30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Mandailing Natal yang secara geografis terletak pada 0°10-1°50 Lintang Utara dan 98°10-100°10 Bujur Timur dengan
ketinggian 0-1.915 m di atas permukaan laut. Pelaksanaan penelitian termasuk pengumpulan data dilaksanakan pada Bulan Mei hingga Bulan Desember 2010.
Unit lokasi pengamatan dalam penelitian ini adalah desa. Pemilihan desa yang dijadikan lokasi pengamatan adalah desa-desa yang memiliki luas kebun
karet yang dominan. Pengambilan sampel desa dilakukan pada masing-masing kelas kesesuaian lahan. Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja purposive
sampling yaitu dua desa untuk setiap kelas kesesuaian lahan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner dan wawancara
dengan responden yang telah ditentukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Responden dalam penelitian ini adalah petani
dan pedagang pengumpul. Pengambilan sampel untuk petani karet dilakukan secara purposive
sampling , dimana setelah ditentukan lokasi penelitian maka sampel diambil dari
petani yang memiliki curahan kerja utama pada usahatani karet dan pemilik lahan karet serta petani membangun sendiri kebunnya sejak awal bukan lahan warisan
atau lahan yang dibeli yang telah ditanami. Pertimbangan lainnya dalam pengambilan sampel petani yaitu kebun karet tersebut telah berproduksi.
Banyaknya sampel yang diambil secara purposive sengaja adalah 25 orang per desa sampel.
Untuk analisis pemasaran, pemilihan responden dilakukan secara sengaja purposive yang diambil adalah pedagang karet. Pedagang karet yang dijadikan
sampel meliputi pedagang pengumpul tingkat desa 2 orang, tingkat kecamatan 2 orang. Sampel pedagang dipilih secara sengaja purposive dengan tujuan
menghindari pengambilan sampel yang tidak tepat, dimana dihindari pedagang pengumpul yang menjadi kaki tangan pedagang pengumpul di atasnya.
Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, Kantor
31
Bappeda Kabupaten Mandailing Natal dan Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara dan DinasInstansi terkait lainnya. Tujuan, parameter, data dan sumberdata
penelitian dan teknik analisis data yang akan dilakukan tertera pada Tabel 3.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
3.4.1 Penentuan Lokasi Berpotensi untuk Pengembangan Karet secara Fisik
Penentuan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan karet secara fisik dilakukan dengan meng-overlay peta kesesuaian lahan yang akan digunakan
dalam skala 1:50 000 yang telah dibuat oleh Bappeda Kabupaten Mandailing Natal dengan peta administrasi Kabupaten Mandailing Natal skala 1:50 0000. Peta
kesesuaian lahan tersebut merupakan hasil evaluasi kesesuaian lahan. Menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 1993, penilaian
klasifikasi kesesuaian lahan dibedakan menurut tingkatannya, yaitu sebagai berikut:
Ordo : Pada tingkat ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang
tergotong sesuai S dan tidak sesuai N. Kelas
: Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai S dibedakan antara sangat sesuai S1, cukup sesuai S2 dan marginal sesuai S3.
Kelas S1 : Sangat sesuai Lahan ini tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan
yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap penggunaannya secara berketanjutan an
produksi serta tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.
Kelas S2 : Cukup sesuai Pembatas akan mengurangi produksi serta meningkatkan masukan
yang diperlukan, sehingga memerlukan tambahan input untuk meningkatkan produktifitas pada tingkat yang optimum.
Kelas S3 : Sesuai marginal Lahan
mempunyai pembatas-pembatas
yang besar
untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.
32
Tabel 3. Tujuan, parameter, data, sumberdata penelitian dan teknik analisis data yang akan dilakukan :
No Tujuan
Parameter Data
Sumberdata Teknik Analisis
1 Menentukan lokasi berpotensi
untuk pengembangan Karet secara fisik
Kesesuaian lahan untuk pengembangan Karet
rakyat Peta Kesesuaian Lahan untuk
tanaman Karet Peta Administrasi Kabupaten
Mandailing Natal Peta Kawasan Hutan di
Kabupaten Mandailing Natal Peta Hutan Tanaman Rakyat
Kabupaten Mandailing Natal Peta present land use
Bappeda Kabupaten Mandailing Natal
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Mandailing Natal Overlay
peta
2 Menganalisis kelayakan
finansial pengusahaan kebun Karet rakyat pada tiap kelas
kesesuaian lahan Kelayakan usaha
pertanaman Karet Rakyat secara finansial
Usahatani perkebunan karet rakyat input, output dan harga
dalam pengusahaan kebun karet rakyat
Kuesioner, wawancara NVP,
Net BC ,
IRR, analisis sensitivitas, payback
period 3
Menganalisis margin tata niaga dan integrasi pasar dalam
saluran pemasaran lateks Karet Margin tataniaga dan
keterpaduan pasar Data harga lateks Karet di
tingkat petani, pedagang pengumpul kecamatan dan
pedagang pengumpul di Kabupaten Mandailing Natal
Data harga lateks Karet di pabrik
Wawancara, Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal
Dinas Perindustrian dan Perdaganagan Propinsi
Sumatera Utara Analisis margin tata
niaga dan analisis keterpaduan pasar
4 Menyusun arahan potensi
pengembangan kebun karet rakyat di Kabupaten Mandailing
Natal Arahan kebijakan
pengembangan kebun karet rakyat
Peta dan data kesesuaian lahan, kelayakan usaha dan margin
tataniaga Arahan pengembangan wilayah
Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal
Hasil olahan data kesesuaian lahan,
kelayakan usaha dan margin tataniaga
Bappeda Kabupaten Mandailing Natal
Deskriptif dan overlay peta
Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan dan memerlukan input lebih
besar dari pada lahan kelas S2. Lahan kelas tidak sesuai N adalah lahan yang tidak sesuai karena memiliki
faktor pembatas yang berat terbagi pada 2 kelas yakni : Kelas N1 : Tidak sesuai pada saat ini
Lahan ini mempunyai pembatas yang lebih besar, masih memungkinkan diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat
pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian besarnya, sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam
jangka panjang. Kelas N2 : Tidak sesuai selamanya
Lahan ini mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
Dalam evaluasi kesesuaian lahan dikenal ‟Kesesuatan Lahan Aktual‟ dan ‟Kesesuaian Lahan Potensial. Kesesuaian Lahan Aktual atau kesesuatan saat
inisaat survai dilakukan adalah kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang ada dan belum mempertimbangkan asumsi atau usaha
perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada. Kesesuaian Lahan Potensial adalah keadaan lahan yang
dicapai setelah adanya usaha-usaha perbaikan approvement. Usaha perbaikan yang dilakukan haruslah sejalan dengan tingkat penilaian kesesuaian lahan yang
akan dilakukan. Berdasarkan informasi dari Bappeda Kabupaten Mandailing Natal, peta
kesesuaian lahan ini menggunakan pedomankriteria kesesuaian lahan menurut Pusat Penelitian Tanah tahun 1993 Lampiran 1 dengan sumber peta RePPProT
1: 250.000 yang dioverlay dengan peta rupa bumi dengan informasi kemiringan lahan, ketinggian tempat dan iklim dan peta administrasi Kabupaten Mandailing
Natal skala 1:50.000, dengan asumsi tingkat kesuburan sama, sehingga diperoleh informasi kesesuaian lahan sampai pada tingkat sub kelas. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi penilaian kesesuaian lahan di lokasi sebagai berikut : -
Iklim, unsur Iklim terpenting adalah curah hujan.