Ekologi Perilaku Makan, Minum, Berteduh, Istirahat,Tidur dan Bersarang

6.3.2.2. Ekologi Perilaku Makan, Minum, Berteduh, Istirahat,Tidur dan Bersarang

Merak hijau jawa makan di areal terbuka yang ditumbuhi rerumputan dan semak sambil berjalan Hernowo 1995, Sativaningsih 2005, Maryanti 2007, Ramadhan 2008. Berbagai jenis tumbuhan bawah rumput dan semak maupun serangga dimakan oleh merak hijau jawa Rini 2005. Rini 2005, mengalisis proksimat beberapa jenis rumput dan semak pakan merak hijau di taman nasional Alas Purwo. Jenis lamuran Heteropogon contortus, lulangan Eleusine indica, pahitan Paspalum conjugatum dan Sidaguri Sida acuta mengandung protein kasar 2.75 – 7.02 dan lemak kasar 0.59 – 1.11. Sementara itu Septania 2009 melakukan analisis proksimat beberapa jenis tu,buhan bawah pakan merak hijau jawa di taman nasional Baluran. Jenis Jarong Achyranthes aspera, othok-othok Flemingia lineata, labu hutan Passiflora sp, mengkuduan Morinda tinctoria mengandung protein kasar 12.44 – 23.39 dan lemak kasar 0.02 – 0.11 Oleh karena merak hijau jawa merupakan salah satu jenis burung yang ukuran tubuh relatif besar maka diperlukan dalam jumlah banyak pakannya Rini 2005, Septania 2009. Makan sambil berjalan merupakan strategi untuk mendapatkan pakan yang cukup karena yang dimakan adalah jenis rerumputan dan semak yang memiliki nilai pakan dan energinya tidak tinggi. Selain itu, berjalan juga merupakan upaya untuk menghindari serangan predator. Hal ini merupakan strategi merak hijau jawa untuk memenuhi kebutuhan pakan Rini 2005, Maryanti 2007, Ramadhan 2008, Septania 2009. Arah gerak merak hijau jawa dalam mencari pakan diakhiri menuju tempat berteduh dan istirahat. Total waktu pagi dan sore aktivitas makan merak hijau jawa di berbagai habitat di TNB maupun di TNAP berkisar antara 8 – 10 jam. Total waktu makan merak hijau jawa di TNB adan TNAP makan merupakan aktivitas harian siang hari yang terlama diantara aktivitas lainnya. Maryanti 2007 dan Ramadhan 2008. Merak hijau jawa di TNB secara kelompok maupun sendiri minum di bak air di Bekol, sumber air Bama dan Manting pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan air tersedia dimana-mana, merak hijau bisa minum di cekungan yang terdapat air atau genangan air yang terdekat. Oleh karena sumber air minum sangat terbatas di musim kemarau di TNB, maka tempat minum tersebut menjadi tempat berkumpulnya berbagai kelompok merak hijau jawa. Di TNAP, merak hijau jawa berkumpul berbagai kelompok di padang rumput Sadengan minum di cekungan air tumpahan dari sprikler atau di bak minum. Strategi merak hijau jawa minum adalah mencari sumber air minum terdekat. Ponsena 1988, menjelaskan bahwa keberadaan merak hijau jawa di. di Cagar Satwaliar Hui Ka Khaeng Thailand, sangat terkait dengan ketersediaan sumber air berupa sungai. Selanjutnya Brickle 2002, menegaskan bahwa pergerakan dan kelimpahan merak hijau di propinsi Dak Lak Vietnam dipengaruhi oleh ketersediaan sumber air. Meskipun terlihat di TNAP maupun di TNB merak hijau jawa mendatangi tempat minum setiap hari tetapi belum bisa dipastikan pada individu yang sama minum setiap hari. Berdasarkan hasil pengamatan Hernowo 1995, bahwa merak hijau yang ditandai minum di bak air Bekol TNB tiap 2 hari sekali. Brickle 2002, menyatakan bahwa terdapat populasi merak hijau di Dak Lak Vietnam yang berjarak 10 km dari sumber air. Tempat berteduh dan istirahat yang dipilih oleh merak hijau jawa di TNB dan TNAP adalah pohon dengan tajuk yang rindang ataupun dibawah pohon rindang dan dekat dengan tempat makan Yuniar 2007, Risnawati 2008. Tempat berteduh di TNB adalah widoro bukol, pilang, asem, kesambi dan mimba Risnawati 2008, Yuniar 2007, Hernowo 1995, Mulyana 1988. Sementara itu tempat berteduh di TNAP, merak hijau jawa menggunakan walikukun, laban, sonokeling, apak serta jati Supratman 1998, Wasono 2005, Yuniar 2007, Risnawati 2008. Pilihan tempat berteduh dekat dengan tempat makan adalah strategi merak hijau jawa untuk mengefisienkan energinya. Merak hijau jawa tidur di pohon Pattaratuma 1977, Mulyana 1988, Ponsena 1988, Hernowo 1995. Menurut Hernowo 1999, merak hijau jawa memilih pohon tertentu untuk bertengger tidur. Pohon tidur tersebut memiliki kharakteristik tertentu. Pohon tersebut tinggi atau tertinggi emergent tree, tajuk tidak rapat, bahkan pohon meranggas, percabangan relatif tegak lurus batang dan tidak jauh dari tempat tidur adalah tempat terbuka. Pohon yang disukai untuk bertengger tidur di TNB adalah pilang, gebang meranggas Risnawati 2008, Yuniar 2007, Hernowo 1995, Mulyana 1988, Pattaratuma 1977. Namun demikian di TNAP merak hijau menyukai pohon-pohon untuk bertengger tidur adalah apak, mahoni, jati, Supratman 1998, Wasono 2005, Sativaningsih 2005, Yuniar, 2007, Risnawati 2008, Ramadhan 2008. Subramanian and John 2001 mencatat di hutan lindung taman Rusa Tirunevelvi Tamil Nadu merak biru menyukai pohon asem Tamarindus indicus, Tekik Albizia lebbeck, Mimba Azadirachta indica, jenis sengon Albizia amara, akan tetapi di Vivekananda Kendra, merak biru menyukai kelapa Cocos nucifera sebagai pohon tidur utama, bahkan tiang telekominikasi juga digunakan oleh merak biru jantan sebagai tempat tidur. Dipilihnya pohon-pohon tersebut merupakan strategi merak menghindari serangan predator Hernowo 1995, Sativaningsih, Maryanti 2007, Ramadhan 2008. Pohon untuk bertengger tidur dekat dengan terbuka yang dipilih, karena merak hijau jawa turun meluncur dari pohon tenggeran langsung mencari tempat pakan. Hal ini merupakan strategi untuk mengefiensienkan energi. Tempat yang dipilih untuk bersarang oleh merak hijau jawa adalah di tanah areal terbuka didominasi oleh semak Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernawan 2003. Telor-telor merak kebanyakan kontak langsung dengan tanah. Dipilihnya tempat terbuka dengan dominasi semak merupakan strategi merak untuk membantu penetasan proses penggeram telor dan kamuflase dari berbagai gangguan Hernowo 1995 dan Hernawan 2003. 6.3.2.3. Ekologi Perilaku Kawin Merak hijau, hidup berkelompok, perkawinannya dengan sistem poligami Delacour 1977, Hoyo et.al 1994, Hernowo 1995. Sistem poligami pada merak hijau jawa tersebut adalah bahwa merak hijau jantan dapat kawin dengan banyak merak hijau betina ataupun merak hijau betina dapat kawin dengan banyak merak hijau jantan. Hoyo et.al 1994, menyatakan bahwa merak hidup berkelompok dengan sistem harem poligini. Harem poligini tersebut dapat diartikan bahwa merak jantan menyebar diantara beberapa merak betina dalam kelompoknya. Berdasarkan penelitian ini, didapatkan fakta bahwa merak hijau jawa hidup secara kelompok dengan sistem poligyny tetapi jantan tidak memiliki harem, karena merak hijau jawa jantan tidak menguasai merak hijau jawa betina merak hijau jawa jantan bukan pemimpin kelompok, tidak bisa memaksa untuk dipilih oleh betinanya, yang menentukan pilihan merak hijau jantan mana yang mengawini merak hijau jawa betina adalah merak hijau betina. Hal yang sama juga dilaporkan oleh beberapa pengamat merak biru mengamati bahwa yang menentukan merak biru jantan untuk mengawini merak biru betina adalah merak biru betina Manning 1989, Petrie dkk 1991, Gadagkar 2003, Takahashi dkk 2007, Loyau dkk 2008. Dengan sistem perkawinan merak hijau jawa seperti yang diuraikan tersebut, mengindikasikan bahwa aliran gen dalam populasi merak hijau jawa terjadi secara bebas. Merak hijau jawa jantan dapat kawin dengan individu merak hijau jawa betina yang mana saja, juga demikian merak hijau jawa betina kawin dengan individu merak hijau jawa jantan mana saja yang disukai. Sistem perkawinan merak hijau jawa tersebut merupakan strategi merak hijau jawa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dari segi aliran gennya yang secara bebas. Berdasarkan hasil analisis gen pada populasi merak hijau oleh Ya-Yong dkk 2004, bahwa keragaman genitik merak hijau di alam liar dan di pengkaran berbeda. Merak hijau yang hidup liar memiliki keragaman genitik yang lebih rendah dibandingkan yang dipenangkaran. Perilaku menari dilakukan oleh merak hijau jawa jantan untuk menarik pasangannya. Perilaku menari merak hijau jawa umumnya dilakukan oleh merak hijau jantan dewasa, tetapi jantan remaja muda juga melakukan tarian tetapi lebih bersifat belajar menari. Maryanti 2007 dan Ramadhan 2008, menyatakan bahwa di TNB maupun di TNAP terdapat merak hijau jawa jantan remaja muda belajar menari. Perilaku menari dari merak hijau jantan dewasa pada umumnya dilakukan apabila bulu hiasnya sudah cukup lengkap dan panjang. Hernowo 1995, menghitung bulu hias yang berupa plong Ocelli merak hijau jawa dewasa di TNB sekitar 144 -160 bulu dan panjang bulu hias antara 1.00 – 1.300 cm. Perilaku menari tersebut dilakukan mulai awal musim berbiak sampai akhir musim kawin. Hernowo 1995, menyatakan bahwa merak hijau jawa di TNB mulai menari pada bulan Agustus akhir 1994 dan akhir menari pada bulan Desember akhir 1994. Musim kawin merak hijau jawa di TNB tahun 1994 Oktober sampai Desember Hernowo, 1995. Musim kawin merak hijau jawa di TNAP tahun 2004 dimulai bulan Agustus dan berkhir pada bulan Nopember Wasono, 2004. Berdasarkan pengamatan terhadap musim kawin merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP telah terjadi pergeseran. Musim kawin merak hijau jawa di TNAP tahun 2006 dimulai bulan September akhir dan berakhir pada bulan Nopember, sedangkan pada tahun 2007 musim kawin dimulai bulan Oktober dan berakhir pada bulan Desember. Musim kawin di TNB pada tahun 2006 dimulai bulan Oktober dan berkhir bulan Januari, sedangkan tahun 2007 musim kawin dimulai bulan Nopember dan berakhir pada bulan Januari akhir. Perrin dan Birkhead 1983 menyebutkan bahwa salah satu faktor pendorong burung untuk melakukan perkembangbiakan adalah ketersediaan pakan. Carthy 1979 menyatakan bahwa cahaya, suhu dan kelembaban merupakan faktor eksternal yang menentukan waktu perkawinan burung. Merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP menari dan kawin pada musim kemarau. Pada musim kawin dan perkembangbiakan merak hijau jawa melatekan telornya hanya satu kali setiap tahunnya Hernowo 1995, Sativaningsih 2005. Maryanti 2007, Ramadhan 2008. Perilaku menari merak hijau jawa di lakukan di areal terbuka seperti di savana, areal tumpangsari, padang rumput bahkan rumpang ataupun jalan di TNB dan TNAP Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernawan 2003, Sativaningsih 2005, Maryanti 2007, Yuniar 2007, Risnawati 2008, Ramadhan 2008. Dalam penelitian ini arena tari lek merak hijau jawa jantan ditemukan di jalan Batangan – Bekol TNB. Dipilihnya tempat terbuka merupakan strategi merak untuk bisa leleuasa menari ukuran pegaran bulu hiasnya serta gerakan tarian dan memudahkan betina untuk menemukan jantan dewasa Hernowo 1995, Hernawan 2003, Sativaningsih 2005, Maryanti 2007, Ramadhan 2008. Dakin 2008, menyatakan bahwa merak biru melakukan tariannya pada areal yang terkena sinar matahari diduga ada kaitannya dengan penampilan bulu hiasnya. Gambar VI 38. Arena tari lek merak hijau jawa di jalan Batangan-Bekol TNB Ada tiga tahapan kawin pada merak hijau jawa di mulai dari rayuan untuk kawin pra kopulasi, kawin kopulasi dan pasca kopulasi Dwisatya, 2007. Namun demikian penelitian ini menemukan kasus kawin merak hijau jawa tanpa didahului proses rayuan yaitu terjadi di padang rumput Sadengan TNAP, merak hijau jawa betina turun dari pohon tengger, belari mencari tempat yang enak, kemudian mendekam dan merak hijau jawa jantan sudah lebih dulu turun dari tenggeran berespon berlari menuju merak betina tersebut segera menaiki merak hijau jawa betina tersebut untuk kopulasi. Kasus ini ditemukan 2 kali kejadian. Kemungkinan proses rayuan tersebut telah didapatkan hari sebelumnya. Pilihanpenentuan untuk pasangan kawin pada merak hijau jawa adalah dimiliki oleh merak hijau jawa betina. Pengamatan terhadap merak hijau jawa jantan untuk pasangan kawin dilakukan oleh marak hijau jawa betina jauh sebelum proses kawin. Pengamatan tersebut bisa dilakukan melalui tidur bersama dalam satu pohon tengger atau tidur di pohon tengger yang berdekatan, mengunjungi, mengamati tarian merak hijau jantan. Petrie dkk 1991, mencatat bahwa dalam mengamati pilihan terhadap merak biru jantan untuk pasangan kawin, paling sedikit dilakukan 4 kali kunjungnan dan pengamatan dilakukan oleh merak biru betina, baru mereka kawin. Hernowo, 1995 mengamati merak hijau jantan di taman nasional Baluran awal menari dilakukan pada bulan Agustus akhir dan awal kawin dilakukan pada bulan Oktober. Jeda waktu awal menari dengan kawin merupakan kesempatan bagi merak hijau jawa betina menentukan pilihan jantan yang akan mengawininya. Para pengamat merak biru india Pavo cristatus, menyatakan bahwa yang menjadi faktor penarik untuk pasangan kawin dan kesuksesan kawin adalah banyaknya bulu hias Occelli, keseimbangan bulu hias symetric dan panjang bulu hias Manning 1989, Petrie dkk 1991, Gadagkar 2003, Loyau dkk 2008. Namun demikian Takahashi et. al 2008 menyatakan bahwa kesuksesan kawin pada merak biru dipengaruhi oleh tidak hanya faktor tersebut di atas tetapi secara keseluruhan fungsi merak biru jantan. Selain faktor merak biru jantannya Loyau dkk 2007, menyebutkan bahwa kesuksesan merak biru kawin juga dipengaruhi letak arena tari lek yang dekat tempat pakan. Selain faktor tersebut, getaran bulu hias pada saat merak biru menari dalam rangka menarik betinanya untuk kawin berpengaruh terhadap penentuan jantan yang dipilih Gadagkar 2003, Dakin 2008. Hernowo, 1995 menyebutkan bahwa merak hijau jawa jantan di TNB, menari juga menggetarkan bulunya. Dakin 2008, menyatakan bahwa sinyal kasad mata visual signalling untuk perilaku kawin pada merak biru mempengaruhi kesuksesan kawin.

6.3.2.4. Ekologi Perilaku Bersuara, Bertarung dan Territorial