Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penelitian Yang Relevan

5 Hokey Pokey Song and Game para siswa baik sadar maupun tidak terlibat langsung dalam kehidupan nyata untuk memberi perintah dan larangan sekaligus meresponnya dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah teknik Hoposoga dengan media Talking Card dapat

meningkatkan kompetensi listening materi command and prohibition siswa kelas VII-7 SMP N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2010-2011?

2. Apakah teknik Hoposoga dengan media Talking Card dapat

meningkatkan aktivitas siswa kelas VII-7 SMP N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2010-2011?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah teknik Hoposoga dengan media Talking Card dapat meningkatkan kompetensi listening materi command and prohibition siswa kelas VII-7 SMP N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2010-2011. 2. Untuk mengetahui apakah teknik Hoposoga dengan media Talking Card dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VII-7 SMP N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2010-2011. 6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan kemampuan listening dapat dilakukan melalui pendekatan kontekstual dengan teknik Hoposoga dan media Talking Card. 2. Manfaat praktis Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat: a. Bagi Peserta Didik 1 Meningkatkan kompetensi listening dan aktivitas siswa 2 Mengatasi hambatan dan kendala dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, khususnya kompetensi dasar listening materi command and prohibition 3 Mengurangi perasaan takut berbicara dan merespon pesan pembicara 4 Mengurangi perasaan bosan dalam pembelajaran listening b. Bagi Guru 1 Memperbaiki proses pembelajaran di kelas 2 Memunculkan inovasi dalam pembelajaran 3 Mampu mendeteksi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sekaligus mencari solusinya 7 c. Bagi Sekolah 1 Meningkatkan pelayanan prima pada peserta didik 2 Meningkatkan profesionalisme guru 3 Meningkatkan prestasi sekolah 8 BAB II KERANGKA TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teoretis 1. Kompetensi Listening Siswa SMP

Pada dasarnya kurikulum bahasa Inggris RSBI dan kurikulum sekolah reguler tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya pada penambahan jenis-jenis teks seperti jenis teks puisi, teks exposition dan lain-lain. Kurikulum 2004 SMPMTs mata pelajaran bahasa Inggris mengharapkan para siswa mampu mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional Depdiknas, 2005:103. Pada tingkat ini diharapkan siswa dapat menggunakan bahasa Inggris untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti perkenalan, mengajak orang lain, meminta maaf, memerintah, melarang, dan berterima kasih untuk komunikasi lisan. Untuk komunikasi tertulis misalnya membaca buku cerita sederhana, membaca majalah remaja, menulis buku harian, menulis surat pribadi, dan sebagainya. Kemampuan berkomunikasi yang menyangkut kemampuan tindak bahasa actional language meliputi kemampuan memahami bahasa lisan listening, berbicara speaking, membaca reading dan menulis writing. 9 Di dalam kurikulum ini kemampuan tersebut dinamai “Discourse Competence” kompetensi berwacana atau “Communicative Competence” kompetensi komunikatif. Untuk mencapai kompetensi komunikatif diperlukan kompetensi- kompetensi prasyarat seperti yang disebut oleh kurikulum 2004. Kompetensi wancana hanya dapat diperoleh jika siswa memperoleh kompetensi pendukungnya seperti kompetensi linguistik Linguistic Competence, kompetensi tindak tutur untuk bahasa lisan dan kompetensi retorika untuk bahasa tulis keduanya tercakup dalam Actional Competence, kompetensi sosiokultural Sociocultural Competence dan kompetensi strategis Strategic Competence. Kompetensi komunikatif ini kemudian dirumuskan di dalam standar kompetensi. Setiap standar kompetensi berbeda untuk kelas VII, VIII, IX. Walaupun berbeda, standar kompetensi tersebut masih bisa digeneralisasikan, yaitu siswa diharapkan mampu berkomunikasi lisan dan tulisan menggunakan ragam bahasa yang sesuai dengan lancar dan akurat dalam wacana interaksional danatau monolog. Di samping kompetensi-kompetensi tersebut di atas juga ditambahkan aspek afektif siswa yang tidak kalah pentingnya. Untuk di sekolah sekolah lanjutan pertama kompetensi listening yang dapat digunakan untuk mengajar bahasa Inggris 10 adalah secara bertahap mulai dari fase pengenalan fonologi atau fonem-fonem, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan pembedaan bunyi-bunyi dalam kata-kata yang berupa pasangan minimal. Fase selanjutnya adalah fase pemahaman permulaan dengan melakukan respon non linguistik. Dalam fase ini pelajar melakukan perintah tanpa respon lisan. Seperti melakukan perintah secara fisik, bereaksi pada seruan, melakukan perintah dengan menulis atau menggambar di kertas dan melakukan perintah dengan menggunakan gambar, sketsa, denah dan sebagainya yang sudah di sediakan oleh guru. Depdiknas, 2005:6.

2. Pembelajaran Listening Siswa SMP

Mempelajari suatu bahasa terutama bahasa Inggris, ada dua keterampilan yang dianggap penting, yakni keterampilan pemahaman menyimak dan membaca dan keterampilan pengungkapan pikiran berbicara dan menulis. Yang pertama disebut keterampilan reseptif, sedangkan yang kedua disebut keterampilan produktif. Menurut kurikulum 2004, pembelajaran bahasa Inggris di tingkat SMP untuk kelas VII semester gasal lebih difokuskan pada pengembangan bahasa Inggris untuk pengantar kegiatan sehari- hari language accompanying action dan kosakata untuk 11 lingkungan sekolah dan rumah Depdiknas, 2005:6. Oleh karena itu, guru seyogyanya sebisa mungkin mengatur proses pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk bisa memahami bahasa lisan menyimak dan merespon bahasa yang diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari baik yang diungkapkan oleh teman sekelas maupun oleh guru-guru di kelas. Selanjutnya, Ana Maria Schwartz dalam bukunya “Listening in a foreign language” in Modules for the professional preparation of teaching assistants in foreign languages melalui http:bahasainggris.peperonity.com menambahkan tentang berbagai macam kegiatan listening. Di antara kegiatan yang paling mudah untuk kegiatan listening bagi pembelajar bahasa tingkat pemula adalah suatu kegiatan yang tidak menuntut para pembelajar untuk merespon dengan menggunakan bahasa tersebut. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara meminta siswa untuk merespon perintah atau larangan seperti Open the door, Close your eyes, please dll, memilih gambar yang sesuai, melingkari huruf yang benar di lembar kerja siswa, menggambar rute di peta atau mengisi diagram sebagaimana yang mereka dengarkan. Selain itu, Saefulloh menyatakan bahwa :“One of interesting mediamaterials used in the teaching of listening skill is English 12 song. This media can motivate and stimulate Indonesian students in learning friendship” http:haarrr.wordpress.com20100316song-a-media-in-teaching listening kegiatan listening juga bisa dengan cara memberi teks lagu yang sebagian teksnya hilang missing lyrics untuk diisi oleh peserta didik saat mendengarkan lagu.

3. Teknik Hoposoga a. Teknik Bernyanyi

Berdasarkan pengalaman para guru bahasa Inggris dan menurut para ahli bahasa seperti yang dinyatakan oleh Abdulrahman Al-Faridi lagu-lagu berbahasa Inggris dapat membantu para guru untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan Alfaridi, 2006. Nyanyian dan musik digunakan sebagai teknik dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Musik yang memiliki berbagai kandungan elemen di dalamnya dapat dijadikan salah satu bentuk fasilitas untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak. Tinggi nada memberikan kesempatan kepada anak untuk melatih kepekaan pendengarannya. Perubahan-perubahan ritme atau irama musik melatih anak untuk membedakan irama internal inner rhythm serta kemampuan motoriknya misalnya, jika dikombinasikan dengan latihan gerak sesuai dengan liriknya. 13 Berikut adalah fungsi dari lagu seperti yang dijelaskan oleh Montolalu et al 2008:3.23 : 1 Meningkatkan kreatifitas dan daya imajinasi. Musik berperan sebagai stimulan setiap kali anda memerlukan peningkatan kreatifitas dalam kehidupan anda. Selain itu, penciptaan musik seperti penulisan sebuah lagu juga secara tidak langsung mengaplikasikan kecerdasan lainnya seperti kecerdasan linguistik, matematis, interpersonal dan intrapersonal. 2 Meningkatkan kecerdasan Dengan mendengarkan nyanyian kita bisa meningkatkan kecerdasan dan prestasi anak di sekolah. Musik telah diperlihatkan secara langsung dan konsisten meningkatkan pemikiran matematis, khususnya keterampilan pemikiran abstrak pada anak-anak. 3 Meningkatkan daya ingat Menyanyi dapat merangsang pikiran modern dan membantu meningkatkan daya ingat. Nyanyian merupakan salah satu cara penting untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yaitu dengan dipotong menjadi bagian-bagian lebih kecil dan dinyanyikan. 14

b. Teknik Bermain

Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan sakit, jasmaniah ataupun rohaniah. Para pakar mengatakan bahwa bermain mempunyai banyak manfaat bagi anak. Di antara manfaat tersebut seperti yang dikemukan oleh Montolalu, 2008: 1.20-1.24 adalah sebagai berikut: 1 bermain memicu kreativitas anak. 2 bermain bermanfaat mencerdaskan otak. 3 bermain bermanfaat menanggulangi konflik 4 bermain bermanfaat untuk melatih empati 5 bermain bermanfaat mengasah panca indera 6 bermain itu melakukan penemuan. Menurut Jean Piaget melalui Montolalu et.al 2008:2.19 anak-anak sesuai dengan usianya mempunyai jenis-jenis permainan tertentu, yaitu sensory motor play untuk usia 1 ½-2 tahun , Symbolic play 2-7 tahun, Social play games with rules 8- 11 tahun dan games dengan aturan dan olahraga 11 tahun ke atas. 15 Siswa kelas VII SMP merupakan anak-anak yang masuk pada usia 11 tahun ke atas, jadi bermain untuk usia anak-anak SMP kelas VII hendaknya diimbangi dengan aturan-aturan yang disepakati bersama dengan tidak mengurangi rasa senang dan kreativitas anak-anak sebagai pemain. Dalam permainan jenis ini dapat ditentukan kelompok pemenang dan kelompok yang kalah dalam permainan. Selanjutnya Hadfield 2002, menambahkan bahwa a language game merupakan kegiatan yang terprogram dan mempunyai beberapa properti seperti tugas dan objek tertentu, seperangkat aturan, kompetisi dengan para pemain, dan komunikasi antar pemain baik lisan maupun tertulis.

4. Teknik Hoposoga dengan Media Talking Card

Teknik Hoposoga merupakan gabungan dari teknik bernyanyi dan game. Dalam teknik ini penulis memilih Lagu Hokey Pokey yang diambil dari super simple song untuk game babak I. Di samping itu, untuk menumbuhkan kreativitas siswa guru juga memilih lagu yang dianggap mudah dan lebih sederhana tetapi menarik yaitu lagu Sedang Apa-Sedang Apa, sebuah lagu pramuka yang diubah syairnya dengan beberapa kalimat perintah sederhana untuk game babak II lirik lagu bisa dilihat pada lampiran 16 Dengan lagu para siswa diajak untuk melafalkan kalimat- kalimat perintah dalam bahasa Inggris. Sambil bernyanyi para siswa diminta untuk bergerak sesuai dengan lirik lagu. Dalam pelaksanaannya para siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5 anggota. Setiap kelompok diberi kesempatan 5 menit untuk bermain di tengah-tengah kelas yang dikelilingi oleh kelompok lain dalam sebuah lingkaran besar dengan media Talking card. Setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk membaca dan merespon isi perintah yang ada dalam Talking card ketika lagu untuk babak II berhenti. untuk penjelasan lebih lanjut tentang aturan permainan bisa dilihat pada lampiran. Dari gambaran di atas, maka dapat dikatakan bahwa teknik Hoposoga merupakan sebuah model pembelajaran yang dirancang oleh penulis dengan memperhatikan karakteristik, komponen dan langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual. Teknik tersebut sangat memperhatikan kondisi siswa. Maksud dilaksanakannya pembelajaran dengan teknik Hoposoga adalah untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Teknik ini sangat tepat digunakan untuk anak-anak seperti peserta didik yang masih duduk di bangku SD dan siswa SMP. 17 Teknik Hoposoga dengan media Talking Card merupakan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja, bermain dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Karakteristik pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut: adanya kerjasama, saling menunjang, menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, kerjasama dengan teman, siswa kritis, guru kreatif dan inovatif serta menggunakan media yang bervariasi dan menarik. Depdiknas, 2002.

5. Hakekat Media Pembelajaran.

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gagne dalam 18 Hamalik menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar Hamalik, 1986:6. Agak berbeda dengan itu semua adalah batasan yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional atau National Education Association dalam memberikan definisi media adalah sebagai bentuk-bentuk komunitas baik tercetak maupun audio visual dan peralatannya, dengan demikian media dapat dilihat, didengar dan dibacaHamalik 1986:7. Media talking card yang berisi pesan-pesan singkat termasuk salah satu contoh dari media yang dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apapun batasan yang diberikan, ada beberapa persamaan di antaranya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran. Dengan media para guru diharapkan dapat mengajarkan sesuatu yang sulit menjadi mudah dan sesuatu yang rumit menjadi sederhana. Dengan media, guru diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan minat dan motivasi belajar siswa karena pada dasarnya, media adalah perangsang belajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, siswa tidak merasa bosan dalam meraih tujuan belajar meskipun pada materi yang dianggap susah. 19 Untuk menumbuhkan minat dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran atau materi yang disampaikan oleh para guru, maka hendaknya para guru dapat memilih media yang terbaik untuk pengajaran. Selanjutnya Soeparno 1988:25 menyebutkan bahwa pemilihan media ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah tujuan, ketepatgunaan, tingkat kemampuan siswa, mutu teknis dan familiarita. Sementara itu, Soedjana melalui Soeparno, 1988: 26 berpendapat bahwa media memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: a. Pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih muda dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran. c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal, melalui penutupan mata-mata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar setiap jam pelajaran. d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru. 20 Pemilihan media yang tepat dapat membantu guru menjelaskan pelajaran yang diberikan. Di samping itu, media yang tepat juga membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam jiwanya. Mengajar dengan menggunakan bermacam-macam media akan lebih menarik perhatian siswa, lebih merangsang siswa untuk berpikir. Guru diharapkan dapat membina dan membuat alat-alat media yang sederhana, praktis dan ekonomis bersama siswa tetapi efektif untuk pengajaran Slameto,2003:37.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan teknik bermain pada pembelajaran listening telah dilakukan oleh Subandi 2009 terhadap siswa kelas 8-4 SMP N 1 Slawi semester gasal dengan judul penelitian “Peningkatan Kemampuan Listening Teks Descriptive dengan Teknik Quiz pada siswa kelas 8-4 semester gasal tahun pelajaran 2009-2010”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan teknik quiz atau game, kompetensi listening siswa meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata ulangan harian dari 66 menjadi 80. Subandi, 2009. Penelitian tentang efektifitas language game dalam pembelajaran listening juga telah dilakukan oleh dosen UPS Tegal, Anthoni 2008 yang telah membuktikan bahwa kemampuan 21 listening teks descriptive dapat ditingkatkan melalui language game permainan bahasa. Melalui penelitian ini Antoni membuktikan bahwa dengan language game siswa merasa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran listening. Penelitian lainnya dalam pembelajaran listening dengan teknik bernyanyi juga telah dilakukan oleh seorang mahasiswa, Ari Ivana yang telah meneliti efektifitas teknik bernyanyi dalam pembelajaran listening siswa kelas VI SD NU 01 Penawaja Talang Kab. Tegal tahun pelajaran 2006-2007. Penelitian ini telah berhasil membuktikan bahwa aktivitas dan motivasi siswa meningkat dari 60 siswa aktif dan termotivasi menjadi 81 siswa aktif dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran listening dengan teknik bernyanyi Ivana, 2007 Dari beberapa penelitian yang berkaitan dengan teknik bernyanyi dan bermain dalam pembelajaran listening di atas, penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian lanjutan pada pembelajaran listening dengan teknik yang menggabungkan antara teknik bernyanyi dan bermain yaitu teknik Hoposoga dengan menggunakan media Talking Card. 22

C. Kerangka Berpikir