9 melaksanakan tugas dan kegiatan kelompok yang akan mendorong semakin
dinamisnya suatu kelompok.
Karakteristik Internal dan Eksternal Anggota yang Mempengaruhi Dinamika Kelompok
Kedinamisan suatu kelompok dapat dicapai dari kedimisan anggota melalui interaksi yang dibangun dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu untuk
mengetahui dinamis tidaknya suatu kelompok dan untuk mengetahui baik tidaknya kelompok tersebut dapat dilakukan dengan menganalisis karakteristik
dan perilaku anggota kelompok. Mengacu pada penelitian yang dilakukan Nuryanti dan Swastika 2011, Khairullah 2003, Mulyandari 2001 bahwa
terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi dinamika kelompok.
Menurut Nuryanti dan Swastika 2011 terdapat faktor internal dan eksternal anggota kelompok yang berpengaruh terhadap dinamika kelompok tani,
yaitu lamanya berusaha tani, ketersediaan bantuan modal, intensitas penyuluhan, dan pendampingan. Penelitian yang dilakukan Khairullah 2003 menunjukkan
hasil bahwa faktor internal anggota yang mempengaruhi dinamika kelompok yaitu tingkat kekosmopolitan anggota, sedangkan faktor eksternal anggota yang
mempengaruhi dinamika kelompok yaitu pelatihan yang pernah diikuti anggota. Selanjutnya Mulyandari 2001 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa faktor
internal anggota yang mempengaruhi dinamika kelompok yaitu tingkat kekosmpolitan, dan pendidikan formal, sedangkan faktor eksternal anggota yang
mempengaruhi dinamika kelompok yaitu dukungan kelembagaan, dan interaksi yang dilakukan kelompok.
Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi
dinamika kelompok meliputi faktor internal anggota dan faktor eksternal anggota. Faktor internal yang mempengaruhi dinamika kelompok meliputi pendidikan
formal, pelatihan yang diikuti, dan motivasi kerja anggota. Faktor eksternal yang mempengaruhi
dinamika kelompok
meliputi intensitas
penyuluhan, pendampingan, interaksi kelompok, dan ketersediaan sarana dan prasarana.
1. Karakteristik Internal
Pada dasarnya perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh karakteristik di dalam dirinya. Mardikanto 1993 mengungkapkan bahwa karakteristik individu
adalah sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang dan berhubungan dengan aspek kehidupan, misalnya umur, jenis kelamin, posisi, jabatan, status sosial, dan
agama. Dengan demikian karakteristik internal anggota kelompok adalah sifat- sifat yang melekat pada diri anggota kelompok yang diwujudkan dalam pola pikir,
dan tindakan di dalam kelompok yang akan mempengaruhi aktivitas di dalam kelompok. Faktor internal yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
pendidikan formal, pelatihan yang diikuti, dan motivasi kerja anggota.
a. Tingkat Pendidikan Formal
Pendidikan merupakan sebagai usaha mengadakan perubahan perilaku berdasarkan ilmu-ilmu dan pengalaman-pengalaman yang sudah diakui dan
diterima oleh masyarakat Padmowihardjo 1994. Slamet 2002 mengungkapkan bahwa pendidikan seseorang mempengaruhi perilaku individu baik dari segi
10 pengetahuan,
sikap, maupun
keterampilan. Pendidikan
petani dapat
mempengaruhi pola pikir dalam mengelola usaha taninya Mardikanto 1993. Selain itu juga proses pengambilan keputusan yang dilakukan sesorang biasanya
dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin efisien bekerja di dalam kelompok dan
semakin banyak pengetahuan dalam menjalankan aktivitas kelompok. Tingkat pendidikan formal dalam penelitian ini yaitu usaha-usaha yang ditempuh oleh
seseorang untuk menghasilkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik yang diukur melalui jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh
responden.
b. Pelatihan yang Diikuti
Simamora 1999 menjelaskan bahwa pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman
atau perubahan sikap seseorang. Mangkuprawira 2004 berpendapat bahwa pelatihan bagi anggota kelompok adalah sebuah proses mengajarkan pengetahuan
dan keahlian tertentu serta sikap agar anggota semakin terampil dan mampu dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik sesuai dengan
standar. Hamalik 2001 mengatakan bahwa fungsi pelatihan adalah memperbaiki kinerja performance para peserta. Aflatin et al. 2000 dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa pelatihan memberikan manfaaat bagi para guru, pelatihan dapat meningkatkan keterampilan guru konseling dalam menjalankan
aktivitasnya, selanjutnya terjadi perbedaan tingkat keterampilan antara guru yang sering mengikuti keterampilan dengan guru yang jarang mengikuti pelatihan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin sering seseorang mengikuti pelatihan, maka semakin banyak pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
yang dimiliki. Pelatihan yang diikuti dalam penelitian memiliki arti aktivitas pelatihan keterampilan yang diikuti anggota kelompok baik yang diselenggarakan
yang berkaitan dengan eksistensi program kelompok maupun tidak berkaitan dengan eksistensi program kelompok yang diukur berdasarkan frekuensi pelatihan
yang pernah diikuti anggota kelompok.
c. Motivasi Kerja Anggota Kelompok
Motivasi adalah kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan dan mengarahkan perilaku ke arah mencapai
kebutuhan yang memberikan kepuasan Wursanoto 2003. Terdapat beberapa teori motivasi yang memberikan penjelasan mengenai motivasi kerja anggota
organisasi, antara lain teori X dan Y dari Gregor, teori motivasi Hygiene dari Herzberg, teori Existence, Relatedness dan Growth ERG dari Aldefer, dan teori
kebutuhan dari McClelland Siagian 2002; Sukadi 2007. Pada dasarnya individu memiliki motivasi kerja dikarenakan adanya kebutuhan. Wursanoto 2003
mengungkapkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi anggota untuk bekerja di dalam kelompok, yaitu faktor dari dalam intrinsik dan
luar ekstrinsik. Faktor dari dalam individu meliputi sikap, pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan cita-cita, sedangkan faktor dari luar individu
meliputi gaya kepemimpan, dorongan atau bimbingan seseorang, dan perkembangan situasi.