17 Teknik  Hoposoga  dengan   media  Talking   Card  merupakan
model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual belajar yang membantu   guru   mengaitkan   antara   materi   yang   diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan   antara   pengetahuan   yang   dimilikinya   dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan   masyarakat.   Dengan   konsep   itu,   hasil   pembelajaran
diharapkan   lebih   bermakna   bagi   siswa.   Proses   pembelajaran berlangsung   alamiah   dalam   bentuk   kegiatan   siswa   bekerja,
bermain dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Karakteristik   pembelajaran   kontekstual   adalah   sebagai berikut:   adanya   kerjasama,   saling   menunjang,   menyenangkan,
tidak   membosankan,   belajar   dengan   bergairah,   pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, kerjasama
dengan   teman,   siswa   kritis,   guru   kreatif   dan   inovatif   serta
menggunakan   media   yang   bervariasi   dan   menarik.  Depdiknas,
2002.
5. Hakekat Media Pembelajaran.
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gagne dalam
18 Hamalik menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar Hamalik, 1986:6.
Agak berbeda dengan itu semua adalah batasan yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional atau National
Education Association dalam memberikan definisi media adalah sebagai bentuk-bentuk komunitas baik tercetak maupun audio
visual dan peralatannya, dengan demikian media dapat dilihat, didengar dan dibacaHamalik 1986:7.
Media talking card yang berisi pesan-pesan singkat  termasuk salah satu contoh dari media
yang dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apapun batasan yang diberikan, ada beberapa persamaan
di antaranya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima,
sehingga dapat merangsang pikiran. Dengan media para guru diharapkan dapat mengajarkan
sesuatu yang sulit menjadi mudah dan sesuatu yang rumit menjadi sederhana. Dengan media, guru diharapkan dapat menumbuhkan
dan mengembangkan minat dan motivasi belajar siswa  karena pada  dasarnya,  media   adalah perangsang belajar sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, siswa tidak merasa bosan dalam meraih tujuan belajar meskipun
pada materi yang dianggap susah.
19 Untuk menumbuhkan minat dan daya tarik siswa terhadap
mata pelajaran atau materi yang disampaikan oleh para guru, maka hendaknya para guru dapat memilih media yang terbaik untuk
pengajaran.  Selanjutnya Soeparno 1988:25 menyebutkan bahwa pemilihan media ini dipengaruhi  oleh beberapa faktor, di antaranya
adalah tujuan, ketepatgunaan, tingkat kemampuan siswa, mutu teknis dan familiarita.
Sementara itu, Soedjana melalui Soeparno, 1988: 26 berpendapat bahwa media memiliki     beberapa    manfaat
sebagai berikut: a. Pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga
dapat lebih muda dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pengajaran. c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal, melalui penutupan mata-mata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga, apalagi kalau guru mengajar setiap jam pelajaran. d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru.
20 Pemilihan media yang tepat dapat membantu guru
menjelaskan pelajaran yang diberikan. Di samping itu, media yang tepat juga membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam
jiwanya. Mengajar dengan menggunakan bermacam-macam media akan lebih menarik perhatian siswa, lebih merangsang siswa untuk
berpikir. Guru diharapkan dapat membina dan membuat alat-alat media yang sederhana, praktis dan ekonomis bersama siswa tetapi
efektif untuk pengajaran Slameto,2003:37.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian   yang   berkaitan   dengan   teknik   bermain   pada pembelajaran   listening   telah   dilakukan   oleh   Subandi   2009
terhadap siswa kelas 8-4 SMP N 1 Slawi semester gasal dengan judul   penelitian   “Peningkatan   Kemampuan   Listening   Teks
Descriptive   dengan   Teknik   Quiz   pada   siswa   kelas   8-4   semester gasal   tahun   pelajaran   2009-2010”.   Hasil   dari   penelitian   ini
menunjukkan   bahwa  dengan   teknik   quiz   atau  game,   kompetensi listening siswa meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
peningkatan   nilai   rata-rata   ulangan   harian   dari   66   menjadi   80. Subandi, 2009.
Penelitian   tentang   efektifitas  language   game  dalam pembelajaran listening  juga telah dilakukan oleh dosen UPS Tegal,
Anthoni   2008     yang   telah   membuktikan   bahwa   kemampuan