Dengan orientasi kognitif, afektif dan evaluatif yang disebutkan Almond maka terbentuklah Budaya Politik yang berbeda.
Menurut Kantaprawira bahwa yang di artikan dengan Budaya Politik adalah, pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati
oleh para anggota masyarakat sistem politik.
21
Menurut Miriam Budiardjo konsep Budaya Politik berdasarkan keyakinan bahwa setiap politik itu di dukung oleh suatu kumpulan kaedah, perasaan dan
orientasi terhadap tingkah laku politik.
22
Menurut B.N. Marbun bahwa Budaya Politik adalah pandangan politik yang mempengaruhi sikap, orientasi, dan pilihan politik seseorang. Budaya Politik lebih
mengutamakan dimensi psikologis dari suatu sistem politik yaitu sikap, sistem kepercayaan, simbol yang dimiliki individu dan yang dilaksanakannya dalam
masyarakat.
23
1.5.4 Aturan Pilkada Daerah Penelitian
Pilkada, meskipun di dalam undang-undang 32 tahun 2004 yang terdapat dalam pasal 56-119 tidak memberikan definisi yang tegas tentang Pilkada, tetapi
menurut hemat penulis definisi Pilkada dapat kita sebutkan, bahwa Pilkada adalah singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Gubernur dan
Wakilnya di tingkat provinsi dan BupatiWalikota dan Wakilnya ditingkat kabupatenkota, Pilkada dapat juga diartikan sebagai proses pergantian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang secara sah diakui hukum, serta momentum bagi rakyat untuk secara langsung menentukan Pasangan Kepala Daerah dan Wakil
21
Kantaprawira, Rusadi, Sistem Politik Indonesia : Suatu Model Pengantar, Bandung : Sinar Baru, 1988, hal. 13
22
Budiardjo, Miriam, Masalah Kenegaraan, Jakarta: PT Gramedia, 1982, hal. 17
23
Marbun, B.N, Kamus Politik, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005, hal. 84
Universitas Sumatera Utara
Kepala Daerah sesuai dengan aspirasikeinginan rakyat. Dalam hal ini Pilkada, meskipun salah satu produk negara yang berlandaskan hukum Rechtstaat bukan
berdasarkan atas kekuasaan belaka Machtstaat namun bukan berarti Pilkada merupakan parameter yang mutlak dalam rangka memberikan suatu penilaian apakah
momentum pilkada benar-benar demokratis, disisi lain Pilkada merupakan demokrasi yang prosedural dan belum menyentuh asas demokrasi yang substansial, yakni
lahirnya kualitas kepemimpinan yang bersih, jujur, dan lain sebagainya. Keterlibatan masyarakat dalam momentum Pilkada Langsung menjadi
landasan dasar bagi bangunan demokrasi. Bangunan demokrasi tidak akan kokoh manakala kualitas partisipasi masyarakat diabaikan. Karena itu, proses demokratisasi
yang sejatinya menegakkan kedaulatan rakyat menjadi semu dan hanya menjadi ajang rekayasa bagi mesin-mesin politik tertentu. Format demokrasi pada aras lokal
Pilkada meniscayakan adanya kadar dan derajat kualitas partisipasi masyarakat yang baik. Apabila demokrasi yang totalitas bermetamorfosis menjadi kongkrit dan
nyata, atau semakin besar dan baik kualitas partisipasi masyarakat, maka kelangsungan demokrasi akan semakin baik pula. Demikian juga sebaliknya,
semakin kecil dan rendahnya kualitas partisipasi masyarakat maka semakin rendah kadar dan kualitas demokrasi tersebut.
Pentingnya pendidikan demokrasi memungkinkan setiap warga negara dapat belajar demokrasi melalui praktek kehidupan yang demokratis, dan untuk
membangun tatanan dan praksis kehidupan demokrasi yang lebih baik di masa mendatang.
24
Dalam sejarah perkembangan Peraturan Perundang-undangan Pemerintah Daerah sejak tahun 1945 mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan
24
Saripudin U, Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi Disertasi, UPI : Program Pascasarjana, 2001
Universitas Sumatera Utara
dimaksudkan untuk mencari bentuk yang dapat mencerminkan aspirasi masyarakat dan hingga sejak reformasi lahirlah UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan tidak lama kemudian disempurnakan lagi oleh UU No. 32 Tahun 2004. Dari dua perubahan terakhir mengalami perubahan yang cukup mendasar
dibandingkan dengan Peraturan Perundang-undangan Pemerintahan Daerah sebelumnya. Mencermati berbagai Perubahan Perundang-undangan Pemerintahan
yang pernah terjadi, jika belum sesuai dengan aspirasi masyarakat, maka yang perlu dipertanyakan kemudian mungkin sistem perundang-undangan ataukah memang
mungkin dari tingkat kesadaran masyarakat sebagian belum memahaminya. Berikut disebutkan “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan
calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil” Pasal 56 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2004 yang kemudaian
diatur pendukung peraturan perundangan lain seperti Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2005 Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
25
1.6 Definisi Konsep