Intensitas Penyuluhan Karakteristik Internal

12 yang dilakukan oleh penyuluh sebagai upaya usaha mengubah perilaku pengetahuan, sikap, dan keterampilan anggota kelompok ke arah lebih baik. Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk menilai intensitas penyuluhan meliputi frekuensi penyuluhan yang pernah diikuti, manfaat penyuluhan untuk anggota,dan kesesuaian materi atau informasi dengan kebutuhan anggota. b. Pendampingan Pendampingan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh petugas lapangan atau fasilitator atau pendamping masyarakat dalam berbagai kegiatan program Raningsih 2010. Kinasih 2012 mendefinisikan pendampingan sebagai proses pembimbingan atau memberi kesempatan pada masyarakat yang dilakukan oleh para pendamping atau fasilitator melalui serangkaian aktivitas yang memungkinkan komunitas tersebut memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam menghadapi permasalahan seputar kehidupannya. Selanjutnya Suharto 2006 merumuskan kegiatan serta proses pendampingan sosial berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi di antaranya adalah : 1. Fasilitasi, yaitu fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Beberapa tugas pekerja sosial yang berkaitan dengan fungsi ini antara lain menjadi model contoh, melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus bersama, serta melakukan manajemen sumber. 2. Penguatan empowering, yaitu fungsi yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas masyarakat capacity building. Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. 3. Perlindungan protecting, yaitu fungsi yang berkaitan dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja. 4. Pendukungan supporting, yaitu fungsi yang menyangkut tugas pekerja sosial sebagai konsultan. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, dan mencari serta mengatur sumber dana. Pada dasarnya pendampingan yang dilaksanakan oleh petugas lapangan meliputi banyak jenis kegiatan, misalnya kegiatan teknis program di bidang pertanian mulai dari perencanaan sampai monev, pengembangan organisasi masyarakat baik berupa kelompok tani, KSM, sampai ke pengembangan jaringan seperti forum petani atau jaringan pemasaran, yang disertai juga dengan pelatihan kepemimpinan lokal agar mereka bisa mengelola organisasi-organisasi tersebut dengan baik. Salah satu tolok ukur keberhasilan program adalah adanya keberlanjutan setelah lembaga tidak bekerja di suatu masyarakat, artinya masyarakat mampu melanjutkan kegiatan setelah lembaga tidak mendampingi. Tujuan pendampingan yang dilakukan pada masyarakat adalah pengembangan 13 partisipasi dan mobilisasi masyarakat agar menjadi pelaksana pembangunan di dalam komunitasnya. Berdasarkan penjelasan di atas maka pendampingan dalam penelitian ini merupakan suatu proses pembinaan melalui seorang pendamping yang bertugas memfasilitasi dan membantu memperlancar keberhasilan pengembangan usaha kelompok. Pendampingan di dalam penelitian ini diukur berdasarkan peran pendamping sebagai fasilitator, penguat, pelindung, dan pendukung, tingkat keefektifan dan komitmen pendamping dalam menjalankan tugasnya.

c. Interaksi Sosial Kelompok

Abdulsyani 2012 menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan proses melalui timbal balik dari tiap-tiap kelompok yang menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari kelompok lain. Interaksi sosial juga dapat diartikan sebagai proses timbal balik yang menandakan satu kelompok dipengaruhi oleh tingkah laku reaktif pihak lain, sehingga kelompok mempengaruhi tingkah laku orang lain. Selanjutnya Gillin dan Gillin 1954, Rakhmat 2001a menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan cara berhubungan yang dapat dilihat apabila seseorang dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau hal yang terjadi apabila terdapat perubahan-perubahan yang menyebabkan terjadinya permasalahan yang ada. Interaksi sosial dapat terjadi apabila terdapat kontak sosial dan komunikasi. Interaksi sosial yang terjadi antar kelompok memiliki dua bentuk, yaitu asosiatif dan disasosiatif Muslim 2013. Bentuk asosiatif lebih mengarah pada proses penyatuan yang dapat dilakukan melalui kerjasama, akomodasi, asimilisi, dan akulturasi. Bentuk disasosiatif dalam interaksi sosial lebih mengarah pada pemisahan yang dapat terjadi karena persaingan, kontroversi dan konflik. Lestari 2013 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat interaksi yang terjadi pada komunitas Samin meliputi interaksi antar individu, interaksi antara individu dengan kelompok, dan interaksi antar kelompok. Interaksi antar kelompok terjadi pada kelompok sebagai suatu kesatuan bukan pribadi anggota kelompok yang bersangkutan. Interaksi jenis ini dapat dicontohkan adanya kerjasama antara komunitas Samin dengan kelompok masyarakat dalam kegiatan kerja bakti desa, serta gotong royong mengerjakan sawah. Selain itu komunitas Samin juga membangun interaksi dengan aparat pemerintah setempat, tokoh masyarakat yang bertujuan untuk membangun tali silaturahmi dan mendapat dorongan positif untuk kelangsungan komunitas Samin ini. Bentuk interaksi yang dibangun di komunitas Samin adalah kerjasama, akomodasi dan asimilasi. Interaksi antara komunitas Samin dan masyarakat dipengaruhi oleh faktor situasi sosial, norma masyarakat, tujuan pribadi, kedudukan, dan kondisi individu. Hidayat 2013 dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa kegiatan rutin yang dibangun antar kelompok yang satu dengan yang lain dapat membangun interaksi sosial yang baik. Hal ini terjadi pada dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat Etnis Madura dan Banjar. Kegiatan rutin yang dibangun seperti gotong royong, kerja bakti, arisan kumpulan ramah tamah dapat membangun interaksi yang positif dan mengurangi permasalahan yang terjadi di antara dua kelompok ini. Selain itu interkasi sosial yang positif juga diperoleh dari adanya pemberian penghargaan satu sama lain, saling menghormati dan saling mendukung tujuan kelompok masing-masing. 14 Berdasarkan penjelasan mengenai interaksi sosial di atas maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah proses hubungan timbal balik karena adanya komunikasi dan kontak sosial yang dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi sosial dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial memiliki dua bentuk, interaksi sosial yang dibangun untuk penyatuan yang dapat dibangun melalui kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi, dan interaksi sosial yang dibangun untuk pemisahan yang tejadi karena konflik, kontroversi dan persaingan. Interaksi sosial kelompok dalam penelitian ini mengandung arti proses sosial yang dibangun kelompok dengan kelompok lain, warga masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh adat, penyuluh, dan dinas pertanian setempat.

d. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Sarana merupakan alat-alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Sudjati 1981. Mosher 1987 menjelaskan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana produksi mutlak diperlukan agar dapat menjadi pendukung dalam peningkatan produksi. Apriani 2009 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ketersediaan fasilitas belajar di sekolah mempengaruhi kompetensi efektivitas kerja. Dalam suatu kegiatan tertentu di dalam kelompok, penyediaan peralatan dibutuhkan salam suatu proses belajar ke arah perubahan perubahan perilaku disamping pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam usaha atau kegiatan yang dilakukan. Demikian juga dengan sarana dan prasarana di dalam kelompok merupakan alat-alat dan tempat yang diperlukan dalam kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketersediaan sarana dan prasarana dalam penelitian ini adalah keberadaan sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan oleh anggota kelompok yang dinilai melalui kecukupan jumlah sarana dan prasarana, tingkat kemudahan anggota kelompok untuk memperoleh sarana dan parasarana, dan tingkat manfaat dari sarana dan prasarana yang ada. Efektivitas Kelompok Pengertian Efektivitas Kelompok Efektivitas adalah suatu kondisi atau keadaan dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan Martoyo 1992. Hidayat 2003 mendefinisikan efektivitas sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target kuantitas, kualitas, dan waktu telah tercapai. Semakin tinggi tingkat persentasi yang telah dicapai, maka semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu Komarudin 1994. Efektivitas kelompok adalah tercapainya tujuan yang didasarkan tindakan kooperatif Rakhmat 2001a. Efektivitas kelompok adalah keberhasilan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan cepat dan berhasil baik serta memuaskan bagi setiap anggota kelompok dalam rangka mencapai tujuan berikutnya Soedarsono 2005.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh Bank Bumn(Studi Pada Pt.Bank Xxx Medan)

8 121 130

Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

3 124 142

Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Citra Perusahaan Pada PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

6 77 85

Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusaan PT.Riau Andalan Pulp And Paper Di Desa Rantau Panjang Kecamatan Koto Gasib Kabupaten Siak

4 101 177

Analisis Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Terhadap Masyarakat Di Lingkungan Perusahaan (Studi Pada PT. Inalum Asahan)

20 335 133

Analisis Yuridis Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan (Corporate Social Responsibility – CSR) Berdasarkan Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Terhadap Putusan MK RI NO. 53/PUU-VI/2008)

0 54 155

Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh PT. Lafarge Cement Indonesia Terhadap Masyarakat Lhoknga Provinsi Aceh

10 126 163

Analisis Yuridis Mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Masyarakat Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Studi Penelitian di PT INALUM di Kabupaten Batu Bara)

0 36 134

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Perbankan dan Lembaga Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 72 97

Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pertambangan Emas Agincourt Resources Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Batangtoru Tapanuli Selatan

10 110 149