Menjelaskan keragaman budaya 2. Menjelaskan toleransi dan empati terhadap keragaman budaya

55 Misalnya, konflik antarsuku dapat segera diatasi dengan bertemunya berbagai elemen yang terdiri atas latar belakang agama, daerah, pelapisan sosial, serta para anggota suku-suku bangsa yang terlibat dalam per tentang an tersebut. Suatu cross cutting affiliation, biasanya akan menghasilkan cross cutting loyalities. Pengertian cross cutting loyalities adalah terbentuknya loyalitas pada hubungan silang budaya yang sudah terbentuk. Oleh karena itu, sampai pada suatu tingkat tertentu, masyarakat Indonesia telah terintegrasi meskipun tumbuhnya perbedaan suku bangsa, agama, daerah, dan pelapisan sosial. Toleransi dan empati akan membawa pemahaman mengenai berbagai perbedaan yang menjadi sumber daya yang tak ternilai. Sikap toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan orang atau kelompok lain. Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain. Sikap toleransi dan empati ini sangat penting ditumbuhkembangkan dalam keragaman budaya di Indonesia. Dengan pengembangan sikap toleransi dan empati sosial, maka masalah-masalah yang berkaitan dengan keberagaman sosial budya akan dapat dikendalikan, sehingga tidak mengarah pada pertentangan sosial yang dapat mengancam diisintegrasi nasional. Pengertian empati dapat dianggap sebagai kelanjutan dari toleransi. Empati dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain oleh seorang individu atau suatu kelompok masyarakat. Budaya orang lain menjadi landasan bersikap dalam setiap interaksi yang terjalin. Empati berpotensi untuk mengubah perbedaan menjadi saling memahami dan mengerti secara mendalam. Sikap toleransi dan empati dapat diwujudkan dengan memahami bahwa keanekaragaman budaya membutuhkan penguatan budaya lokal di tengah budaya lain yang sama-sama bertahan. Keanekaragaman budaya telah menjadi kenyataan sejarah yang tidak mungkin dihindari. Mengabaikan keragaman sama halnya dengan mengingkari hakikat manusia itu sendiri. Akan tetapi seringkali keragaman dalam suku, ras, dan budaya menjadi sumber konflik dan ketegangan di antara suku, ras, dan agama. Bahkan, beberapa suku bangsa memandang suku bangsa lain lebih rendah dari