Peranan Subsektor Perkebunan Perekonomian

4.5.4 Perkembangan Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Mandailing

Natal Kabupaten Mandailing Natal merupakan daerah penghasil karet, meski tingkat produksinya berfluktuasi selama 5 tahun terakhir tetapi belakangan harga karet sangat menarik dengan melonjaknya harga minyak dunia yang mengakibatkan dunia beralih ke karet alam yang sifat karetnya lebih baik tetapi harganya cenderung stabil. Karet bagi masyarakat Mandailing Natal merupakan tanaman penting sebagai tanaman tabungan. Semula tanaman karet kurang diperhatikan karena harga karet alam yang tersaing dengan karet sintetis. Tetapi dengan melonjaknya harga minyak bumi yang juga mendorong meningkatnya harga bahan baku sintetis maka banyak kalangan industri beralih ke karet alam. Karena itu sekarang ini harga karet di tingkat petani juga ikut terangkat dan merangsang petani untuk merawat tanaman karetnya lebih intensif. Produksi karet di Kabupaten Mandailing Natal saat ini mencapai 34 ribu ton Gambar 8. Produksi ini jauh lebih rendah karena produksi karet pada tahun 2004 mencapai 45,7 ribu ton. Perbedaan produksi ini diduga terjadi pada tahun 2004, tingkat produksi karet di Kabupaten Mandailing Natal mencapai puncak produksi dan pada tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan akibat perawatan tanaman yang kurang diperhatikan dan banyaknya kegiatan replanting peremajaan. Gambar 8 Produksi Karet di Kabupaten Mandaling Natal Tahun 2004-2008. Di Kabupaten Mandailing Natal, produksi karet terpusat di Kecamatan Panyabungan dimana pada tahun 2008 menghasilkan karet sebesar 6.749 ton yang berarti memberi kontribusi produksi karet sebesar 19,7 disusul Kecamatan Sumber: BPS, Data Diolah 2009 Muara Batang Gadis yang memproduksi 4.231 ton atau 12,3 dari produksi karet di Kabupaten Mandailing Natal. Tabel 9 memperlihatkan produksi karet tahun 2008 di Kabupaten Mandailing Natal menurut kecamatan. Tabel 9. Produksi Karet 5 Tahun Terakhir di Kabupaten Mandailing Natal Menurut Kecamatan No KECAMATAN LUAS AREAL ha TOTAL ha PRODUKSI tontahun TBM TM TTM 1 SIABU 265 1.206 741 2.211 1.115 2 BUKIT MALINTANG 187 1.308 45 1.540 1.216 3 NAGA JUANG 197 522 37 756 485 4 PANYABUNGAN UTARA 673 3.599 466 4.738 3.203 5 PANYABUNGAN KOTA 651 8.182 328 9.161 6.873 6 PANYABUNGAN TIMUR 583 3.057 1.118 4.758 2.018 7 PANYABUNGAN BARAT 144 817 794 1.755 694 8 HUTA BARGOT 169 400 794 1.364 340 9 PANYABUNGAN SELATAN 336 1.178 751 2.265 1.013 10 LEMBAH SORIK MARAPI 78 302 248 628 202 11 PUNCAK SORIK MARAPI 84 136 158 377 91 12 TAMBANGAN 444 2.901 1.712 5.057 1.972 13 KOTANOPAN 566 2.530 1.599 4.695 1.543 14 ULU PUNGKUT 52 302 179 533 139 15 MUARASIPONGI 55 255 145 455 120 16 PAKANTAN 48 86 67 201 41 17 BATANG NATAL 675 5.665 3.583 9.923 4.306 18 LINGGA BAYU 558 2.190 1.678 4.426 1.993 19 RANTO BAEK 605 1.980 932 3.517 1.801 20 BATAHAN 160 585 259 1.004 474 21 SINUNUKAN 147 358 352 857 290 22 NATAL 159 528 351 1.039 417 23 MUARA BATANG GADIS 868 5.402 3.484 9.755 4.268 JUMLAH 7.704 43.491 19.821 71.015 34.616 Sumber: Mandailing Natal dalam Angka 2009

4.5.5 Karakteristik Usahatani Karet Rakyat di Kabupaten Mandailing Natal

Karakteristik usahatani karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2010 disajikan pada Tabel 10. Secara garis besar petani karet di Kabupaten Mandailing Natal rata-rata mempunyai luas lahan 1 ha, dengan jenis tanaman karet lokal dari biji dan unggul bibit okulasi. Bibit okulasi didapatkan petani dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal atau dari penangkar-penangkar bibit karet binaan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal. Sebagian besar petani menanam bibit karet yang berasal dari biji seedling. Hal ini disebabkan harga bibit okulasi mahal dan jika mengharapkan bibit okulasi dengan harga subsidi dari Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal harus menunggu antrian yang lama. Tabel 10. Karakteristik usahatani karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2010 No Deskripsi Keterangan 1. Rata-rata kepemilikan lahan ha 1 2. Jenis klon yang ditanam GT-1, Avross 3. Umur karet rata-rata tahun 12-30 4. Asal bibit Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Mandailing Natal, Penangkar Bibit dan Pembibitan sendiri 5. Populasi tanaman rata-rata pohonha 600-700 6. Rata-rata penyiangan gulma per tahun kali 2 7. Rata-rata frekuensi pemupukan per tahun kali 1- 2 8. Penggunaan input : - Urea kghatahun - NPK kghatahun - Herbisida Roundhap literhatahun -Tenaga Kerja HOK 250 250 2 230 9. Penyadapan 3-4 hari dalam seminggu 10. Pengumpulan hasil 1 kali dalam seminggu 11. Kegiatan Penyuluhan Ada 12. Keaktifan kelompok tani Tidak ada Sumber : Data Primer, diolah Keunggulan bibit okulasi dari bibit dari biji adalah lebih cepat matang sadap. Tanaman dengan bibit okulasi dapat disadap pertama pada umur 5-6 tahun setelah bibit ditanam, sedangkan tanaman dengan biji dapat disadap pertama pada umur 7-9 tahun, namun bibit okulasi memiliki umur produktif lebih pendek yaitu berkisar 20-25 tahun sedangkan bibit dari biji bisa mencapai lebih dari 30 tahun. Rata-rata populasi tanaman per hektar sebanyak 650-700 pohon dengan jarak tanam 3x5 dan 3 x 4. Tanaman karet yang ditanam petani di daerah penelitian sebagian besar berumur 7-40 tahun. Pada budidaya tanaman tahunan umur tersebut merupakan umur produktif. Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, umur tanaman karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal sangat produktif pada kisaran umur 12 –18 tahun dan akan mengalami penurunan produksi pada umur 19 tahun. Dalam melakukan budidaya tanaman, petani jarang sekali memberikan perawatan, umumnya petani membiarkan saja bibit yang sudah ditanam. Rata-rata petani melakukan pemupukan sebanyak 1-2 kali per tahun, bahkan ada yang tidak melakukan pemupukan sama sekali. Rata-rata penggunaan input produksi per hektar berupa penggunaan pupuk urea sebanyak 250 kg, pupuk NPK sebanyak 250 kg dan penggunaan herbisida Round up sebanyak 2 liter, sedangkan penggunaan input tenaga rata-rata sebanyak 230 Hari Orang Kerja HOK. Dengan demikian usahatani karet di Kabupaten Mandailing Natal secara garis besar belum mengenal teknologi budidaya yang baik. Penyadapan dilakukan petani dengan menyayat atau mengiris kulit batang. Tujuan penyadapan adalah untuk membuka pembuluh lateks sehingga lateks mengalir keluar dengan cepat pada awal, kemudian menjadi lambat secara perlahan-lahan. Umur tanaman mulai dapat disadap umumnya adalah berkisar 6-7 tahun. Penyadapan yang dilakukan di daerah penelitian adalah dengan sistim 4 hari sadap atau 3 hari sadap dan 1 hari untuk mengumpulkan hasil. Jadi penyadapan dilakukan 4 hari dalam seminggu pada hari normalnya. Tetapi ada juga yang tidak sampai 4 hari dalam seminggu, bisa saja 2 atau 3 hari penyadapan dalam seminggu, ini disebabkan oleh faktor cuaca misalnya musim penghujan atau hari kurang cerah, sehingga petani tidak bisa atau sulit mengadakan penyadapan. Penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit batang tanaman karet dengan dalam irisan ±2 mm . Penyadapan dilakukan 4 hari dalam seminggu dan biasanya petani menyadap pada pagi hari dengan waktu penyadapan sekitar 3-4 jam, dan setelah 4 hari melakukan penyadapan dalam ukuran normalnya selanjutnya 1 hari untuk pengumpulan hasil cup lump. Pengumpulan hasil dilakukan jika mangkuk penampung getah telah terisi penuh dan getah cup lump dalam keadaan menggumpal. Biasanya petani mengumpulkan hasil cup lump nya setiap hari sebelum hari pasar pekan karena pada hari pasar pekan akan diadakan pasar getah. Penunjang budidaya berupa keberadaan kelompok tani belum dibentuk di Kabupaten Mandailing Natal dan penyuluh pertanian secara intensif juga belum dibentuk di daerah sentra karet di Kabupaten Mandailing Natal.