1.2 Perumusan masalah
Adakah terdapat hubungan antara phase angle pada bioelectrical impedance analysis dengan skor Child Pugh pada penderita SH.
1.3 Hipotesis
Pasien dengan nilai phase angle yang lebih rendah memiliki skor Child Pugh yang lebih tinggi.
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara phase angle dengan skor Child
Pugh pada penderita SH. 1.4.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran status nutrisi pasien SH sesuai dengan skor Child Pugh.
b. Untuk mengetahui gambaran status nutrisi dengan parameter BIA
1.5 Manfaat penelitian
a. Parameter BIA dapat memberikan gambaran status nutrisi yang lebih akurat, praktis dan tidak invasif pada pasien SH sehingga dapat
menggambarkan status nutrisi pada SH untuk penanganan yang lebih tepat.
b. Phase angle dapat memberikan data gambaran prognosis pasien SH yang cepat dan tidak invasif sebelum tindakan medis.
c. Sebagai data ke depan untuk pemakaian BIA dalam penilaian status nutrisi dan prognosis pasien SH selama mendapat intervensi medis dan penilaian
keberhasilan terapi penanganan malnutrisi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sirosis Hati
Sirosis hati merupakan perjalanan patologi terakhir dari kerusakan hati kronik akibat berbagai macam penyakit hati. Ada banyak keadaan yang akan
menyebabkan SH yang dapat kita lihat pada Tabel 2.1 Choudhury, 2006. SH sering tanpa gejala dengan prevalensi 4-10 dari pemeriksaan autopsi.
Jumlah pasien yang menderita SH di German diperkirakan sekitar 600.000 – 700.000 dengan kematian 25.000 pertahun peringkat ke-9 penyebab kematian
dan ke-5 untuk kelompok usia 45-65 tahun Kuntz, 2008. Pada masyarakat di Amerika Utara prevalensinya sekitar 3.6 per 1.000 Choudhury, 2006,
Prevalensi SH di Indonesia dari beberapa laporan rumah sakit umum hanya berdasarkan diagnosis klinis didapatkan prevalensi SH sekitar 3.5 4.044
pasien dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam 115.783 pasien Kusumobroto, 2007. Progesivitas kerusakan hati ini dapat
berlangsung dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun Kuntz, 2008.
Tabel 2.1 Etiologi Sirosis Hati Choudhury, 2006
1. Hepatitis C Kronis 26 2. Penyakit Alkoholik hati 21
3. Penyebab kriptogenik 18 4. Hepatitis B ± Hepatitis D 15
5. Penyebab lain : • Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkohol
• Hemokromatosis • Penyakit Wilson
•
Defisiensi α-1-antitripsin • Hepatitis autoimun
• SH Bilier Primer • SH Bilier Sekunder
• Kolangitis Sklerosing Primer • Sindroma Budd-Chiari
Universitas Sumatera Utara
• Akibat obat Metotreksat, amiodarone bisa termasuk beberapa kasus dari Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkohol
WHO memberi batasan histologi SH sebagai proses kelainan hati yang bersifat difus, ditandai fibrosis dan perubahan bentuk hati normal ke bentuk
nodul-nodul abnormal Kusumobroto, 2007. Pada pasien dengan kemungkinan SH perlu dilakukan 3 pendekatan yaitu:
1. Menegakkan diagnosis SH Diagnosis kemungkinan SH dapat dibuat berdasar anamnesis, pemeriksaan
fisik atau pemeriksaan laboratorium rutin namun kebanyakan dari perubahan klinis dan pemeriksaan laboratorium ini tidak spesifik. Diagnosis SH yang
paling akurat dalah biopsi hati namun tidak selalu perlu dilakukan pada semua kasus tetapi dapat dengan dijumpainya gagal hati, komplikasi dari SH dan
hipertensi portal. 2. Menentukan penyebab SH
3. Evaluasi prognosis pasien. Choudhury, 2006, Dancygier, 2010
Tabel 2.2 Gambaran Klinis dan Kelainan Laboratorium pada Sirosis Hati Choudhury, 2006
Pemeriksaan Klinis Kelainan Laboratorium
- Spider angioma
- Palmar eritema
- Kontraktur Dupuytren
- Muehrcke’s dan Terry’s nail
- Ginekomasti
- Hilangnya rambut aksial dan pubis
- Atrofi testikular
- Asites
- Hepatomegali
- Splenomegali
- Kaput medusa
- Fetor hepaticus
- Asterexis
-
Cruveilhier Baumgarten
- Hiperbilirubin
- Peningkatan aminotransferase
- Peningkatan alkali fosfat
- Hipoalbumin
- Profil kelainan koagulasi
- Trombositopenia
- Peningkatan A-glutamil
transpeptidase -
Hiperglobinemia -
Hiponatremia
Universitas Sumatera Utara
2.2. Prognosis Sirosis Hati