Sistem Informasi Geografis Tinjauan Teoritis .1 Pembangunan Ekonomi Wilayah

16 disebabkan, tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pengembangan tanaman perkebunan lainnya. Keuntungan tersebut antara lain sebagai berikut : 1 persyaratan tumbuh yang lebih mudah dibandingkan tanaman lainnya; 2 merupakan usaha yang didominasi oleh perkebunan rakyat; 3 mendukung pemerataan dan pemberdayaan ekonomi rakyat; 4 penyebaran dalam skala yang luas; 5 merupakan sumber pendapatan yang memadai secara berkesinambungan bagi petani; 6 mampu memperbaiki kondisi hidrologis pada lahan kritis dan memperbaiki serta melestarikan lingkungan hidup. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya taraf hidup diperkirakan masa depan karet alam tetap akan membaik. Kebutuhan akan produk-produk yang menggunakan bahan karet alam sebagai bahan baku juga akan bertambah. Persaingan antara negara produsen juga akan berlangsung ketat. Persaingan pasar global tidak terbatas pada produk yang dihasilkan, tetapi terkait dengan aspek proses, sumberdaya manusia dan lingkungan. Aspek lingkungan mendapatkan porsi yang lebih besar. Hal ini yang melatarbelakangi pabrik ban terkemuka dunia mulai memperkenalkan jenis ban yang berasal dari bahan baku karet yang dihasilkan dari kebun-kebun dengan pengelolaan lingkungan yang baik “green tyres”. Diharapkan dengan penggunaan ban jenis tersebut permintaan terhadap karet alam akan meningkat, karena kandungan karet alam yang semula 30-40 akan ditingkatkan menjadi 60-80 untuk industri ban Balitbang Pertanian, 2009. Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Sasaran jangka panjangnya 2025 adalah : 1 produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton yang 25 diantaranya untuk industri dalam negeri; 2 produktivitas akan meningkat menjadi 1.200-1.500 kghatahun dan hasil kayu minimal 300 m3hasiklus tanam; 3 penggunaan klon unggul 85; 4 pendapatan petani menjadi US2.000KKtahun dengan tingkat harga 80 dari harga FOB; dan 5 berkembangnya industri hilir berbasis karet. Sasaran jangka menengah 2005- 2015 adalah : 1 produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10 di antaranya untuk industri dalam negeri; 2 produktivitas meningkat menjadi 800 kghatahun 17 dan hasil kayu minimal 300 m3hasiklus; 3 penggunaan klon unggul 55; 4 pendapatan petani menjadi US1.500KKth dengan tingkat harga 75 dari harga FOB; dan 5 berkembangnya industri hilir berbasis karet di sentra-sentra produksi karet Balitbang Pertanian, 2009 Kebijakan operasional di tingkat on farm yang diperlukan bagi pengembangan agribisnis karet adalah: 1 penggunaan klon unggul dengan produktivitas tinggi 3.000 kghatahun; 2 percepatan peremajaan karet tua seluas 400.000 ha sampai dengan 2009 dan 1,2 juta ha sampai dengan 2025; 3 diversifikasi usahatani karet dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan ternak; dan 4 peningkatan efisiensi usahatani. Di tingkat off farm kebijakan operasional yang dikembangkan adalah: 1 peningkatan kualitas bokar bahan olah karet berdasarkan SNI; 2 peningkatan efisiensi pemasaran untuk meningkatkan marjin harga petani; 3 penyediaan kredit usaha mikro, kecil dan menengah untuk peremajaan, pengolahan dan pemasaran karet bersama; 4 pengembangan infrastruktur; 5 peningkatan nilai tambah melalui pengembangan industri hilir; dan 6 peningkatan pendapatan petani melalui perbaikan sistem pemasaran dan lain-lain Balitbang Pertanian, 2009 Kebutuhan investasi untuk peremajaan selama 2005-2015 untuk seluas 336.000 ha adalah sekitar Rp2,41 trilyun, sedangkan selama 2005-2025 untuk seluas 1,2 juta ha adalah Rp8,62 trilyun. Kebutuhan dana untuk investasi pada pabrik karet remah dengan kapasitas 70 tonhari adalah Rp25,6 milyar, namun belum perlu segera penambahan pabrik baru. Untuk kayu karet, diperlukan dana sekitar Rp2,12 milyar untuk menghasilkan treated sawn timber dengan kapasitas 20 m 3 hari Balitbang Pertanian, 2009. Kebijakan yang diperlukan untuk percepatan investasi tanaman karet adalah: 1 penciptaan iklim investasi yang makin kondusif seperti pemberian kemudahan dalam proses perijinan, pembebasan pajak tax holiday selama tanaman atau pabrik belum berproduksi, pemberian rangsangan kepada pengusaha untuk menghasilkan produk akhir bernilai tambah tinggi yang non-ban, yang prospek pasarnya di dalam negeri cerah, adanya kepastian hukum dan keamanan baik untuk usaha maupun lahan bagi perkebunan, dan penghapusan berbagai pungutan dan beban yang memberatkan iklim usaha; 2 pengembangan sarana dan