BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malnutrisi sering dijumpai pada 80 pasien sirosis hati SH dan bahkan pada beberapa uji klinis pada pasien dengan kategori Child Pugh A didapatkan
prevalensi malnutrisi mencapai 25 Tsiaousi dkk, 2008 dan pada pasien Child Pugh kelas C dekompensasi sekitar 50-60 McCullough, 2006. Pada pasien
sebelum SH malnutrisi tidak biasa dijumpai kecuali dengan kondisi adanya obstruksi biliaris ekstrahepatik. Malnutrisi dipertimbangkan sebagai salah satu
faktor prognosis yang penting pada SH dan mengingatkan klinisi untuk tanggap sama seperti keberadaan komplikasi SH umumnya seperti ensefalopati hepatik
dan asites Tsiaousi dkk, 2008. Dampak yang signifikan dari malnutrisi telah diteliti terhadap harapan hidup, kualitas hidup dan komplikasi SH pada beberapa
penelitian. Kepentingan klinisnya adalah prevalensi morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi pada pasien SH yang malnutrisi dan intervensi dini mengatasi
kekurangan nutrisi ini bisa memperpanjang angka harapan hidup, memperbaiki kualitas hidup, mengurangi komplikasi dan persiapan yang lebih baik untuk
transplantasi hati. Tandon dan Gramlich,2011, Norman dkk, 2010, Periyalwar dan Dasarathy,2012.
Oleh karena dampak malnutrisi tersebut maka diperlukan penilaian status nutrisi sebagai data awal untuk mengetahui ada tidaknya malnutrisi pada pasien
SH. Status nutrisi pada penyakit hati dapat dinilai dengan berbagai pengukuran objektif, termasuk antropometrik seperti pengukuran berat badan, lingkar lengan,
ketebalan kulit dan laboratorium albumin serum, transferin dan keseimbangan N Setiawan dkk, 2007. Namun pengukuran antropometrik tidak ideal untuk
klinis dan begitu juga pengukuran objektif seperti albumin serum dipengaruhi banyak faktor yang bukan nutrisi. Pada stadium awal penyakit hati parameter-
parameter pengukuran nutrisi objektif yang biasa dapat digunakan untuk mengetahui status nutrisi namun jika dijumpai tanda dari penyakit hati stadium
akhir maka parameter objektif tidak selalu akurat. Dengan adanya pemeriksaan bioelectrical impedance analysis BIA yang bisa mengetahui komposisi tubuh
Universitas Sumatera Utara
dapat menilai status nutrisi dan bisa mengatasi masalah-masalah ini. Malnutrisi ditandai dengan perubahan integritas membran sel dan perubahan pada
keseimbangan cairan oleh karena itu pengukuran komposisi tubuh merupakan komponen penting dari keseluruhan evaluasi nutrisi. Dalam hal ini BIA juga telah
divalidasi untuk penilaian dari komposisi tubuh dan status nutrisi pada berbagai populasi termasuk pasien kanker dan pada SH yang dinilai dengan BIA dapat
memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan yang tersedia lainnya yang kurang akurat seperti antropometri atau pendekatan kreatinin. Penelitian ini telah
dilakukan di German dan didapatkan BIA sebagai pengukuran yang akurat dalam menilai malnutrisi pada pasien SH dengan asites ataupun yang tanpa asites.
Penelitian di Indonesia memang telah dilakukan dengan pemeriksaan antropometrik dan dihubungankan dengan skor Child Pugh dan status nutrisi,
namun dari penelitian ini didapatkan pemeriksaan antropometrik tidak akurat dalam penilaian status nutrisi Pirlich dkk, 2000 Yovita dkk, 2004.
Sejumlah besar penyakit-penyakit kronis, termasuk SH, membutuhkan suatu alat untuk memprediksi hasil akhir. SH termasuk kelompok dengan kondisi
berat yang mana pada prinsipnya harapan hidup merupakan hasil akhir. Skor prognosis pada SH adalah untuk memperkirakan kemungkinan kematian pada
jangka waktu yang ditentukan dan juga menggambarkan perkiraan kuantitatif dari sisa fungsi hati dan kemampuan untuk bertahan dengan pembedahan atau terapi
intervensi agresif lainnya. Skor Child yang pertama skor Child-Turcotte melibatkan 5 variabel bilirubin, albumin, asites, ensefalopati dan status nutrisi
yang kemudian dimodifikasi 10 tahun kemudian dengan skor Child Pugh dengan menggantikan status nutrisi dengan waktu protrombin atau INR Durand dkk,
2005, Huo dkk, 2008. Baik skor prognosis Child Pugh maupun Model of Endstage Liver Diseases MELD tidak memasukkan penilaian status nutrisi
sementara itu dari beberapa penelitian keadaan malnutrisi pada SH secara konsisten mempengaruhi harapan hidup. Balbino dan Silva, 2012 Periyalwar
dan Dasarathy, 2012. Faktor prognosis potensial yang memiliki hubungan kuat dengan status nutrisi dan terutama terhadap mortalitas yang telah dilaporkan oleh
banyak penelitian adalah Phase angle yang didapat dari pemeriksaan BIA Kristina dkk, 2012. Phase angle telah ditemukan sebagai faktor prognosis pada
Universitas Sumatera Utara
beberapa keadaan klinis seperti infeksi HIV, SH, PPOK, hemodialisis, sepsis dan kanker paru Gupta dkk, 2004. Pada pasien kanker paru non small sel stage IIIB
dan IV didapati phase angle dari BIA merupakan indikator prognosis independen dan intervensi nutrisi memperbaiki phase angle bisa potensial membawa
perbaikan harapan hidup pasien Gupta dkk, 2009. Phase angle dari BIA juga merupakan indikator potensial pada kanker kolorekti tahap lanjut dan bahkan pada
pada kanker pankreas tahap lanjut phase angle merupakan indikator prognosis yang kuat Gupta, Lis, dkk, 2004, Gupta dkk, 2008. Untuk SH sendiri telah
diteliti yang melibatkan pasien sehat, pasien yang dirawat di rumah sakit dan pasien dengan SH dan ditemukan pada pasien SH dijumpai peranan prognosis dari
phase angle jika phase angle 5.4 memiliki harapan hidup secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan pasien lain Selberg, 2002, Schloerb, 1996.
Keadaan malnutrisi khususnya pada SH merupakan hal penting dan yang mendasari penelitian ini untuk mengetahui status nutrisi pasien SH di Rumah
Sakit Umum Pusat RSUP Haji Adam Malik dengan menggunakan BIA. Salah satu parameter BIA yang dinilai adalah phase angle yang merupakan faktor
prognosis akan dihubungkan dengan skor prognosis Child Pugh.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan masalah