasi sub-populasi dalam suatu kawasan. Populasi atau sub populasi merak hijau jawa pada setiap habitat di TNB maupun di TNAP masih
berhubungan satu dengan lainnya, sehingga dapat dikatakan populasi merak hijau jawa tersebut bukan merupakan suatu metapopulasi. Populasi ataupun sub populasi di berbagai
tipe habitat di TNB maupun di TNAP dapat bergerak bebas, aliran gen terjadi bebas antar populasi ataupun sub populasi. Hal ini mengindikasikan bahwa aliran gen dalam populasi
pada setiap tipe habitat di kedua taman nasional tersebut masih berjalan dengan baik. Merak hijau jawa di TNB dan TNAP hidup secara berkelompok, ukuran kelompok
kecil 2 - 4 ekor. Besaran ukuran kelompok tersebut diduga terkait dengan strategi populasi dalam menjaga kelangsungan hidupnya, kondisi habitat dan tekanan terhadap
populasi. Ukuran kelompok merak hijau jawa baik di TNB maupun di TNAP yang dominan adalah kelompok yang terdiri atas 3 individu. Ukuran kelompok tersebut kemungkinan
optimum dengan kondisi lingkungan di TNB dan TNAP. Merak hijau jawa hidup dengan sistem poligami polygyny dengan perbandingan
nisbah kelamin 1 jantan dibanding 4 betina. Merak hijau betina menentukan pilihan terhadap merak hijau jantan yang disukai. Hanya beberapa merak hijau jawa jantan yang
sering mengawini banyak merak hijau jawa betina, sedangkan yang lain tidak terpilih. Merak hijau jantan yang terpilih diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang dapat
melangsungkan kehidupannya survive. Vigoritas populasi merak hijau jawa di TNB maupun TNAP cukup baik ditandai
dengan pertumbuhan natalitas tetap berlangsung. Mortalitas karena perburuanliar terhadap populasi merak hijau jawa di TNB adalah faktor penekan populasi merak hijau
yang sangat mengkhawatirkan. Diduga penurunan populasi merak hijau jawa di TNB sangat erat kaitannya dengan kegiatan perburuan. Bagaimanapun baiknya strategi ekologi
populasi merak hijau jawa, tidak akan mampu bertahan bila menghadapi perburuanliar yang cukup besar tekanannya terhadap populasi.
4.4 SIMPULAN