PEMILAHAN CEPAT ISOLAT LOKAL Staphylococcus aureus

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PEMILAHAN CEPAT ISOLAT LOKAL Staphylococcus aureus

Pemilahan cepat isolat ditujukan untuk menyeleksi isolat Staphylococcus aureus yang mengalami penurunan mendekati dua siklus log pada pemanasan suhu 54 C selama 35 menit. Penurunan jumlah mikroba 2 sikus log mengindikasikan bahwa isolat yang diujikan tidak cukup tahan panas. Berdasarkan hasil percobaan, terlihat bahwa jumlah mikroba pada fase log akhir berkisar antara 1,2x10 8 - 1,5x10 9 CFUml. Jadi, jumlah mikroba awal pada menstruum pemanas berkisar antara 1,2x10 7 - 1,5x10 8 CFUml karena telah mengalami pengenceran 10 -1 . Kedelapan isolat Staphylococcus aureus yang diuji dengan pemanasan pada suhu 54 ° C selama 35 menit mengalami penurunan log jumlah mikroba Gambar 7. Gambar 7. Penurunan jumlah Staphylococcus aureus log CFUml setelah pemanasan 54 ° C selama 35 menit Penurunan logaritma jumlah bakteri berbanding terbalik dengan ketahanan panasnya. Semakin kecil penurunan logaritma jumlah bakteri berarti semakin tinggi ketahanan panas bakteri. Terlihat bahwa penurunan log mikroba masing-masing kelompok isolat Staphylococcus aureus hampir seragam kecuali pada isolat asal nasi uduk. Isolat Staphylococcus aureus asal ayam suwir dan jari tangan mengalami penurunan log berturut- turut sekitar dua siklus log dan empat siklus log setelah pemanasan. Penurunan siklus log untuk isolat asal nasi uduk lebih bervariasi berkisar antara 2-4 siklus log. Isolat ayam suwir AS2 relatif lebih tahan panas dibandingkan dengan isolat lainnya. Isolat NU3 lebih tahan terhadap pemanasan dibandingkan dengan isolat NU1 dan NU2. Penurunan log NU3 sebesar 2,61 siklus log. Isolat dari jari tangan pekerja menunjukkan penurunan siklus log yang cukup besar yaitu 3,88 siklus log untuk J1 dan 4,22 siklus log untuk J2. Jadi, isolat dari jari tangan lebih rentan terhadap pemanasan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Staphylococcus aureus akan mengalami penurunan log jika dipanaskan pada suhu 54 C selama 35 menit Tabel 9. 24 Namun, penelitian tersebut menggunkan heating menstruum yang berbeda seperti susu skim, susu murni, buffer fosfat, whey keju cheddar dan susu kambing. Beberapa isolat mengalami penurunan jumlah mikroba yang cukup ekstrim 6 siklus log seperti pada isolat S-1, B-120, BP3, dan isolat hasil penelitian Eden et al. 1973. Namun beberapa isolat lainnya mengalami penurunan jumlah mikroba 3 siklus misalnya pada isolat MS 149, 196E, 161-C, S-18, 237, dan isolat Staphylococcus aureus campuran. Tabel 9. Penurunan logaritma beberapa isolat Staphylococcus aureus pada heating menstruum berbeda a Thomas et al., 1966, b Walker dan Harmon, 1966, c Eden et al., 1977, d Parented dan Mazzatura, 1991, e Kennedy et al., 2005 Penurunan logaritma untuk kedelapan isolat hasil penelitian berkisar antara 2-4 siklus log. Menurut Jay 2006 selama pemanasan sel mikroba dan spora bakteri dapat mengalami heat shock, injured subletal, atau kematian. Heat shock adalah penurunan daya Isolat Staphylococcus aureus Heating Menstruum D 54 menit Penurunan log pada pemanasan 54 ° C selama 35 menit AS2 TSB 19,52 1,84 NU3 TSB 13,40 2,61 MS 149 a susu skim 32,3 1,08 196E a susu skim 51,65 0,68 161-C b Fosfat bufer 16,22 2,16 Susu murni 9,78 3,58 Susu Skim 16,28 2,15 Whey keju cheddar 9,72 3,60 S-1 b Fosfat bufer 1,55 22,58 Susu murni - Susu Skim 2,03 17,24 Whey keju cheddar 2,12 16,51 B-120 b Fosfat bufer 1,08 32,4 Susu murni 0,80 43,75 S-18 b Fosfat bufer 5,97 5,86 Susu murni 16,47 2,12 Firstenbeg-Eden c Susu skim 3,73 9,38 BP3 d Susu kambing 5,3 6,6 237 d Susu kambing 17,68 2,03 Campuran e1 TSB 28,51 1,26 Campuran e2 TSB 30,71 1,40 25 tahan bakteri. Heat injured dapat menyebabkan kehilangan sifat permeabilitas dari membran sel, meningkatkan sensitifitas terhadap beberapa komponen senyawa. Kerusakan subletal terlihat dari rusaknya membran sel, dinding sel, terputusnya ikatan DNA, degradasi RNA ribosom dan denaturasi enzim. Kematian terjadi karena kerusakan vital komponen vital dan struktural. 1. Isolat Staphylococcus aureus Asal Ayam Suwir Gambar 8. menyajikan data jumlah penurunan log isolat Staphylococcus aureus asal ayam suwir. Pemanasan dilakukan pada suhu 54 ° C selama 35 menit. Jumlah mikroba awal untuk isolat ayam suwir berkisar antara 7,5x10 7 -1,5x10 8 . Pemanasan menurunkan jumlah mikroba pada ketiga isolat yang diuji. Setelah pemanasan jumlah mikroba menurun menjadi 5,0x10 5 -2,5x10 6 . Gambar 8. Jumlah Staphylococcus aureus asal ayam suwir log CFUml sebelum dan setelah pemanasan pada suhu 54 ° C selama 35 menit. Terlihat bahwa isolat AS2 mengami penurunan siklus log 1,84. Log mikroba awal isolat AS3 sebesar 8,18. Akan tetapi, setelah pemanasan jumlahnya menurun menjadi 5,70 sehingga isolat AS3 mengalami penurunan log sebesar 2,20 siklus. Isolat AS4 berkurang jumlahnya dari 7,88 menjadi 6,28 sehingga mengalami penurunan siklus log sebesar 1,60. Kesemua isolat asal ayam suwir mengalami penurunan logaritma mendekati dua siklus log. Nilai ini mendekati penurunan log pada isolat Staphylococcus aureus 161- C, S-18 dan 237 d Tabel 9.. Ketiga isolat sebenarnya dapat menjadi kandidat untuk uji ketahanan panas utama karena mengalami penurunan mendekati 2 siklus log. Dari hasil ini dipilih isolat AS2 untuk diuji lebih lanjut. 2. Isolat Staphylococcus aureus Asal Nasi Uduk Jumlah mikroba awal isolat Staphylococcus aureus asal nasi uduk berkisar antara 6,9x10 7 -1,1x10 8 CFUml. Pemanasan pada suhu 54 ° C selama 35 menit menyebabkan jumlah mikroba berkurang 7,1x10 3 -1,7x10 5 CFUml. Penurunan jumlah siklus log setelah pemanasan pada suhu 54 ° C selama 35 menit untuk ketiga isolat Staphylococcus aureus NU1, NU2, dan NU3 berturut-turut sebesar 3,91; 4,19; dan 2,61. Isolat NU1 mengalami penurunan jumlah log dari 7,88 menjadi 3,97. Penurunan jumlah log dari 8,04 menjadi 3,85 terjadi pada isolat NU2. Sedangkan isolat NU3 mengalami 26 penurunan log dari 7,84 menjadi 5,23. Terlihat bahwa hanya isolat NU3 yang mengalami penurunan logaritama sekitar dua siklus Gambar 9. Jadi, isolat ini akan diuji lanjut pada uji ketahanan panas utama. Gambar 9. Jumlah Staphylococcs aureus asal nasi uduk log CFUml sebelum dan setelah pemanasan pada suhu 54 ° C selama 35 menit 3. Isolat Staphylococcus aureus Asal Jari Tangan Berbeda dengan isolat ayam suwir dan nasi uduk, isolat dari jari tangan yang diuji pada tahap ini relatif tidak tahan panas. Pemanasan pada suhu 54 ° C selama 35 menit menurunkan jumlah mikroba sikitar 4 siklus log untuk kedua jenis isolat Gambar 10. Jumlah mikroba awal pada kedua isolat berkisar antara 1,2x10 7 - 7,5x10 7 CFUml. Isolat J1 mengalami penuruan log sebesar 3,88 siklus sedangkan isolat J2 menurun sebanyak 4,23 siklus. Penurunan logaritma yang cukup besar pada isolat jari tangan berkaitan dengan kondisi asal isolat. Rata-rata suhu badan manusia mencapai 36-35 ° C. Suhu ini adalah suhu optimum bagi pertumbuhan Staphylococcus aureus. Pada suhu ini Staphylococcs aureus tidak mendapatkan paparan panas pendahuluan sehingga isolatnya pun tidak mengalami peningkatan ketahanan panas Jay, 2000. Berdasarkan hasil ini, kedua isolat tidak lolos untuk uji utama ketahanan panas karena penurunan logaritama sangat jauh dari dua siklus log. Gambar 10. Jumlah Staphylococcus aureus log CFUml asal jari tangan sebelum dan setelah pemanasan pada suhu 54 ° C selama 35 menit 27

B. STUDI KETAHANAN PANAS ISOLAT Staphylococcus aureus HASIL