Manfaat Tujuan dan Manfaat Penelitian

14 statistik. Berbagai layer dari data yang dihasilkan pada tahap pertama dianalisis secara bersama-sama untuk menetapkan lokasi atau bentuk yang memiliki atribut sama atau serupa Robinson et al., 1995. Analisis ini bisa dilakukan dengan tumpang susun overlay. Tumpang susun peta merupakan proses yang paling banyak dilakukan dalam SIG. Selanjtnya kalkulasi dapat dilakukan. Kalkulasi merupakan sekumpulan operasi untuk memanipulasi data spasial baik berupa peta tunggal maupun beberapa peta sekaligus. Operasi ini dapat berupa penjumlahan, pengurangan, maupun perkalian antar peta, namun dapat pula melalui pengkaitan dengan suatu basis data atribut tertentu. Tahapan terakhir kelengkapan Sistem Informasi Geografis adalah pengambilan keputusan. Pada tahap ini digunakan model-model untuk mendapatkan evaluasi secara real time, kemudian hasil yang didapatkan dari permodelan dibandingkan dengan kondisi di lapangan Robinson et al., 1995. Keluaran utama dari Sistem Informasi Geografis adalah informasi spasial baru yang perlu disajikan dalam bentuk tercetak hard copy supaya dapat dimanfaatkan dalam kegiatan operasional Danoedoro, 1996. Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk membangun suatu model pemetaan kesesuaian lahan di suatu wilayah dengan menggabungkan prosedur evaluasi lahan dengan pilihan-pilihan pengambilan keputusan dalam suatu Sistem Informasi Geografis SIG. Prosedur ini mencakup 5 tahapan yaitu: 1 mendisain unit pemetaan lahan; 2 mendiagnosa tipe-tipe penggunaan lahan yang ada dan keperluan-keperluannya; 3 menganalisis kesesuaian lahan melalui “matching” antara unit pemetaan lahan dengan tipe penggunaan lahan; 4 mengintegrasikan data ke basis data relasional sosial-ekonomi; 5 penyajian peta kesesuaian lahan melalui proses “join table” antara hasil kesesuaian lahan dengan unit pemetaan lahan dalam Sistem Informasi Geografis Hashim I, 2002

2.2 Prospek Pengembangan Tanaman Karet

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih 15 menghadapi beberapa kendala yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah crumb rubber. Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tanaman tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang tidak terawat, sehingga perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir Balitbang Pertanian, 2009. Perkebunan karet rakyat dicirikan oleh pemilikan lahan yang sempit, tersebar serta produktivitas mutu hasil yang rendah. Produksi karet berupa sleb, lump , SIT angin dan jenis mutu lainnya yang dikenal dengan bokar bahan olah karet rakyat dari usahatani kecil kemudian diolah oleh perusahaan pengolah processor yang pada umumnya berada di dekat kota, menjadi bentuk karet remah crumb rubber. Proses sampai ke pabrik pengolahan, produksi karet dari petani kecil tersebut harus melalui rantai tataniaga yang panjang menggunkan bentuk-bentuk kelembagaan yang telah berkembang, sehingga petani seringkali menerima bagian harga yang relatif rendah. Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama-sama menurun 0,15tahun. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400.000 hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya untuk pemanfaatan yang lebih lanjut Balitbang Pertanian, 2009. Pengembangan tanaman karet dan pengolahannya di masa mendatang tetap menjadi salah satu prioritas pengembangan di sub sektor perkebunan. Hal ini 16 disebabkan, tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pengembangan tanaman perkebunan lainnya. Keuntungan tersebut antara lain sebagai berikut : 1 persyaratan tumbuh yang lebih mudah dibandingkan tanaman lainnya; 2 merupakan usaha yang didominasi oleh perkebunan rakyat; 3 mendukung pemerataan dan pemberdayaan ekonomi rakyat; 4 penyebaran dalam skala yang luas; 5 merupakan sumber pendapatan yang memadai secara berkesinambungan bagi petani; 6 mampu memperbaiki kondisi hidrologis pada lahan kritis dan memperbaiki serta melestarikan lingkungan hidup. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya taraf hidup diperkirakan masa depan karet alam tetap akan membaik. Kebutuhan akan produk-produk yang menggunakan bahan karet alam sebagai bahan baku juga akan bertambah. Persaingan antara negara produsen juga akan berlangsung ketat. Persaingan pasar global tidak terbatas pada produk yang dihasilkan, tetapi terkait dengan aspek proses, sumberdaya manusia dan lingkungan. Aspek lingkungan mendapatkan porsi yang lebih besar. Hal ini yang melatarbelakangi pabrik ban terkemuka dunia mulai memperkenalkan jenis ban yang berasal dari bahan baku karet yang dihasilkan dari kebun-kebun dengan pengelolaan lingkungan yang baik “green tyres”. Diharapkan dengan penggunaan ban jenis tersebut permintaan terhadap karet alam akan meningkat, karena kandungan karet alam yang semula 30-40 akan ditingkatkan menjadi 60-80 untuk industri ban Balitbang Pertanian, 2009. Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Sasaran jangka panjangnya 2025 adalah : 1 produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton yang 25 diantaranya untuk industri dalam negeri; 2 produktivitas akan meningkat menjadi 1.200-1.500 kghatahun dan hasil kayu minimal 300 m3hasiklus tanam; 3 penggunaan klon unggul 85; 4 pendapatan petani menjadi US2.000KKtahun dengan tingkat harga 80 dari harga FOB; dan 5 berkembangnya industri hilir berbasis karet. Sasaran jangka menengah 2005- 2015 adalah : 1 produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10 di antaranya untuk industri dalam negeri; 2 produktivitas meningkat menjadi 800 kghatahun