3.3.1 Persiapan contoh
Rajungan  segar  yang  diperoleh  dari  Desa  Gebang  Mekar,  Cirebon  dibawa menggunakan  coolbox  dan  diberi  es  untuk  menjaga  kesegarannya.  Rajungan
diangkut  ke  Bogor  dengan  perjalanan  lebih  kurang  enam  jam.  Preparasi  sampel diawali  dengan  pencucian  rajungan  menggunakan  air  bersih.  Hal  ini  dilakukan
untuk membersihkan kotoran  yang melekat pada rajungan. Rajungan  yang sudah bersih  kemudian  diukur  morfometriknya  menggunakan  penggaris  dengan  ukuran
30 cm. Penentuan panjang rajungan dilakukan dengan mengukur bagian cangkang dari  kiri  ke  kanan  rajungan  secara  dorsal  dari  ujung  duri  terpanjang,  sedangkan
penentuan tinggi dengan cara mengukur bagian ujung cangkang rajungan dari atas ke bawah bagian cangkang yang tertinggi.
Rajungan  yang  telah  diukur  dibagi  menjadi  dua  bagian,  yaitu  rajungan  segar dan  kukus.  Pengukusan  dilakukan  dengan  cara  memasukkan  rajungan  ke  dalam
panci  berisi  air  yang  telah  dipanaskan  mencapai  suhu  70 C.  Pengukusan
dilakukan  selama  28  menit,  kemudian  rajungan  didinginkan  selama  30  menit Purwaningsih  et  al.  2005,  sebelum  dan  sesudah  pengukusan  dilakukan
penimbangan untuk mengetahui perubahan berat rajungan. Rajungan  segar  dan  kukus  kemudian  dipreparasi  dengan  cara  memisahkan
daging  rajungan  dari  cangkang  dan  jeroannya.  Daging  rajungan  dari  seluruh bagian tubuh digabungkan dan dihaluskan dengan mortar. Daging rajungan segar
dan kukus  yang telah dipreparasi  dimasukkan ke dalam plastik dan ditutup  rapat serta diberi kode masing-masing.
3.3.2 Rendemen
Rendemen  dihitung  sebagai  persentasi  bobot  bagian  tubuh  rajungan  dari bobot awal. Perumusan matematik rendemen adalah sebagai berikut:
Rendemen  = Bobot contoh g    x 100 Berat Total g
3.3.3Analisis kimia
Analisis  kimia  daging  rajungan  terdiri  atas  analisis  proksimat,  protein  larut air PLA, protein larut garam PLG serta asam amino.
3.3.3.1 Analisis proksimat
Analisis  proksimat  yang  dilakukan  terhadap  rajungan  meliputi:  kadar  air, abu, protein dan lemak.
1 Analisis kadar air AOAC 1995
Prinsip  analisis  kadar  air  yaitu  menguapkan  air  yang  terdapat  dalam  bahan dengan  oven  dengan  suhu  100-105
o
C  dalam  jangka  waktu  tertentu  hingga diperoleh berat konstan. Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar
air  adalah  mengeringkan  cawan  porselen  dalam  oven  pada  suhu  102-105 C
selama 30 menit. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator kurang lebih 30 menit hingga dingin dan ditimbang hingga beratnya konstan. Cawan dan sampel
seberat 1-2 gram ditimbang. Cawan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 102- 105
C selama 6 jam atau hingga diperoleh berat konstan bahan kering. Cawan tersebut  dimasukkan  ke  dalam  desikator  dan  dibiarkan  hingga  dingin  kemudian
ditimbang. Perhitungan kadar air:
kadar air =   B - C    x 100 B - A
Keterangan:  A = Berat cawan kosong gram B = Berat cawan dengan sampel gram
C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan gram
2 Analisis kadar abu AOAC 1995
Prinsip  analisis  kadar  abu  yaitu  membakar  bahan  dalam  tanur  dengan  suhu 600
o
C  sehingga  seluruh  unsur  organik  habis  terbakar  dan  berubah  menjadi  gas dan  sisanya  yang  tidak  terbakar  adalah  abu  yang  merupakan  kumpulan  dari
mineral-mineral  yang terdapat dalam bahan. Cawan abu porselen dikeringkan di dalam  oven  selama  30  menit  dengan  suhu  105
C,  lalu  didinginkan  dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 1-2 gram dimasukkan ke dalam
cawan  abu  porselen.  Cawan  abu  porselen  dipijarkan  dalam  tungku  pengabuan bersuhu  sekitar  105
C  sampai  tidak  berasap  sampai  abu  berwarna  putih. Cawan dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 600
C selama 2-3 jam. Cawan abu porselen  didinginkan  dalam  desikator  selama  30  menit,  kemudian  ditimbang
beratnya.
Perhitungan kadar abu: Kadar abu:  C - A    x 100
B - A Keterangan:  A = Berat cawan abu porselen kosong gram
B = Berat cawan abu porselen dengan sampel gram C = Berat cawan abu porselen dengan sampel setelah dikeringkan
gram
3 Analisis kadar protein AOAC 1995
Prinsip  analisis  protein  yaitu  penetapan  protein  kasar  dilakukan  berdasarkan penentuan  kadar  nitrogen  yang  terdapat  dalam  bahan,  kandungan  nitrogen  yang
diperoleh  dikalikan  dengan  angka  konversi  menjadi  nilai  protein.  Tahap-tahap yang  dilakukan  dalam  analisis  protein  terdiri  dari  tiga  tahap,  yaitu  destruksi,
destilasi dan titrasi. 1
Tahap destruksi Sampel  ditimbang  seberat  0,5  gram,  kemudian  dimasukkan  ke  dalam
tabung  Kjeltec.  Satu  butir  Kjeltab  dimasukkan  ke  dalam  tabung  tersebut  dan ditambahkan 10 ml H
2
SO
4
. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam  alat  pemanas  bersuhu  410
C  dan  ditambahkan  10  ml  air.  Proses destruksi dilakukan sampai larutan menjadi bening.
2 Tahap destilasi
Isi  labu  dituangkan  ke  dalam  labu  destilasi,  lalu  ditambahkan  dengan akuades  50  ml.  Air  bilasan  juga  dimasukkan  ke  dalam  alat  destilasi  dan
ditambahkan larutan NaOH 40 sebanyak 20 ml. Cairan  dalam  ujung  tabung  kondensor  ditampung  dalam  erlenmeyer
125 ml berisi larutan H
3
BO
3
dan 3 tetes indikator cairan methyl red dan brom cresol  green  yang  ada  di  bawah  kondensor.  Destilasi  dilakukan  sampai
diperolah 200 ml destilat yang bercampur dengan H
3
BO
3
dan indikator dalam erlenmeyer.
3 Tahap titrasi
Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan pada Erlenmeyer berubah warna menjadi pink.
Perhitungan jumlah nitrogen dalam bahan:
Nitrogen = ml HCl sampel – ml HCl blanko x 0,1 N HCl x 14  x 100
mg bahan Kadar protein =  Nitrogen x faktor konversi 6,25
4 Analisis kadar lemak AOAC 1995
Prinsip  analisis  kadar  lemak  adalah  melarutkan  lemak  yang  terdapat  dalam suatu  bahan  dengan  pelarut  non  organik,  kemudian  pelarut  diuapkan  sehingga
yang  terukur  hanya  kadar  lemak  dalam  bahan  saja.  Sampel  seberat  2  gram  W
1
dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya
W
2
dan  disambungkan  dengan  tabung  soxhlet.  Selongsong  lemak  dimasukkan ke  dalam  ruang  ekstraktor  tabung  soxhlet  dan  disiram  dengan  pelarut  lemak.
Tabung  ekstraksi  dipasang pada alat destilasi soxhlet, lalu dipanaskan pada suhu 40
C menggunakan pemanas listrik selama 16 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu  lemak  didestilasi  hingga  semua  pelarut  lemak  menguap  dan  pelarut  akan
tertampung  di  ruang  ekstraktor,  pelarut  dikeluarkan  sehingga  tidak  kembali  ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105
C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan W
3
. Perhitungan kadar lemak:
Kadar lemak = W
3
– W
2
x 100 W
1
Keterangan:   W
1
= Berat sampel gram W
2
= Berat labu lemak tanpa lemak gram W
3
= Berat labu lemak dengan lemak gram
3.3.3.2 Analisis protein larut air dan garam Wahyuni 1992 1 Analisis protein larut air
Sampel  sebanyak  5  gram  ditambahkan  50  ml  air,  kemudian  dihomogenkan dengan waring blender selama 2-3 menit, suhu dijaga agar tetap rendah 5-8
C. Sampel  disentrifugasi  pada  3400  x  G  selama  30  menit  dengan  suhu  10
C, selanjutnya disaring menggunakan kertas saring Whatman no.1. Filtrat ditampung
dalam erlenmeyer dan disimpan pada suhu 4 C. Sebanyak 1 ml filtrat  dianalisis
kandungan proteinnya dengan metode mikro Kjeldahl.
Perhitungan kadar protein larut air PLA: Kadar PLA  = A - B x Normalitas  HCl x 14,007 x fp x 6,25  x 100
mg bahan
Keterangan:   A = Volume titrasi HCl sampel ml B = Volume titrasi HCl blanko ml
fp = faktor pengenceran
2 Analisis protein larut garam
Sampel  sebanyak  5  gram  ditambahkan  50  ml  larutan  NaCl  5  kemudian dihomogenkan  dengan  waring  blender  selama  2-3  menit,  suhu  dijaga  agar  tetap
rendah  5-8 C.  sampel  disentrifugasi  pada  3400  x  G  selama  30  menit  dengan
suhu 10 C kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman no.1. Filtrat
ditampung dalam erlenmeyer dan disimpan pada suhu 4 C. sebanyak 1 ml filtrat
dianalisis kandungan proteinnya dengan metode mikro Kjeldahl. Perhitungan kadar protein larut garam PLG:
Kadar PLG  = A - B x Normalitas  HCl x 14,007 x fp x 6,25  x 100 mg bahan
Keterangan:   A = Volume titrasi HCl sampel ml B = Volume titrasi HCl blanko ml
Fp = faktor pengenceran
3.3.3.4 Analisis asam amino AOAC 1999 dengan modifikasi
Komposisi  asam  amino  ditentukan  dengan  HPLC.  Sebelum  digunakan, perangkat  HPLC  dan  syringe  harus  dibilas  dulu  dengan  eluen  yang  akan
digunakan  selama  2-3  jam  dan  akuades.  Analisis  asam  amino  dengan menggunakan  HPLC  terdiri  atas  4  tahap,  yaitu:  1  tahap  pembuatan  hidrolisat
protein;  2  tahap  pengeringan;  3  tahap  derivatisasi;  4  tahap  injeksi  serta analisis asam amino.
1 Tahap pembuatan hidrolisat protein
Sampel  sebanyak  30  mg  ditimbang  dan  dihancurkan.  Sampel  yang  telah hancur  dihidrolisis  asam  menggunakan  HCl  6  N  sebanyak  1  ml  yang  kemudian
dipanaskan dalam oven pada suhu 110 C selama 24 jam. Pemanasan dalam oven
dilakukan  untuk  menghilangkan  gas  atau  udara  yang  ada  pada  sampel  dan mempercepat reaksi hidrolisis.
2 Tahap pengeringan
Sampel yang telah dihidrolisis pada suhu kamar dipindahkan isinya ke dalam labu  evaporator  50  ml,  dibilas  dengan  2  ml  HCl  0,01  N  dan  cairan  bilasan
dimasukkan ke dalam labu evaporator. Proses ini diulangi hingga 2-3 kali. Sampel kemudian  dikeringkan  menggunakan  freeze  dryer  dalam  keadaan  vakum  untuk
mengubah sistein menjadi sistin, ditambahkan 10-20 ml air ke dalam sampel dan dikeringkan dengan freeze dryer. Proses ini diulangi hingga 2-3 kali.
3 Tahap derivatisasi
Larutan  derivatisasi  sebanyak  30  µl  ditambahkan  pada  hasil  pengeringan, larutan derivatisasi dibuat dari campuran larutan stok OPA dengan larutan buffer
kalium borat pH 10,4 dengan perbandingan 1:2. Larutan stok OPA dibuat dengan cara  mencampurkan  50  mg  OPA  ke  dalam  4  ml  metanol  dan  0,025  ml
merkaptoetanol, dikocok hati-hati dan ditambahkan larutan brij-30 30 sebanyak 0,050  ml  dan  buffer  borat  1  M,  pH  10,4  sebanyak  1  ml.  Larutan  stok  pereaksi
OPA  disimpan  pada  botol  berwarna  gelap  pada  suhu  4
o
C.  Proses  derivatisasi dilakukan agar detektor mudah untuk mendeteksi senyawa yang ada pada sampel.
Selanjutnya  dilakukan  pengenceran  dengan  cara  menambahkan  20  ml  asetonitril 60  atau  buffer  natrium  asetat  1  M,  lalu  dibiarkan  selama  20  menit.  Kemudian
disaring menggunakan kertas saring Whatman.
4 Injeksi ke HPLC
Hasil  saringan  diambil  sebanyak  5  µl  untuk  diinjeksikan  ke  dalam  HPLC. Konsentrasi  asam  amino  yang  ada  pada  bahan  ditentukan  dengan  pembuatan
kromatogram  standar  dengan  menggunakan  asam  amino  yang  telah  siap  pakai yang mengalami perlakuan yang sama dengan sampel.
Kandungan asam amino dalam 100 gram bahan dapat dihitung dengan rumus: asam amino = Luas daerah sampel  x  C x fp x BM    x 100
Luas daerah standar   Bobot sampel µg Keterangan:   C = Konsentrasi standar asam amino µgml
fp = faktor pengenceran BM = Bobot molekul dari masing-masing asam amino gml
Kondisi alat HPLC saat berlangsungnya analisis asam amino sebagai berikut: Temperatur
: 27 C suhu ruang
Jenis kolom HPLC : Ultra techspere Coloum C-18
Kecepatan alir eluen  : 1 mlmenit Tekanan
: 3000 psi Fase gerak
: Buffer Na-Asetat dan methanol 95 Detektor
: Fluoresensi Panjang gelombang  : 254 nm
3.3.4 Analisis histologi daging rajungan metode parafin
Analisis  histologi  daging  rajungan  segar  dan  kukus  jenis  daging  jumbo diawali  dengan  pembuatan  preparat  daging  rajungan  Portunus  pelagicus.
Pembuatan  preparat  sendiri  dimulai  dengan  fiksasi  selama  24-48  jam  dalam larutan
bouin’s.  Fiksasi  dilakukan  untuk  mencegah  kerusakan  dan mempertahankan  keadaan  jaringan  seperti  keadaan  hidup.  Larutan  fiksatif
dibuang,  sampel  direndam  dalam  alkohol  70  selama  24  jam.  Proses  dehidrasi dilakukan dengan perendaman jaringan rajungan sebanyak lima kali dalam larutan
alkohol  dengan  konsentrasi  masing-masing  80,  90,  95,  95  dan  100 selama masing-masing 2 jam kecuali untuk konsentrasi 100 selama satu malam.
Proses  clearing  dilakukan  dengan  cara  bahan  dipindahkan  ke  dalam  wadah berisi  larutan  alkohol  100  baru  selama  satu  jam.  Bahan  dipindahkan  ke  dalam
larutan  alkohol-xylol  1:1,  xylol  I,  xylol  II,  xylol  III  selama  masing-masing setengah jam.  Bahan kemudian dipindahkan ke  dalam larutan xylol-parafin 1:1
selama  45  menit  dan  dimasukkan  ke  dalam  oven  dengan  suhu  65-70
o
C. Pergantian  parafin  dilakukan  setiap  45  menit  sekali  sebanyak  3  kali  pergantian.
Proses blocking dilakukan dengan memindahkan larutan parafin ke dalam cetakan dan  dilakukan  penyusunan  jaringan  di  dalam  cetakan.  Cetakan  parafin  disimpan
pada  suhu  ruang  selama  satu  malam.  Setelah  proses  blocking  selesai,  dilakukan penyayatan  dengan  mikrotom  Yamoto  RV-240  putar  setebal  7-8  µm.  Hasil
sayatan  kemudian  direkatkan  pada  gelas  obyek,  selanjutnya  direndam  dalam larutan xylol  I, xylol  II,  alkohol  100  I,  alkohol 100  II, alkohol 95,  alkohol
90,  alkohol  80,  alkohol  70  dan  alkohol  50  masing-masing  selama  tiga menit. Gelas objek dicuci menggunakan air bersih yang mengalir.
Preparat diwarnai dengan haematoxylin selama tujuh menit dan eosin selama satu  menit.  Pada  proses  pewarnaan,  gelas  obyek  direndam  ke  dalam  larutan
alkohol  50,  alkohol  70,  alkohol  85,  alkohol  90,  alkohol  100  I,  alkohol 100 II selama masing-masing dua menit, dilanjutkan perendaman dalam larutan
xylol  I  dan  xylol  II  selama  masing-masing  2  menit.  Preparat  direkatkan menggunakan  entellan  atau  Canada  balsam  dengan  gelas  penutup,  kemudian
diberi label di sebelah kiri gelas obyek. Preparat diamati menggunakan mikroskop cahaya merk Olympus CH30 dan difoto menggunakan kamera digital merk canon.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Rajungan Portunus pelagicus
Rajungan  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  diperoleh  dari  Desa  Gebang Mekar, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon,  Jawa Barat.  Rajungan memiliki
ciri-ciri  capitnya  kokoh,  panjang  dan  berduri-duri  dan  mempunyai  karapas berbentuk  bulat  pipih.  Warna  dasar  rajungan  ini  adalah  kebiru-biruan  atau
kehijau-hijauan  bercak-bercak  putih.  Gambar  rajungan  Portunus  pelagicus secara dorsal dan ventral dapat dilihat pada Gambar 6.
a b
Gambar 6 Rajungan dorsal a dan ventral b. Pengukuran  yang  dilakukan  terhadap  rajungan  meliputi  pengukuran  panjang,
lebar  dan  bobot.  Karakteristik  ukuran  dan  bobot  rajungan  dapat  dilihat  pada Tabel 5. Rajungan yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Lampiran 2.
Tabel 5 Ukuran panjang dan bobot rajungan
Parameter Satuan
Nilai Panjang
cm
11,20 ± 0,89
Lebar cm
5,17
± 0,49
Bobot total g
95,10 ± 9,53
Keterangan : Sampel 30 ekor rajungan
Tabel  5  menunjukkan  bahwa  rajungan  yang  ditangkap  oleh  nelayan  di  Desa Gebang  Mekar,  Cirebon  memiliki  panjang  rata-rata  11,20  cm,  lebar  rata-rata
5,17  cm  dan  bobot  rata-rata  95,1  gram.  Rajungan  bisa  mencapai  panjang maksimum    18  cm.  Perbedaan  antara  rajungan  jantan  dan  betina  terlihat  sangat
mencolok  walaupun  belum  memasuki  tahap  dewasa  Suwignyo  et  al.  1998. Rajungan  bisa  hidup  di  dasar  perairan  sampai  kedalaman  35  meter  dan  hidup