63 3. Sikap kritis berarti perilaku yang selalu didasari oleh akal sehat. Pendapat
atau tanggapan yang muncul dari orang yang kritis disebut kritik. Sikap kritis meliputi yaitu sikap positif dan sikap negative. sikap positif meliputi
sikap terbuka, sikap antisipatif, sikap selektif dan sikap adaptif. Sikap negative meliputi sikap tertutup dan curiga, sikap apatis,
sikap tidak
selektif dan tidak mempunyai inisiatif
64
Kegiatan Pembelajaran 5 : STRATEGI KEBUDAYAAN DI INDONESIA
Oleh: Sri Endah Kinasih
A. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, seorang guru diharapkan mampu menjelaskan tentang :
1. Pengertian Strategi Kebudayaan 2. Pandangan Terhadap Strategi Kebudayaan
3. Strategi Kebudayaan di Indonesia
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1.
Menjelaskan Pengertian Strategi Kebudayaan
2.
Menjelaskan Pandangan Terhadap Strategi Kebudayaan
3.
Menjelaskan strategi Kebudayaan di Indonesia
C. Uraian Materi
Pengertian Strategi Kebudayaan
Arus modernisasi dan globalisasi adalah sesuatu yang pasti terjadi dan sulit untuk dikendalikan, terutama karena begitu cepatnya informasi yang
masuk keseluruh belahan dunia. Hal ini membawa pengaruh pada seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia.
Arus informasi yang berkembang di Indonesia yang sebenarnya merupakan alat bantu, dewasa ini telah menjadi disebuah kekuatan otonom
yang justru ‘membelenggu’ perilaku dan gaya hidup kita sendiri. Dengan daya pengaruhnya yang sangat besar, karena ditopang pula oleh sistem-
sistem sosial yang kuat, dan dalam kecepatan yang makin tinggi, teknologi berdampak pada problematika budaya. Problematika budaya ini akan
berpengaruh terhadap lingkungan dimana tempat kebudayaan itu berkembang. Oleh karena itu sangat diperlukan strategi budaya.
65 Strategi berasal dari kata stratus yang berarti pasukan dan kata agein
yang berarti memimpin, sehingga strategi berarti memimpin pasukan. Strategi kebudayaan mengandung pengertian bagaimana cara atau usaha
merencanakan dapat di wujudkan. Menurut Supelli 2015 ; 4 strategi idealnya berisi kebijakan umum yang memberi haluan ke mana dan
bagaimana sesuatu akan ditangani. Strategi berisi visi serta asumsi-asumsi dasar yang dilaksanakan berdasarkan tahapan, penentuan target setiap
tahapan, serta langkah pencapaiannya. Dalam bukunya Strategi Kebudayaan, C. A. van Peursen menjelaskan
bahwa dewasa ini terdapat pergeseran-pergeseran arti kebudayaan. Disamping tidak melihat seseorang sebagai orang yang modern atau primitif,
van Peursen membagi beberapa tahap yang menjelaskan kebudayaan seseorang. Tahap tersebut bukan merupakan tingkatan, melainkan
mengenai pandangan kebudayaan. Terdapat 3 tahap yaitu: tahap mitis, tahap onologis, dan tahap fungsional. Dalam menjalankan tahap tersebut,
khususnya pada tahap ketiga yaitu fungsional, diperlukan strategi-strategi agar kebudayaan yang sedang dijalankan atau kebudayaan ke depan bisa
berjalan dengan matang. Strategi kebudayaan inilah yang menurut van Peursen perlu diperhatikan untuk mencermati ketegangan antara sikap
terbuka transendensi dengan sikap tertutup imanensi dalam hubungan antara manusia dan kekuasaan-kekuasaan disekitarnya yang saling
mempengaruhi. Tiga tahap yang dimaksud pada bagian ini adalah tahap mitis, tahap
ontologis, dan tahap fungsional. Tahap mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya,
yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan. Tahap ontologis adalah sikap manusia yang tidak lagi dalam kepungan kekuasaan
mitis, melainkan secara bebas ingin meneliti segala hal ihwal, dalam tahap ini manusia mulai mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang dirasakan
mengepung manusia. Pada tahap ini manusia mulai menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakekat segala sesuatu dan segala sesuatu
menurut perinciannya. Dari ketiga tahap tersebut baik mitis, ontologis, maupun fungsional bukan
merupakan bagian yang terpisah-pisah. Manusia primitif dengan dongeng-