Ekologi Perilaku Bersuara, Bertarung dan Territorial

ditemukan 2 kali kejadian. Kemungkinan proses rayuan tersebut telah didapatkan hari sebelumnya. Pilihanpenentuan untuk pasangan kawin pada merak hijau jawa adalah dimiliki oleh merak hijau jawa betina. Pengamatan terhadap merak hijau jawa jantan untuk pasangan kawin dilakukan oleh marak hijau jawa betina jauh sebelum proses kawin. Pengamatan tersebut bisa dilakukan melalui tidur bersama dalam satu pohon tengger atau tidur di pohon tengger yang berdekatan, mengunjungi, mengamati tarian merak hijau jantan. Petrie dkk 1991, mencatat bahwa dalam mengamati pilihan terhadap merak biru jantan untuk pasangan kawin, paling sedikit dilakukan 4 kali kunjungnan dan pengamatan dilakukan oleh merak biru betina, baru mereka kawin. Hernowo, 1995 mengamati merak hijau jantan di taman nasional Baluran awal menari dilakukan pada bulan Agustus akhir dan awal kawin dilakukan pada bulan Oktober. Jeda waktu awal menari dengan kawin merupakan kesempatan bagi merak hijau jawa betina menentukan pilihan jantan yang akan mengawininya. Para pengamat merak biru india Pavo cristatus, menyatakan bahwa yang menjadi faktor penarik untuk pasangan kawin dan kesuksesan kawin adalah banyaknya bulu hias Occelli, keseimbangan bulu hias symetric dan panjang bulu hias Manning 1989, Petrie dkk 1991, Gadagkar 2003, Loyau dkk 2008. Namun demikian Takahashi et. al 2008 menyatakan bahwa kesuksesan kawin pada merak biru dipengaruhi oleh tidak hanya faktor tersebut di atas tetapi secara keseluruhan fungsi merak biru jantan. Selain faktor merak biru jantannya Loyau dkk 2007, menyebutkan bahwa kesuksesan merak biru kawin juga dipengaruhi letak arena tari lek yang dekat tempat pakan. Selain faktor tersebut, getaran bulu hias pada saat merak biru menari dalam rangka menarik betinanya untuk kawin berpengaruh terhadap penentuan jantan yang dipilih Gadagkar 2003, Dakin 2008. Hernowo, 1995 menyebutkan bahwa merak hijau jawa jantan di TNB, menari juga menggetarkan bulunya. Dakin 2008, menyatakan bahwa sinyal kasad mata visual signalling untuk perilaku kawin pada merak biru mempengaruhi kesuksesan kawin.

6.3.2.4. Ekologi Perilaku Bersuara, Bertarung dan Territorial

Bersuara calling merupakan alat komunikasi diantara merak hijau jawa secara individual maupun kelompok di TNB Hernowo, 1995. Dalam penelitian ini didapatkan 7 tipe suara merak hijau jawa. Ponsena 1988, melaporkan 5 tipe suara merak hijau di di Cagar Satwaliar Huai Kha Khaeng. Jenis suara tersebut tergantung pada tujuan seperti untuk peringatan, perhatian, kawin dan territori. Dalam penelitian ini suara ngeeeyaouw dan eeewaouw adalah suara merak hijau jawa jantan yang hanya dibunyikan pada musim kawin dan sebagai tanda bahwa merak hijau jawa jantan tersebut siap mengawini betinanya. Sementara itu Takahashi dkk 2008 menemukan 8 type suara, diantara tipe suara tersebut keow, ka dan hoot call adalah suara jantan yang dibunyikan pada musim kawin Bertarung merupakan aktivitas perilaku dari berbagai jenis burung untuk mempertahankan wilayah teritorinya Perrin dan Birkhead 1983. Para pengamat merak biru menyatakan bahwa merak biru memiliki teritori Delacour 1977, Gerrit 1978, Petrie et. al 1991, Hoyo et.al 1994, Gadagkar 2003, Takahashi 2008, Dakin 2008. Perrin dan Middleton 1985, menjelaskan bahwa seekor jantan merak biru memiliki teritori seluas 0.05 - 0.5 ha dan 1 – 4 areal tari. Ponsena 1988, menyatakan pada musim kawin merak hijau jantan di Cagar Satwaliar Huai Kha Khaeng memisahkan diri untuk berteritori. Namun demikian Hernowo 1995, menyatakan bahwa antar jantan dewasa merak hijau jawa di TNB memiliki mekanisme jarak distance mechanism, belum jelas apakah merak hijau jawa berteritori. Areal teritori pada burung ditandai dengan kicauan, pengusiran bahkan pertarungan Perrin dan Birkhead 1983. Pertarungan antar merak hijau jantan terjadi baik di TNB maupun TNAP pada musim berbiak. Contoh terjadi pertarungan di TNAP di padang rumput Sadengan, merak hijau jawa jantan yang di dekat pondok peneliti sepertinya menguasai padang rumput bagian Barat. Merak jantan tersebut melakukan pengusiaran dan pertarungan pada jantan lain yang datang pada musim berbiak ditempatnya, tetapi tidak setiap jantan yang memasuki wilayahnya, karena ada jantan lainnya lagi memasuki wilayah tersebut tidak diusir. Namun demikian tetap ada jarak antar jantan meskipun tidak diusir. Di TNAP tidak ditemukan arena tari lek, tetapi di TNB ditemukan arena tari di jalan Batangan-Bekol Hm 120 – Hm 70 antar merak hijau jawa jantan berdekatan tetapi tetap mereka menjaga jarak. Menjaga jarak antar jantan dewasa tersebut tidak hanya terjadi pada musim kawin namun di luar musim kawin tetap dijaga jarak antar mereka. Meskipun merak hijau jawa jantan makan bersama di tempat terbuka, tetapi antar mereka tetap ada jarak. Demikian pada saat minum pada sumber air yang sama tidak bisa saling berdekatan tidak kurang 1 m. Tidak pernah dijumpai merak hijau jawa jantan dewasa tidur bersama jantan dewasa lainnya dalam satu pohon tengger. Gambar VI 39. Merak hijau jawa jantan menari di arena tari lek di jalan Batangan-Bekol TNB Di areal dekat tempat minum bekol, merak hijau jawa jantan terkadang mengusir merak jantan lain, tetapi ada juga merak hijau jawa jantan lainnya yang tidak diusir malahan memiliki tempat menari yang saling berdekatan. Jarak antar kedua merak hijau jawa jantan tersebut berkisar 5 – 7 m, bahkan bisa saling mendekat tanpa ada pengusiran ataupun pertarungan. Sementara itu Hernowo, 1995 menjelaskan bahwa jarak antar merak hijau jawa jantan dewasa di TNB sekitar 25 m, bila lebih dekat dari itu akan terjadi pengusiran ataupun bertarung. Ditemukan kasus dua jantan merak hijau jawa dewasa dapat berdekatanbersama di TNB, ada kemungkinan dua jantan tersebut berasal dari satu kelompok sebelumnya, sehingga mereka masih bisa berdekatan. Pada musim kawin, diantara dua jantan tersebut yang sering kawin hanya 1 individu. Gambar VI 40. Merak hijau jawa jantan menari saling berdekatan di dekat tempat minum Bekol TNB

6.3.2.5. Strategi Ekologi Perilaku