diperkenankan mengganggu kehidupan merak hijau jawa di areal tumpangsari meskipun merak hijau jawa sering mengganggu tanaman tumpangsari pesanggem.
7.2 Pengelolaan Habitat Merak Hijau Jawa
Kenyataan populasi merak hijau jawa melimpah pada tipe habitat tertentu. Di TNB populasi merak hijau jawa lebih melimpah di tipe habitat savana di resort Bekol TNB. Tipe
habitat savanna di Bekol memiliki kecukupan pakan, sumber air minum, pohon untuk tengger dan tempat berbiak sepanjang tahun. Pattaratuma 1977, Mulyana 1988, Winarto
1993, Hernowo 1995, Hernowo 1999. Sementara itu kelimpahan populasi merak hijau jawa di resort Rowobendo TNAP lebih terpusat di padang rumput Sadengan dan areal
tumpangsari hutan tanaman jati Gunting. Hal ini berkaitan dengan adanya areal terbuka open area tumangsari di hutan jati yang merupakan tempat sumber pakan merak hijau
jawa dekat dengan tempat berteduh, tempat berlindung serta tempat tengger hutan dataran rendah dan hutan Jati.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sebaran lokal merak hijau jawa adalah acak berkelompok. Populasi merak hijau jawa lebih tersebar pada kawasan berhutan yang
terdapat areal terbuka secara sporadik, terdapat tempat bertengger, dan tersedia air minum. Ukuran populasi yang kecil dengan sebaran lokal acak berkelompok merupakan
keadaan yang umum populasi merak hijau di P Jawa Balen dkk 1991, Hernowo, 1995 . Secara umum sebaran lokal merak hijau jawa tersebut sangat terkait dengan adanya
sumberdaya yang sangat dibutuhkan oleh merak hijau jawa. Karakteristik tempat makan merak hijau jawa adalah tempat terbuka yang ditumbuhi
oleh rerumputan dan semak serta dikelilingi oleh pepohonan. Merak hijau jawa menyukai mencari pakan di areal terbuka Pattaratuma 1977, Mulyana 1988, Ponsena 1988, Winarto
1993, Hernowo 1995, Supratman 1998, Palita 2002, Hernawan 2003, Rini 2005, Wasono 2005, Sumbara 2006, Yuniar 2007. Bentuk dari areal terbuka adalah padang rerumputan
yang dikelilingi hutan, areal tumpang sari, savanna dan hutan yang memiliki rumpang paling sedikit 1 ha.
Merak hijau jawa sebagai jenis burung yang tergolong herbivora dengan banyak memakan dedaunan, buah serta biji rerumputan serta semak. Berbagai jenis rumput 19
jenis dan 16 jenis semak serta 16 jenis tanaman hortikultura serta 5 jenis buah dari pohon tercatat dimakan oleh merak hijau jawa di TNAP dan TNB. Merak hijau jawa merupakan
polyphag species, yang berarti merak hijau jawa memakan memiliki kisaran pakan yang beranekaragam Septania 2009. Merak hijau jawa memerlukan asupan pakan yang cukup
banyak, karena ukuran tubuhnya cukup besar. Tempat minum merak hijau jawa tidak memimiliki kekhasan, yang penting terdapat air secara berkelanjutan, tidak asin dan
bersih. Merak hijau jawa di TNAP dan TNB minum di sungai, cekungan air dan bak minum buatan. Pada musim kemarau, air tersedia terbatas di tempat-tempat tertentu saja. Merak
hijau jawa terlihat mendatangi tempat minum setiap hari untuk minum meskipun jaraknya cukup jauh.
Merak hijau jawa akan berteduh setelah hari mulai panas. Merak akan berteduh di pohon atau dibawah pohon yang teduh. Merak memilih pohon yang rimbun tajuknya,
sebagai kharakteristik pohon teduh. Pohon teduh atau tempat berteduh yang dipilih adalah yang tidak jauh dari tempat makan. Merak hijau jawa di TNB memilih pohon widoro bukol,
pilang, asem, kesambi dan mamba sebagai pohon peneduh Risnawati 2008, Yuniar 2007, Hernowo 1995, Mulyana 1988. Sementara itu di TNAP merak hijau memilih tempat
berteduh pohon walikukun, laban, sonokeling, apak serta jati Supratman 1998, Wasono 2005, Yuniar 2007, Risnawati 2008.
Merak hijau jawa memilih pohon sebagai tempat tidur Pattaratuma 1977, Mulyana 1988, Ponsena 1988, Hernowo 1995. Menurut Hernowo 1999, merak hijau jawa memilih
pohon tertentu untuk bertengger tidur. Adapun kharakteristik pohon tidur adalah poho yang tinggi pohon mencuat, tidak rimbun tajuknya bahkan meranggas, percabanagan relative
tegak lurus batang, tidak jauh dari pohon tidur terdapat tempat terbuka. Pohon yang disukai oleh merak untuk tidur di TNB adalah pohon pilang dan gebang yang telah
meranggas Risnawati 2008, Yuniar 2006, Hernowo 1995, Mulyana 1988, Pattaratuma 1977, sementara itu di APNP TNAP yang disukai unutk bertengger tidur adalah pohon
apak Supratman 1998, Wasono 2005, Yuniar 2007, Risnawati 2008. Merak hijau jawa jantan memilih untuk menari di tempat-tempat, berupa padang
rumput, areal tumpang sari, savana dan rumpang Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernawan 2003, Yuniar 2007, Risnawati 2008. Tempat yang disukai untuk tempat
menari adalah areal terbuka dimana merak betina mudah menemukan merak jantan yang menari atau tempat dimana jantan mudah melakukan tariannya.
Tempat bersarang merak hijau adalah tempat terbuka yang ditumbuhi oleh sesemakan Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernawan 2003. Sering sarang
dan telor terkena sinar matahari langsung bila sedang tidak dierami oleh merak betina Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernawan 2003. Bentuk dari sarang sangat sederhana
dan kontak langsung dengan tanah. Terkena langsung sinar matahari dan kontak langsung
dengan tanah adalah untuk membantu penetasan telornya.
Dalam hubungannya dengan tipe habitat kesukaan, merak hijau jawa lebih menyukai habitat savanna atau areal tumpangsari di hutan tanaman jati maupun di padang
rerumputan, sebab di habitat tersebut banyak terdapat areal terbuka yang ditumbuhi oleh rerumputan dan semak yang merupakan pakan utama merak hijau.Terdapat kaitan antara
kepadatan merak hijau dengan kelimpahan pakan. Pada habitat hutan yang terdapat areal terbuka, kelimpahan merak hijau jawa akan meningkat.
Strategi merak hijau jawa dalam menghadapi tekanan terutama berkaitan dengan kondisi habitat adalah memilih habitat yang sederhana. Secara ekologi habitat yang dipilih
oleh merak hijau jawa tersebut adalah areal terbuka tidak terlalu luas yang dikelilingi oleh hutan. Hal ini mengindikasikan bahwa merak hijau jawa memilih habitat tepiperbatasan
edge habitat Pilihan terhadap jenis pakannya, merak hijau jawa sebagai herbivora lebih banyak mengkonsumsi duan, bunga, biji berbagai jenis rerumputan atau semak.
Berdasarkan strategi pilihan terhadap pakan, merak hijau jawa dapat dikatakan sangat adaptif dengan jenis pakannya yang cukup tersedia. Merak hijau jawa di TNB
mengkonsusi jarong Stachyrtapeta jamaicensis pada musim kemarau, sedangkan satwa lain tidak mengkonsumsi jenis tersebut dan jarong merupakan tumbuhan bawah yang
cukup melimpah di TNB. Merak hijau jawa di TNAP juga mengkonsumsi kirinyuh Eupatorium odoratum dan orok-orok Cassia tora, merupakan tumbuhan bawah yang
banyak tumbuh di musim penghujan dan satwa lain tidak menyukainya. Merak hijau jawa juga mengkonsumsi serangga belalang, jengkerik, laron, rayap pada saat jenis serangga
tersedia meskipun demikian tidak sebanyak mengkonsumsi rumput dan semak. Hal tersebut mengindikasikan merak hijau jawa sebagai satwa opportunist artinya
menggunakan kesempatan terhadap pilihan jenis pakan yang baik pada saat jenis pakannya tersedia cukup banyak. Memilih sarang adalah di tanah pada areal terbuka
yang ditumbuhi semak dengan sarang yang sederhana merupakan salah satu strategi merak hijau jawa dalam memilih komponen habitat sarangnya.
Pengelolaan terhadap habitat merak hijau jawa didasarkan pada kebutuhan merak hijau jawa terhadap komponen-komponen habitat yang penting, tersedia secara cukup
baik kuantitas maupun kualitas seperti pakan, tempat berteduh, tempat berlindung, air minum, tempat bertengger, tempat menari, tempat mandi debu dan tempat bersarang
serta keamanan merak hijau jawa. Kebutuhan terhadap habitat merak hijau jawa didasarkan kondisi habitat ideal merak hijau jawa.
Pengelolaan terhadap habitat merak hijau jawa di TNB, yang utama adalah tetap menjamin ketersediaan air minum terutama di musim kemarau. Hernowo 1995
menyebutkan bahwa air merupakan faktor kunci dan prioritas utama untuk pengelolaan komponen habitat adalah pengelolaan air di TNB. Sistem pengaliran air dari penampungan
air dari Kacip harus diperbaiki kembali dan sistem tersebut tetap dipertahankan. Savana yang telah diperbaiki dari invasi Acacia nilotica menjadi sangat terbuka dan panas di siang
hari, perlu penanaman pohon peneduh yang juga bisa berfungsi sebagai tempat bertenggertidur merak hijau jawa. Apabila pohon yang ditanam tersebut telah berfungsi,
maka jarak antar tanaman tersebut sekitar 250 m. Jenis pohon yang ditanam adalah Pilang Acacia leucophloea, Krasak Ficus superba, Asam Tamarindus indica, Kesambi
Schleichera oleosa dan Mimba Azadirachta indica. Pembakaran terkendali perlu dilakukan pada tipe habitat savana untuk mendapatkan pakan hijauan yang bergizi bagi
merak hijau jawa. Pembakaran terkendali dilakukan 4-5 tahun sekali di areal yang bersih dari Acacia nilotica. Waktu pembakaran menhindari musim berbiak dari merak hijau jawa
di TNB, sehingga pembakaran dapat dilakukan pada awal musim kemarau sekitar Juli hingga September dengan pertimbangan yang matang karena pada Oktober hingga
Desember merak hijau jawa betina sedang bertelor dan mengeraminya. Pengelolaan terhadap habitat merak hijau jawa di TNAP adalah menciptakan tipe
habitat baru yaitu habitat ideal bagi merak hijau jawa seperti bentuk padang rumput sadengan yang dikelilingi hutan, di hutan hujan tropis dataran rendah wilayah TNAP.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa lebih dari 50 populasi merak hijau jawa telah berkembang di luar areal taman nasional ini, sehingga menciptaan habitat baru harus
berada di dalam areal taman nasional Pembuatan habitat ideal baru bagi populasi merak hijau jawa di TNAP sangat diperlukan, diprakirakaan pada tahun 2006 telah tercapai
kondisi jumlah individu populasi yang maksimum dengan daya dukung habitat yang ada. Akibat penebangan pohon mahoni Sweitenia macrophylla yang digunakan sebagai
tempat tidur merak hijau jawa di areal tumpangsari Gunting tahun 2006, populasi merak
hijau jawa di tempat tersebut langsung menurun dari 44 ekor menjadi sekitar 30 individu
pada tahun 2007. Penciptaan habitat baru bagi merak hijau jawa di dalam areal TNAP adalah dengan
membuka hutan membuat rumpang-rumpang di tipe habitat hutan hujan tropik dataran rendah. Tipe habitat baru berupa rumpang di dalam hutan hujan tropis dataran rendah
dengan luasan berkisar 10 ha -20 ha. Bentuk rumpang-rumpang tersebut sebaiknya membulat, dan topografi rumpang adalah datar. Pada calon rumpang tersedia sumber air,
terdapat pohon-pohon peneduh yang cukup rindang yang natinya terletak di tengah rumpang. Pohon–pohon untuk merak hijau jawa tidur berupa pohon tinggi yang tajuk
percabangannya tegak lurus batang dan tajuknya tidak rapat bisa terdapat di pinggir rumpang. Areal terbuka pada rumpang harus berisi rerumputan dan semak mengelilingi
pinggiran rumpang. Sketsa rumpang bisa dilihat seperti pada gambar V-12. Pengelolaan terhadap ketersediaan air, jenis pakan dan nilai gizi pakan merak selalu dilakukan agar
populasi merak hijau jawa baru dapat berkembang dengan baik pada tipe habitat tersebut.
7.3 Pengelolaan Merak Hijau Jawa Berdasarkan Ekologi Perilakunya Merak hijau jawa makan di areal terbuka yang ditumbuhi rerumputan dan semak
sambil berjalan merupakan strategi perilaku burung ini Hernowo 1995, Sativaningsih 2005. Makan sambil berjalan untuk mendapatkan kebutuhan pakan yang cukup. Berbagai
jenis tumbuhan bawah rumput dan semak maupun serangga dimakan oleh merak Rini 2005. Selain itu, berjalan juga merupakan strategi untuk menghindari serangan predator.
Makan sambil berjalan merupakan strategi untuk mendapatkan pakan yang cukup, karena yang dimakan adalah rerumputan dan semak yang nilai pakan dan energinya tidak tinggi,
namun cukup tersedia Hernowo 1995, Rini 2005, Ramadhan 2008, Septania 2009. Merak hijau jawa memakan dalam jumlah banyak daun, bunga, biji berbagai jenis rumput
dan semak yang banyak tumbuh serta serangga belalang, jengkerik, laron, rayap pada saat tersedia di TNB dan TNAP merupakan strategi ekologi perilaku makan sebagai jenis
burung herbivora yang opportunist. Tempat berteduh dan istirahat dipilih adalah pohon dengan tajuk yang rindang
ataupun dibawah pohon rindang dan dekat dengan tempat makan dalah strategi merak hijau untuk mengefisienkan nerginya. Kharakteristik tempat berteduh dan istirahat yaitu
pohon rindang dekat dengan sumber pakan. Tempat berteduh di TNB adalah widoro bukol,
pilang, asem, kesambi and mimba Risnawati 2008, Yuniar 2007, Hernowo 1995, Mulyana 1988. Sementara itu tempat berteduh di TNAP, merak hijau jawa menggunakan
walikukun, laban, sonokeling, apak serta jati as sheltered trees Supratman 1998, Wasono 2005, Yuniar 2007, Risnawati 2008. Pohon untuk berteduh dan istirahat yang dipilih selalu
dekat dengan areal pakan. Hal ini mengindikasikan bahwa merak hijau mengefisiensikan energinya dalam melakukan aktivitas hariannya. Pilihan tempat berteduh yang dekat
dengan areal pakan merupakan strategi ekologi perilaku merak hijau jawa. Merak hijau jawa tidur di pohon Pattaratuma 1977, Mulyana 1988, Ponsena 1988,
Hernowo 1995. Menurut Hernowo 1999, merak hijau memilih pohon tertentu untuk bertengger tidur. Pohon tidur tersebut memiliki kharakteristik tertentu. Pohon tersebut
tinggi atau tertinggi emergent tree, tajuk tidak rapat, bahkan pohon meranggas, percabangan relatif tegak lurus batang dan tidak jauh dari tempat tidur adalah tempat
terbuka. Pohon yang disukai untuk bertengger tidur di TNB adalah pilang, gebang meranggas Risnawati 2008, Yuniar 2007, Hernowo 1995, Mulyana 1988, Pattaratuma
1977. Namun demikian di TNAP merak menyukai pohon-pohon untuk bertengger tidur adalah apak, mahoni, jati, Supratman 1998, Wasono 2005, Sativaningsih, Yuniar, 2007,
Risnawati 2008, Ramadhan 2008. Dipilihnya pohon-pohon tersebut merupakan strategi merak menghindari serangan predator Hernowo 1995, Sativaningsih, Maryanti 2007,
Ramadhan 2008. Pohon untuk bertengger tidur dekat dengan areal terbuka, karena merak turun meluncur dari pohon tenggeran langsung mencari tempat pakan. Hal ini
merupakan strategi untuk mengefiensienkan energi langsung mencari makan di areal terbuka.
Perilaku menari dilakukan oleh merak hijau jawa jantan untuk menarik pasangannya di lakukan di areal terbuka seperti di savana, areal tumpang sari, padang rumput bahkan
rumpang ataupun jalan Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernawan 2003, Sativaningsih 2005, Maryanti 2007,Yuniar 2007, Risnawati 2008, Ramadhan 2008.
Dipilihnya tempat terbuka merupakan strategi merak untuk bisa leleuasa menari ukuran pegaran bulu hiasnya cukup besar dan memudahkan betina untuk menemukan jantan
dewasa Hernowo 1995, Hernawan 2003, Sativaningsih 2005, Maryanti 2007, Ramadhan 2008
Tempat yang dipilih untuk bersarang oleh merak hijau jawa adalah di tanah areal terbuka didominasi oleh semak Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernawan
2003. Telor-telor merak kebanyakan kontak langsung dengan tanah. Dipilihnya tempat terbuka dengan dominasi semak merupakan strategi merak hijau jawa untuk membantu
penetasan proses penggeram telor dan kamuflase dari berbagai gangguan Hernowo 1995 dan Hernawan 2003. Tempat terbuka yang ditumbuhi oleh semak yang dipilih
sebagai tempat bersarang juga merupakan strategi ekologi bersarang memilih habitat yang sederhana.
Pengelolaan merak hijau jawa untuk ekologi perilakunya yang utama adalah menjaga seluruh proses ekologi perilaku merak hijau jawa berjalan alami, tidak diganggu dan aman
bagi kehidupan populasi merak hijau jawa. Beberapa ekologi perilaku penting merak hijau jawa untuk diperhatikan dalam pengelolaannya adalah proses reproduksi merak hijau jawa
jangan terganggu. Contoh kasus ini terjadi di TNB, bagi merak hijau jawa jantan yang memiliki arena tari lek di jalan Batangan Bekol pada HM 70 - 120 sering melakukan
proses perkawinan di pagi hari antara jam 05.30 – 7.00, jangan diganggu oleh lalu lalang kendaraan di tempat dan waktu tersebut. Pencurian telor merak hijau jawa masih tinggi di
TNB, sehingga ekologi perilaku proses reproduksi terganggu. Aktivitas pencurian telor dan perburuan terhadap merak hijau jawa harus segera dihentikan. Penurunan populasi di TNB
sangat dipengaruhi oleh kegiatan perburuan merak hijau jawa. Menurunnya populasi merak hijau jawa di TNB dari tahun 1995 – 2006, merupakan indikasi bahwa kegiatan
perburuan telah melebihi natalitas. 7.4 Pemanasan Global
Kemungkinan dampak pemanasan global terhadap kehidupan merak hijau jawa di
TNB maupun di TNAP yang telah terjadi adalah bergesernya musim kawin dan berbiak. Pergeseran musim kawin berbiak yang telah terjadi di TNB dan TNAP telah dicontohkan di
atas. Sampai saat ini belum begitu tampak jelas pengaruhnya bagi kehidupan merak hijau jawa. Biasanya telor merak hijau jawa di TNB dan TNAP menetas mendekati musim
penghujan, proses penetasan telor dibantu dengan pemanasan dari induk betina sewaktu mengerami telor dan pemanasan dari tanah sekeliling. Apabila pada saat pengeraman
telor terjadi seringbanyak hujan akibat pemanasan global, kemungkinan akan berpengaruh pada proses penetasan telor. Hal yang dikhawatirkan dengan banyaknya
atau seringnya hujan diwaktu pengeraman telor adalah gagalnya proses penetasan. Berkaitan dengan gagalnya perteloran, tidak bisa diulang bertelor lagi dalam satu tahun
yang sama. Pereloran akan diulang pada musim berbiak tahun berikutnya. Hal ini mengartikan bahwa merak hijau jawa akan menunggu perteloran proeses reproduksi
adalah satu tahun kemudian, karena musim berbiak hanya terjadi satu tahun sekali. Kemungkinan dampak lain yang bisa terjadi akibat pemanasan global adalah bila
permukaan laut di sekitar TNB maupun TNAP naik 2 m, maka merak hijau jawa di TNB maupun TNAP akan banyak kehilangan habitat. Tipe habitat pantai maupun savana di
TNB sebagian akan terendam air laut, sedangkan di TNAP tipe habitat hutan pantai, sebagian hutan jati juga akan terendam air laut. Jelas dampak pemanasan global tersebut
mengganggu kehidupan merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP.
7.5 Konservasi Merak Hijau Jawa Konservasi terhadap merak hijau jawa baik di taman nasional Baluran maupun Alas
Purwo, diperlukan perencanaan yang matang. Upaya konservasi merak hijau jawa tersebut harus didasarkan pada permasalahan yang di hadapi pada masing-masing lokasi.
Upaya pelestarian merak hijau jawa tidak hanya didasarkan pada unsur teknis lapangan, juga pada kepedulian masyarakat sekitar taman nasional terhadap keberlanjutan
kehidupan merak hijau jawa di lokasi tersebut. Prioritas konservasi merak hijau jawa di TNB adalah menghentikan perburuanliar
terhadap merak hijau jawa dan perbaikan habitat. Tingkat gangguan oleh kegiatan perburuanliar sudah sangat mengkhawatirkan terhadap kelestarian merak hijau jawa di
TNB. Target pengelolaan terhadap populasi merak hijau jawa di TNB harus mampu menghentikan perburuan liar tersebut. Perbaikan habitat merak hijau jawa di TNB yang
menjadi prioritas adalah pemberantasan Acacia nilotica di savana harus tetap dilakukan. Penanaman pohon-pohon peneduh setelah savana yang telah dibersihkan, dengan jenis
lokal seperti pilang, kesambi, mimbo, asem dan randu alas dengan jarak tanam 200-300 m. Pengelolaan terhadap ketersediaan air minum untuk merak hijau jawa harus
ditingkatkan terutama pada musim kemarau dengan mendistribusikan di setiap savana yang ada di TNB dengan membuat bak-bak minum yang terkontrol. Mendidik,
menyadartahukan serta menyuluhkan pentingnya pelestarian merak hijau jawa pada masyarakat sekitar TNB harus dilakukan secara kontinyu. Targetnya adalah masyarakat
sadar dan peduli akan kelestarian merak hijau jawa di TNB. Adapun target ukuran populasi merak hijau jawa di TNB yang harus dipertahankan dan dikelola berkisar antara
250 – 300 ekor.
Prioritas konservasi merak hijau jawa di TNAP adalah meningkatkan kemampuan habitat dalam mendukung kehidupan merak hijau jawa di taman nasional ini. Merak hijau
jawa di TNAP banyak berkembang di luar areal taman nasional yaitu di hutan jati tumpang sari. Pembuatan habitat ideal merak hijau jawa yang baru di dalam kawasan taman
nasional Alas Purwo segera dilakukan. Contoh habitat ideal yang telah ada dan mampu mendukung kehidupan merak hijau jawa di TNAP adalah padang rumput Sadengan.
Namun demikian apabila akan dibangunkan habitat ideal, ukuran habkitat ideal tersebut tidak sebesar padang rumput Sadengan sekitar 80 ha, cukup antara 20 – 40 ha setiap
padang rumputnya. Target padang rumput yang perlu dikembangkan di TNAP adalah 9 – 10 buah yang tersebar di dalam TNAP. Meskipun sampai saat ini belum menonjol
perburuanliar terhadap merak hijau di TNAP, namun demikian mendidik, menyadartahukan dan mempedulikan terhadap kelestarian merak hijau jawa harus tetap dilakukan terhadap
masyarakat sekitar TNAP. Target dari mendidik masyarakat sekitar taman nasional adalah masyarakat tersebut peduli terhadap kelestarian merak hijau jawa di lingkungannya.
Adapun target ukuran populasi merak hijau jawa yang perlu dipertahankan dan dikelola di TNAP sekitar 300 – 400 ekor.
DAFTAR PUSTAKA
Hernawan, E. 2003. Studi Populasi dan Habitat Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766, Di Hutan Ciawitali BKPH Buah Dua dan BKPH Songgom KPH
Sumedang. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan.
Hernowo, J. B. 1995. Ecology and Behaviour of the Green Peafowl Pavo muticus Linnaeus 1766 In the Baluran National Park. East Java, Indonesia. Master Thesis
Faculty of Forestry Science, Goerg August University Gottingen. Germany. Maryanti, 2007. Ekologi Perilaku Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766 Di Taman
Nasional Baluran dan Alas Purwo, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan.
Mulyana. 1988. Studi Habitat Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766 di Resort Bekol, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya
Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan.
Pattaratuma, A. 1977. An ecological study on the green peafowl in the game reserve of Baluran, Banyuwangi, East Java- Indonesia. BIOTROP SEAMEO Regional Centre
for Tropical Biology. Bogor Ponsena P. 1988. Biological characteristics and breeding behaviours of green peafowl
Pavo muticus Linnaeus in Huai Kha Khaeng Wildlife Sanctuary. Thai J. For. 7 : 303 – 313 1988.
Ramadhan G, F. 2009. Ekologi Perilaku Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus, 1766 Di Taman Nasinal Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi.
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan
Rini, I.S. 2005. Studi Ekologi Pakan dan Perilaku Makan Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766 Di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Skripsi Jurusan
Konservasi Sumber daya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan.
Risnawati, R. 2008. Analisis Population dan Habitat Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus, 1766 Di Taman Nasinal Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur.
Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan.
Sativaningsih, D 2005. Ekologi Perilaku Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus, 1766 Di Taman Nasinal Alas Purwo Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan.
Septania. K A. 2009. Potensi Jenis Tumbuhan Sebagai Pakan Merak Hijau Jawa Pavo muticus muticus Linnaeus 1766 di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Thesis
Master. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan Sumbara, B. 2006. The Green Peafowl Pavo muticus Linnaeus, 1766 Ecological Study
at Cikuray Pinus Forest of BKPH Bayongbong, KPH Garut. West Java. Honours Thesis. Department Forest Resources Conservation and Ecotourism, Faculty of
Forestry, Bogor Agricultural University. Bogor In Indonesian.
Supratman, A.1998. Kajian Pola Penyebaran dan Kharakteristik Habitat Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766 Pada Musim Tidak Berbiak Di Resort Rowobendo Taman
Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan.
van Balen, B. Prawiradilaga, D.M. Indrawan, M. Marakarmah, A. Dirgayusa, I.W.A. and Isa, M.A. 1991. Notes on the Distribution and Status of Green Peafowl on Java.
World Pheasant Association – Worldwide Fund for Nature, Indonesia Programme. Bogor.
Wasono, W. T. 2005. Populasi dan Habitat Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766 Di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan Winarto, R. 1993. Beberapa Aspek Ekologi Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus 1766
Pada Musim Berbiak Di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan
Yuniar, A. 2007. Studi Population dan Habitat Merak Hijau Pavo muticus Linnaeus, 1766 Di Taman Nasinal Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi.
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan
BAB VIII. SIMPULAN DAN SARAN