Definisi Konsep Sistematika Penulisan

dimaksudkan untuk mencari bentuk yang dapat mencerminkan aspirasi masyarakat dan hingga sejak reformasi lahirlah UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan tidak lama kemudian disempurnakan lagi oleh UU No. 32 Tahun 2004. Dari dua perubahan terakhir mengalami perubahan yang cukup mendasar dibandingkan dengan Peraturan Perundang-undangan Pemerintahan Daerah sebelumnya. Mencermati berbagai Perubahan Perundang-undangan Pemerintahan yang pernah terjadi, jika belum sesuai dengan aspirasi masyarakat, maka yang perlu dipertanyakan kemudian mungkin sistem perundang-undangan ataukah memang mungkin dari tingkat kesadaran masyarakat sebagian belum memahaminya. Berikut disebutkan “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil” Pasal 56 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2004 yang kemudaian diatur pendukung peraturan perundangan lain seperti Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2005 Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 25

1.6 Definisi Konsep

Definisi konsepsional merupakan pembatasan pengertian tentang hal-hal yang perlu diamati. Sedangkan pengertian konsep itu sendiri adalah suatu pemikiran umum mengenai suatu masalah atau persoalan. 26 Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan pembatasan terhadap variabel-variabel penelitian untuk menentukan indikator-indikator yang akan diteliti. 25 Undang-Undang 2005. Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan PERPU Nomor 3 Tahun 2005 26 Koentjaraningrat, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1980, hal. 50 Universitas Sumatera Utara Dengan demikian definisi konsepsional pada Perbandingan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Putaran I dan II Tahun 2010 di Kecamatan Medan Denai adalah suatu sikap yang menentukan adanya kepedulian terhadap budaya politik yang baik dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam memaknai pembelajaran berpolitik dalam kondisi multikultural dan memanfaatkannya dengan sikap pengendalian diri melalui pengembangan pengalaman multikulturalisme yang didapatkan masyarakat untuk bekal bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

1.7 Definisi Operasional

Menurut Koentjaraningrat, definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan pengertian tentang cara mengubah konsep-konsep yang berupa konstruksi dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku gejala yang dapat diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya oleh orang lain. 27

1.7.1 Perbandingan

Perbandingan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perimbangan antara beberapa perkara. 28 Dalam hal ini merupakan perimbangan antara Pemilukada Kota Medan Putaran I dan II. Membandingkan hasil perolehan suara yang didapat Pasangan Calon Kepala Daerah pada putaran I dan putaran II yaitu memperoleh hasil yang cenderung naik.

1.7.2 Partisipasi Politik

Partisipasi Politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Partisipasi Politik itu merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam 27 Ibid hal. 50 28 Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1976, hal. 84 Universitas Sumatera Utara proses pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah. Huntington dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Partisipasi Politik di Negara Berkembang mendefinisikan Partisipasi Politik sebagai kegiatan warga negara preman private citizen yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. 29 Budiardjo secara umum mengartikan partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah public policy. 30

1.7.3 Pemilukada

Pemilukada merupakan rekrutmen politik yaitu penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah, baik itu GubernurWakil Gubernur, maupun BupatiWakil Bupati atau WalikotaWakil Walikota. Dalam kehidupan politik di daerah, Pemilukada merupakan salah satu kegiatan yang nilainya equivalen dengan Pemilihan Anggota DPRD. Equivalensi tersebut ditunjukkan dengan kedudukan yang sejajar antara Kepala Daerah dan DPRD. Aktor utama sistem Pemilukada adalah rakyat, partai politik, dan calon kepala daerah. Ketiga aktor tersebut terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian tahapan-tahapan kegiatan Pemilukada Langsung. 31 Karena Pemilukada Langsung merupakan implementasi demokrasi partisipatoris, maka nilai-nilai demokrasi menjadi parameter keberhasilan pelaksanaan proses kegiatan. Nilai-nilai tersebut diwujudkan melalui azas-azas Pemilukada Langsung yang umumnya terdiri dari langsung, umum, bebas, rahasia, 29 Sastroatmodjo, Sudijono, Perilaku Politik, Semarang : IKIP Semarang Press, 1995, hal. 68 30 Ibid hal.68 31 Prihatmoko, Joko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar, 2005, hal.203 Universitas Sumatera Utara jujur dan adil. Sebagai implikasinya proses pelaksanaan tahapan-tahapan kegiatan itu harus menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai objektivitas, keterbukaan, keadilan dan kejujuran. 32 1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dn data yang ada. Data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan dan kemudian dianalisa. Penelitian deskriptif ini bukan hanya menjabarkan tetapi juga memadukan atau menganalisa.

1.8.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

1.8.3 Populasi dan Sampel

Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Medan Denai yang termasuk dalam DPT dan ikut serta memberikan hak suaranya dalam Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 Putaran I dan II . Dengan populasi masyarakat warga Kecamatan Medan Denai yang termasuk dalam DPT sebanyak 148.178 orang akan diambil sampel sebanyak 100 orang, sampel ini diambil dari Rumus 33 : . 32 Ibid hal.204 33 Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Prenada Media.2005. hal.105 Universitas Sumatera Utara dimana n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = galat pendugaan sebesar 10 maka, . . , , , Pengambilan sampel dilakukan melalui rancangan sampel menurut teknik stratified proporsional sampling. Teknik pengambilan sampel ini digunakan agar diperoleh sampel yang mempunyai karakteristik tertentu dengan proporsi tertentu yang sesuai dengan penyebaran karakteristik dalam populasi. Untuk mendapatkan sampel digunakan cara : Sampel Populasi Total Populasi Total Sampel Dengan menggunakan rumus tersebut, maka perhitungan komposisi jumlah sampel adalah sebagai berikut : Kel. Tegal Sari Mandala I . . , → Kel. Tegal Sari Mandala II . . , → Kel. Tegal Sari Mandala III . . Kel. Denai . . , → Kel. Binjai . . , → Universitas Sumatera Utara Kel. Medan Tenggara . . Kemudian untuk mengambil 100 orang sampel yang akan dijadikan responden maka digunakan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan memilih unsur yang paling mudah diperoleh dan memiliki karakterisrik yang sesuai dengan penelitian.

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam penelitian ini, akan dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain: a. Library Research, yaitu suatu penelitian dengan cara mempelajari dan mengumpulkan berbagai bahan bacaan atau literatur, dokumen serta media massa yang ada hubungannya dengan penulisan penelitian. b. Field Work Research, yaitu mengumpulkan data dari penelitian yang dilakukan secara langsung di lapangan. Teknik yang dilakukan menggunakan metode Interview dan Kuesioner. Menurut Hadi interview adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara sepihak, yang dikerjakan dengan sistematis, logis, metodologis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. 34 Adapun bentuk wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini melalui kuisioner, metode ini digunakan untuk mendapatkan alasan-alasan yang tepat terhadap partisipasi masyarakat Kecamatan Medan Denai dalam Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 Putaran I dan II . 1.8.5 Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu analisa yang memberikan gambaran yang rinci berdasarkan data dan fakta yang terdapat di lapangan. Data yang ada dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk tabel lalu 34 Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1990, hal. 51 Universitas Sumatera Utara dianalisis dengan uraian. Secara analitis lalu ditarik kesimpulan terhadap hasil penelitian.

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan Pendahuluan berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Deskripsi Lokasi Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan profil daerah tempat penulis melaksanakan penelitian. BAB III : Penyajian dan Analisis Data Penyajian dan Analisis Data berisi tentang gambaran secara garis besar hasil penelitian sekaligus menganalisa data yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan penelitian. BAB IV : Penutup Penutup adalah bab terakhir dari penulisan skripsi yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta berisi saran-saran yang berguna di masa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum

Pada Tahun 1918, Medan dijadikan Kotapraja, tetapi tidak termasuk di dalamnya Kota Maksum dan daerah sungai Kera yang tetap berada di bawah kekuasaan Kesultanan Deli. Ketika itu penduduk Medan berjumlah 43.826 jiwa dan terdiri dari 409 orang bangsa Eropa, 25.000 orang bangsa Indonesia, 8.269 orang bangsa Cina dan 130 orang bangsa Asia lainnya. Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66IIIPSU, terhitung mulai tanggal 21 September 1951, daerah Kota Medan diperluas tiga kali lipat. Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat Walikota Medan Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Medan Kota, Medan Timur, Medan Barat dan Medan Baru dengan 59 Kepenghuluan. 35 Kemudian melalui Undang-Undang Darurat No.7 Tahun 1956, dibentuk Propinsi Sumatera Utara daerah-daerah tingkat II, antara lain Kabupaten Deliserdang dan Kotamadya Medan. 36 Pada Undang-Undang Darurat No.8 Tahun 1956 Pasal 1 disebutkan bahwa ‘Medan, dengan nama Kota Besar Medan, dengan batas-batas yang meliputi wilayah “Stadsgemeente” Medan’ dahulu Staatsblad 1983 No.715 termasuk Staatsblad 1921 No.772 setelah diubah dengan Ketetapan Gubernur Propinsi Sumatera Utara tanggal 14 Nopember 1951 No. 66IIIPSU’. 37 35 Buku Kerja Pemerintah Kota Medan 2006 hal. 16 36 UUDarurat No.7 Tahun 1956 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 hal.400 37 UUDarurat No.8 Tahun 1956 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 hal. 474 Universitas Sumatera Utara