Bioelectrical impedance analysis BIA

memang menurun pada penyakit hati lanjut dan berfluktuasi selama terjadi peradangan Mason, 2010 Balbino dan Silva, 2012. Pada stadium awal penyakit hati parameter-parameter pengukuran nutrisi objektif yang biasa dapat digunakan untuk mengetahui status nutrisi. Namun jika dijumpai tanda dari penyakit hati stadium akhir maka parameter objektif tidak selalu sahih. Pada satu penelitian yang mencari hubungan antara pengukuran antropometri, kadar prealbumin dan transferin serum dalam mengevaluasi status nutrisi pada 30 pasien SH didapatkan adanya hubungan prealbumin dan transferin dengan Child Pugh. Namun tidak dijumpai antara hubungan antara Child Pugh dengan pengukuran antropometrik sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai dalam menilai status nutrisi. Beberapa pemeriksaan yang lebih spesifik bisa dilakukan dengan menilai komposisi tubuh adalah dual energy X-ray absorptiometry DEXA, Deuterium Oxide dilution in vivo neutron activation analysis IVNAA dan bioelectrical impedance analysis. BIA dibandingkan DEXA dan IVNAA lebih sederhana, tidak invasif, tidak mahal dan metode yang cepat menilai body cell mass BCM. BIA telah menunjukkan sebagai alat yang sahih dalam menilai KKP dengan mendeteksi penurunan BCM pada pasien SH terutama yang tanpa asites dijumpai hubungan yang sangat baik dan sangat signifikan antara BCM yang diukur dengan BIA dengan BCM yang diukur dengan kadar total kalium Pirlich dkk, 2000, Yovita dkk, 2004 Campillo, 2010.

2.6 Bioelectrical impedance analysis BIA

Penilaian komposisi tubuh adalah teknik yang bermanfaat untuk menilai status gizi. Pertama penilaian ini bisa mengevaluasi status nutrisi melalui pengukuran FFM dan kedua melalui pengukuran FFM dan phase angle dengan BIA dapat menilai prognosa dan hasil akhir. Pengukuran parameter komposisi tubuh seperti fat tissue mass, lean body mass LBM, body cell mass BCM, total body water TBW dan extracellular water ECW dapat dengan DEXA yang memberikan gambaran detil dan distribusi fat tissue mass, free fat mass FFM dan bone mineral content namun DEXA biayanya mahal dan tidak bisa sering diulangi karena radiasi. Oleh karena itu BIA yang relatif murah dan non invasif Universitas Sumatera Utara telah dipakai dalam pengukuran TBW, ECW, FFM Thibault dan Pichard, 2011, Jaffrin, 2009, Lee dan Gallagher, 2000, Kotler dkk, 1996. Prinsip BIA Metode ini berdasarkan kemampuan tubuh dari tubuh menghantarkan listrik dan dengan BIA akan mengukur perubahan arus listrik jaringan tubuh yang didasarkan pada asumsi bahwa jaringan tubuh adalah merupakan konduktor silinder ionik dimana lemak bebas ekstrasellular dan intrasellular berfungsi sebagai resistor dan kapasitor. Arus listrik dalam tubuh adalah jenis ionik dan berhubungan dengan jumlah ion bebas dari garam, basa dan asam, juga berhubungan dengan konsentrasi, mobilitas, dan temperatur medium. Jaringan terdiri dari sebagian besar air dan elektrolit yang merupakan penghantar listrik yang baik, sementara lemak dan tulang merupakan penghantar listrik yang buruk. Resistance R dari materi konduksi yang homogen dari daerah penampangnya adalah sebanding dengan panjangnya L dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya A, Gambar 3 Balbino Silva, 2012 Kyle dkk, 2004. Gambar 2.5 Prinsip BIA dari karakteristik fisik komposisi tubuh Kyle dkk, 2004 Tubuh memang bukan suatu silinder yang seragam dan konduktivitasnya tidak seragam tetapi secara empiris hubungan ini dapat ditetapkan dengan hasil bagi Lenght 2 R dan volume air yang terdiri dari elektrolit sebagai penghantar listrik dalam tubuh. Masalah yang lain tubuh memiliki dua tipe R yaitu Capasitative R reactance dan Resistive R biasa disebut Resistance. Resistance merupakan tahanan frekuensi arus listrik yang dihasilkan oleh cairan intrasel dan ekstrasel sedangkan capacitance merupakan tahanan frekuensi arus listrik yang Universitas Sumatera Utara dihasilkan oleh jaringan dan membran sel. Impedance adalah istilah dari kombinasi Capasitanse dan Resistive Gambar 4 Kyle dkk, 2004, Goswami dkk, 2007. Gambar 2.6 Pemasangan standar dari elektroda BIA di tangan dan kaki. Kyle dkk, 2004, Goswami dkk, 2007

2.6.1 Parameter BIA dalam penentuan komposisi tubuh Body Cell Mass BCM

BCM didefinisikan sebagai massa intraselular dalam tubuh, yang terutama berisi kalium tubuh 98-99. BCM pada hakekatnya merupakan massa dari seluruh elemen sel di dalam tubuh, oleh karena itu merupakan komponen aktif dari metabolism tubuh. Pada individu normal, pada jaringan otot terdiri dari sekitar 60 BCM, jaringan organ sekitar 20 BCM, dan sisanya 20 terdapat pada sel darah merah dan jaringan seperti adiposit, tendon, tulang dan tulang rawan. BCM merupakan kompartemen kaya protein yang dipengaruhi keadaan katabolik dan kehilangan BCM berhubungan dengan prognosis yang buruk. Free Fat mass FFM FFM adalah semua yang bukan lemak tubuh yang merupakan kombinasi dari Body Cell Mass BCM dan Extracellular Mass ECM. Fat Mass FM Lemak adalah tempat penyimpanan energi di dalam tubuh. Fat Mass FM sama dengan berat badan aktual dikurangi dengan Fat free Mass FFM. Nilai normalnya pengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Universitas Sumatera Utara Resting Metabolic Rate RMR Energi merupakan kebutuhan pokok bagi proses biologik. Tanpa energi, proses dasar biologik bagi kehidupan tidak terjadi. Metabolisme terjadi melalui 2 fase yang berbeda: 1. Katabolisme, badan memecah makanan dan menghasilkan energi dan disimpannya dalam ikatan atomnya. 2. Anabolisme, di mana bagian komponen dan energi itu digunakan untuk membangun jaringan yang baru dan melakukan fungsi dasar hidup. RMR adalah jumlah energi dalam tubuh yang dibutuhkan setiap hari untuk melakukan fungsi dasar hidup Lukaski,1985, Kyle dkk, 2004. Gambar 2.7 Skema diagram dari FFM, TBW, ICW, ECW dan BCM Kyle dkk, 2004 Tabel 2. 12 Nilai rerata kompartemen komposisi tubuh Thibault dan Pichard, 2012 Kompartemen seluruh tubuh Kompartemen spesifik Tingkat kompertemen Persentase dari TBW Nilai absolute pada 70 kg FFM termasuk TBW FM Protein Tubuh ICW ECW Jaringan Tulang ACM TBW Total FFM - Molecular Selular Selular Jaringan Selular Molecular Seluruh tubuh - 13 36 24 7 49 60 80 20 9 25 17 5 34 42 56 14 ACM= active cell mass, ECW= extracellular water, ICW= intracellular water, TBW= total body water. Phase angle Dari keseluruhan dampak yang diperlihatkan tubuh terhadap perubahan arus ada dua yaitu Resistance dan Reactance Xc. FFM di tubuh manusia Universitas Sumatera Utara mewakili resistance dan BCM sebagai reactance. Phase angle merupakan metode pengukuran secara linier hubungan antara resistance dan reactance pada rangkaian seri atau parallel. Phase angle = sudut reactanceresistance. Nilai phase angle dari 0-90’, 0’ jika sirkuit hanya resistive sistem tanpa membrane sel dan 90’ jika sirkuit hanya capacitive semua membrane tanpa cairan. Phase angle 45’ menggambarkan jumlah reactance dan resistance sama, nilai yang lebih rendah menandakan reactance yang rendah dan kematian sel atau kerusakan permebilitas membrane sel. Nilai phase angle yang normal pada pasien yang sehat berbeda berdasarkan jenis kelamin dan ras Tabel 2.13 Kyle dkk, 2004. Tabel 2.13 Data BIA pada 419 orang sehat di Malaysia Wong, 2004

2. 7 Manfaat Prognosis dari BIA

KKP berhubungan dengan prognosis buruk pada penyakit hati kronis dan untuk mengetahui malnutrisi protein pada pasien SH diperlukan pengukuran yang sahih. BIA merupakan pemeriksaan yang sensitif, aman dan tidak mahal yang dapat menentukan status nutrisi dan dengan BIA dapat ditentukan BCM yang dapat memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan yang tersedia lainnya yang kurang akurat seperti antropometri atau pendekatan kreatinin. BIA telah divalidasi untuk penilaian dari komposisi tubuh dan status nutrisi pada berbagai populasi termasuk pasien kanker Setiawan, 2007, Balbino dan Silva, 2012, Pirlich dkk, 2000. Universitas Sumatera Utara Malnutrisi ditandai dengan perubahan integritas membran sel dan perubahan pada keseimbangan cairan oleh karena itu pengukuran komposisi tubuh merupakan komponen penting dari keseluruhan evaluasi nutrisi. BIA mengukur komponen resistance dan capacitance tubuh yang mana akan menggambarkan phase angle yang merefleksikan kontribusi dari cairan resistance dan membran sel capacitance dari tubuh. Phase angle telah ditemukan sebagai faktor prognosis pada beberapa keadaan klinis seperti infeksi HIV, SH, PPOK, hemodialisis, sepsis dan kanker paru Gupta dkk, 2004 Balbino dan Silva, 2012. Phase angle merupakan indikator prognosis pada pasien dengan kanker stadium lanjut seperti kolorekti lanjut. Pada pasien kanker paru non small sel stage IIIB dan IV didapati phase angle BIA merupakan indikator prognosis independen dan intervensi nutrisi memperbaiki phase angle bisa potensial membawa perbaikan harapan hidup pasien Silvana dkk, 2009,Gupta dkk, 2009, Gupta dkk, 2004. BIA phase angle juga merupakan indikator potensial pada kanker kolorekti tahap lanjut dan bahkan pada pada kanker pankreas tahap lanjut phase angle merupakan indikator prognosis yang kuat Gupta,Lis, dkk, 2004, Gupta dkk, 2008. Saat ini parameter-parameter BIA juga telah dipakai pada pasien PPOK dan juga parameter phase angle distandarisasi sebagai faktor prognosis harapan hidup pada pasien kanker. Paiva dkk, 2011, Walter-Kroker dkk, 2011. Pada pasien SH satu penelitian yang melibatkan pasien sehat, pasien yang dirawat di rumah sakit dan pasien dengan SH ditemukan pada pasien SH dijumpai peranan prognosis dari phase angle jika phase angle 5.4 memiliki harapan hidup secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan pasien lain, Gambar 2.8 Selberg, 2002, Schloerb, 1996. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.14 Statistik dari Dampak Prognosis Phase angle disadur Norman dkk, 2012 Populasi Penelitian n Nilai ambang batas Dampak klinis pada pasien dengan nilai dibawah ambang batas HIV 75

5.6 Penurunan harapan hidup: perkiraan parameter