SIMPULAN EKOLOGI PERILAKU MERAK HIJAU JAWA

6.4 SIMPULAN

1. Aktivitas ekologi perilaku merak hijau jawa dilakukan baik secara individual maupun kelompok berjalan secara alami. Tipe habitat berpengaruh nyata terhadap frekuensi dan lamanya aktivitas, strategi dan mekanisme perilaku merak hijau jawa, tetapi tidak berpengaruh terhadap pola aktivitas perilaku. Pola aktivitas makan dengan mematuk pakan, menelan, berhenti sejenak dengan menegakkan leher, mengawasi sekelilingnya, mematuk lagi dan berjalan pelan. Aktivitas minum merak hijau jawa dilakukan dengan memasukan puaruhnya ke air, menyedot dan menelan, kemudian mengangkat kepala juga sambil menelan air dan mengawasi sekelilingnya. Aktivitas berteduh dan istirahat dilakukan oleh merak hijau jawa berjalan menuju tempat teduh, dibawah pohon rindang atau naik ke pohon tersebut. Apabila di bawah pohon rindang berteduh sambil diam istirahat dan menyelisik bahkan ada yang mendekam. Aktivitas menyelsik dilakukan pada saat istirahat dan waktu berjemur. Menyelisik dengan paruh kesuruh tubuh yang bisa dijangkau. Aktivitas tidur dimulai dari pencarian pohon tidur pada sore hari, kemudian terbang ke pohon tidur, memilih cabang atau ranting yang nyaman untuk tidur, berbunyi last call, mendekam dan tidur. Mandi debu dilakukan pada pagi atau sore hari di tempat yang berdebu dengan mendekamkan badanya, berbaring-baring dengan debu, mencakar debu ditaburkan ke tubuhnya. Aktivitas menari dilakukan oleh merak hijau jawa jantan dewasa ditempat relatif bersih dan terbuka, dengan membuka bulu hiasnya berbetuk kipas yang besar, bergeser, membalik atau memutar badanya di dekat betina merak hijau jawa, kadang bulu hiasnya digetarkan. Aktivitas kawin umumnya didahului dengan tarian merak hijau jawa jantan, kemudian betina mendekam dan jantan naik ke punggung betina kemudian kawin. 2. Makan sambil berjalan, memilih tempat berteduh yang rindang dekat tempat makan, memilih pohon yang tinggi dekat tempat terbuka, memilih tempat terbuka sebagai arena tari, tempat terbuka yang ditumbuhi semak sebagai pilihan untuk tempat bersarang merupakan strategi ekologi perilaku merak hijau jawa dalam beradaptasi yang berkaitan dengan efisien dan efektif dalam memanfaatkan sumberdaya di berbagai tipe habitat. 3. Merak hijau jawa hidup berkelompok dengan ukuran kecil 2-4 individu. Ditemukan 4 tipe kelompok merak hijau jawa. Pemimpin kelompok merak hijau jawa adalah merak hijau jawa betina. Merak hijau jawa memilih sistem perkawinan poligami tetapi tidak dengan harem. 4. Strategi adaptasi ekologi perilaku merak hijau jawa dalam mengahadapi berbagai tekanan adalah hidup berkelompok, pemimpin kelompok adalah betina, ukuran kelompok kecil, ukuran populasi kecil, sistem perkawinan poligami, memilih habitat yang sederhana serta sebagai edge species DAFTAR PUSTAKA Alcock, J. 1989. Animal Behaviour : An Introduction Evolutionary Approach 4 th Edition. Sinauer Associates, Inc. Publisher. Sunderland, Massachusetts. Brickle, N. W. 2002. Habitat use, predicted distribution and conservation of green peafowl Pavo muticus in Dak Lak Province, Vietnam. Biological Conservation Journal 105 : 189-197 Carthy, J.D. 1979. The Study of Behaviour. Revision by Phillip E. Howse. Edward Arnold Limited. London. Collar, N.J. and Andrew, P. 1998. Birds To Watch. ICBP tech. Publication 8. Cambridge. U K. Dakin, R. 2008. The role of the visual train ornament in the courtship of peacock, Pavo cristatus. Thesis Master. Department of Biology Queens University. Kingstons. Ontario. Canada. Delacour, J. 1977. The Pheasant of the World 2 nd Edition Spurr Publication. Saiga Publising Co Ltd Surr GU 26 GTD. England Del Hoyo, J. Elliot A, Sargatal J. 1994. Handbook of the Birds of the World. Volume 2. New World Vulture To Guineafowl. Birdlife International Lynx Editions. Barcelona Drickamer, L.C. Vessey, S.H. Jakob, E.M. 2002. Animal Behaviour : Mechanisms, Ecology, Evolution. 5 th Edition. McGraw Hill. Boston Dwisatya, A. P. 2006. Studi Perilaku Seksual Merak Hijau Jawa Pavo muticus muticus Linnaeus 1758 di Kubah Barat Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah TMII. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta. Jakarta. Gadagkar, R. 2003. Is the peacock merely beautiful or also honest?. Current Science. Vo. 85. No 7. Gerrit, H. H. 1978. Pheasant including their care in aviary. Blandford Press Poole . London Hernawan, E. 2003. Studi Populasi dan Habitat Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766, Di Hutan Ciawitali BKPH Buah Dua dan BKPH Songgom KPH Sumedang. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan. Hernowo, J. B. 1995. Ecology and Behaviour of the Green Peafowl Pavo muticus Linnaeus 1766 In the Baluran National Park. East Java, Indonesia. Master Thesis Faculty of Forestry Science, Goerg August University Gottingen. Germany. -------------------.--1999. Habitat and Local Distribution of Javan Green Peafowl Pavo muticus muticus Linnaeus 1758 In Baluran National Park, East Java. Media Konservasi Vol. VI, No 1, P : 15 – 22. Hoogerwerf, A. 1970. Ujung Kulon the Land of the Last Javan Rhinoceros. E.J. Brill Leiden. Netherland. Indrawan M. 1995. Behaviour and Abundance of Green Peafowl in Baluran National Park, East Java. Master Thesis United Kingdom Zoology Department, University of Aberdeen. Krebs, C.J. 1978. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance Second Edition. Harper Row Publisher. New York. Krebs, J.R. Davies.N.B. 1987. An Introduction to Behavioural Ecology. 2 nd Edition. Blackwell Scientific Publications. Oxford London. Kokko, H, W. Sutherlandt, J. Lindstrom, J. Reynodst J. D. Mackenzie, A. 1998. Individual mating success, lek stability, and neglected limitationof statistical power. Animal Behaviour. 56. 755-762 Loyau, A. Jalme M. S. and Sorci, G. 2007. Non-defendable reasources affect peafowl lek organization : A male removel experiment. Behavioural Processes. 74, 64-70. Loyau, A. Petrie, M. Jalme M. S. and Sorci. G. 2008. Do peahens not prefer peacocks with more elaborate trains. Animal Behaviour, 76, e5-e9. Loyau, A, Jalme, M. S. Mauget, R. and Sorci, G. 2007. Male sexual attractiveness affects the investment of maternal resources into the eggs in peafowl, Pavo cristatus. Behav Ecol Sociobiol. 61 1043 -1052. Loyau, A. Gomez, D. Moureau, B. Thery, M. Hart. N. S. Jalme, M. S, Bennett A. T.D. and Sorci, G. 2007. Iridescent structurally based coloration of eyespots correlates with mating success in the peacock. Behavioral Ecology Advance Acces . Doc 1093bebecoarm88 Manning L. T. 1989. Age-advertisement and the evolution of the peacocks train, Evolution Biology Journal. 2 : 379-384 Maryanti, 2007. Ekologi Perilaku Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766 Di Taman Nasional Baluran dan Alas Purwo, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan. Mulyana. 1988. Studi Habitat Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766 di Resort Bekol, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan. Palita, Y. 2002. Kajian Penyebaran Lokal, Habitat dan Perilaku Merak Hijau Pavo muticus muticus Linnaeus 1758 Di Taman Nasional Meru Betiri. Jawa Timur. Skripsi Program Diploma IV Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan. Pattaratuma, A. 1977. An ecological study on the green peafowl in the game reserve of Baluran, Banyuwangi, East Java- Indonesia. BIOTROP SEAMEO Regional Centre for Tropical Biology. Bogor Perrins, C.M. T.R. Birkhead. 1983. Avian Ecology. Chapman Hall. New York. Perrins, M and Middleton A.LA. 1985. The Encyclopedia of Bird. Eaet on File Publications, New York. Petrie, M. Halliday, T Sanders, C. 1991. Peahens prefer peacock with elaborate trains. Animal Behaviour. 41, 323 – 331. Ponsena P. 1988. Biological characteristics and breeding behaviours of green peafowl Pavo muticus Linnaeus in Huai Kha Khaeng Wildlife Sanctuary. Thai J. For. 7 : 303 – 313. Ramadhan G, F. 2009. Ekologi Perilaku Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus, 1766 Di Taman Nasinal Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan Rini, I.S. 2005. Studi Ekologi Pakan dan Perilaku Makan Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766 Di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumber daya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan. Risnawati, R. 2008. Analisis Population dan Habitat Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus, 1766 Di Taman Nasinal Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan. Sativaningsih, D 2005. Ekologi Perilaku Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus, 1766 Di Taman Nasinal Alas Purwo Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan. Septania. K A. 2009. Potensi Jenis Tumbuhan Sebagai Pakan Merak Hijau Jawa Pavo muticus muticus Linnaeus 1766 di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Thesis Master. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan Subramanian K. S and M. C. John 2001. Roosting and Nesting Habits Of Free Ranging Indian Peafowl Pavo cristatus in Southern Tamil Nadu. Zoos Print Jurnal 16 7 537-538. Sumbara, B. 2006. The Green Peafowl Pavo muticus Linnaeus, 1766 Ecological Study at Cikuray Pinus Forest of BKPH Bayongbong, KPH Garut. West Java. Honours Thesis. Department Forest Resources Conservation and Ecotourism, Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University. Bogor In Indonesian. Supratman, A.1998. Kajian Pola Penyebaran dan Kharakteristik Habitat Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766 Pada Musim Tidak Berbiak Di Resort Rowobendo Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan. Takahashi, M., Arita, H, Hiraiwa-Hasegawa, M Hasegawa. 2008. Peahens do not prefer peacocks with more elaborate trains. Animal Behaviour, 75, 1209-1219. Takahashi, M. Hasegawa. H. 2008. Seasonal and diurnal use eight different call types by Indian peafowl Pavo cristatus. J. Ethol, 26 : 375 – 381. van Balen, B. Prawiradilaga, D.M. Indrawan, M. Marakarmah, A. Dirgayusa, I.W.A. and Isa, M.A. 1991. Notes on the Distribution and Status of green Peafowl on Java. World Pheasant Association – Worldwide Fund for Nature, Indonesia Programme. Bogor. van Balen, S, Prawiradilaga, D.M. and Indrawan, M. 1995. The Distribution and Status of Green peafowl In Java. Biological Conservation Journal 71, 289-297. van Balen, S. 1999. Bird on Fragmented Islands : Persistence in forest of Java and Bali Doctor thesis. Wageningen University and Research Centre. Netherland. Wasono, W. T. 2005. Populasi dan Habitat Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766 Di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan Winarto, R. 1993. Beberapa Aspek Ekologi Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766 Pada Musim Berbiak Di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan Ya-Yong, K. Hong, C. and Guo-Ping, Z. 2004. Analysis of genetic diversity for wild and captive green peafowl populations by random amplified poplymorphic DNA technique. Journal of Forestry Research 15 3: 203-206 2004 Yuniar, A. 2007. Studi Population dan Habitat Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus, 1766 Di Taman Nasinal Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan

BAB VII. PEMBAHASAN EKOLOGI MERAK HIJAU JAWA

7.1 Pengelolaan Populasi Merak Hijau Jawa Populasi merak hijau jawa di taman nasional Baluran secara umum kesehatan populasinya cukup baik, vigoritas populasi tetap berkembang, meskipun terjadi penurunan populasi yang cukup mengkhawatirkan bila dibandingkan dengan hasil pengamatan Hernowo 1995, kelimpahan populasi berbeda nyata 117.70 ekor tahun 1995 hasil pengamatan ini 70.10 ekor tahun 2007, terjadi penurunan populasi sebesar 47.50 selama 12 tahun atau 3.35 setiap tahun. Penurunan populasi merak hijau jawa di TNB tersebut disebabkan oleh adannya perburuanliar terhadap merak hjau jawa pengambilan telor, maupun burungnya, serta adanya invasi Acacia nilotica pada tipe habitat savana yang mengurangi ketersedian habitat merak hijau jawa terutama komponen pakan. Perkembangan populasi merak hijau jawa di TNB dari tahun 2006 dan 2007 terjadi kenaikan populasi meskipun kecil hanya sekitar 1.4 ekor 2.07 . Hal tersebut menunjukan indikasi pertambahan populasi, atau arah kenaikan populasi tersebut sangat penting artinya bagi perkembangan populasi merak hijau jawa di TNB. Apabila momentum kenaikan populasi tetap terjaga dengan baik, maka populasi merak hijau jawa di TNB diharapkan akan naik, tetapi sebaliknya bila perburuanliar terhadap populasi merak hijau jawa terus meningkat tidak mustahil populasi merak hijau jawa akan menjadi mengkhawatirkandi taman nasional ini. Berbeda halnya dengan kelimpahan populasi merak hijau jawa di TNAP berdasarkan hasil pengamatan Supratman 1998, Wasono 2005 dan hasil studi ini bahwa populasi merak hijau jawa di TNAP mengalami kenaikan sebesar 86.05 dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2006 atau 10.8 setiap tahun. Populasi merak hijau jawa di TNAP mengalami perkembangan naik, arah positif yang spektakuler. Namun demikian hasil pengamatan tahun 2006 dan 2007 menunjukan bahwa perkembangan populasi merak hijau jawa tersebut, telah terjadi penurunan sebesar 4.2 ekor atau 5.49 tahun 2006 populasi sebesar 80.7 ekor pada tahun 2007 populasi adalah 76.5 ekor. Perkembangan populasi merak hijau jawa di TNAP menurun pada tahun 2007 tersebut memiliki arti penting bagi perkembangan populasi merak hijau jawa di TNAP. Secara umum kesehatan populasi merak hijau jawa di TNAP telah berkembang dengan baik. Pertumbuhan populasinya sangat fantastis 1998-2006, meskipun pada tahun 2007 mengalami