± 1.44 Child Pugh C ± 1.67 Hubungan antara phase angle pada pemeriksaan bioelectrical impedance analysis dengan skor Child Pugh pada penderita sirosis hati.

Tabel 5.2 Rerata Phase angle berdasarkan Skor Child Pugh Child Pugh Jumlah pasien n Rerata ± SD Child Pugh A 8 6.53 ± 1.44 Child Pugh B 17

5.24 ± 1.44 Child Pugh C

9 4.16 ± 1.61 Total 34

5.26 ± 1.67

Kurva ROC Phase Angle dengan skor Child Pugh a b Gambar 5.2: a. Kurva ROC nilai phase angle pada Child Pugh A AUC=0.774, p=0.021, b. Nilai cut-off phase angle 5.78 sensitivitas 75.0 , spesifisitas 69.2 a b Gambar 5.3: a. Kurva ROC nilai phase angle pada Child Pugh B AUC=0.484, p=0.877, b. Nilai cut-off phase angle 5.45 sensitivitas 47.1, spesifisitas 47.1 Titik nilai cut-off : 5.78 Titik nilai cut-off 5.45 Universitas Sumatera Utara a b Gambar 5.4: a. Kurva ROC nilai phase angle pada Child Pugh C AUC=0.267, p=0.040, b. Nilai cut-off phase angle 4.75 sensitivitas 33.31, spesifisitas 32.0 Gambaran status nutrisi berdasarkan klassifikasi Child Pugh Tabel 5.3. Status nutrisi SH berdasarkan antropometrik dan rerata albumin Variabel Child Pugh A Child Pugh B Child Pugh C BMI kgm2 23.81 ± 3.36 23.71 ± 3.71 23.13 ± 3.13 Albumin grdl 3.68 ± 0.40 2.75 ± 0.52 2.14 ± 0.40 Berdasarkan nilai BMI maka kita tidak menjumpai malnutrisi pada semua pasien SH BMI18.5 kgm2 namun jika berdasarkan rerata kadar albumin serum didapatkan pada semua pasien SH Child Pugh B dan C mengalami malnutrisi 100 dan untuk Child Pugh A dijumpai sebanyak 25. Gambar 5.5 Diagram BMI dan Albumin berdasarkan Child Pugh Titik nilai cut-off 4.75 Universitas Sumatera Utara Gambaran Nutrisi Berdasarkan Komposisi Tubuh Tabel 5.4 Parameter BIA pasien SH berdasarkan jenis kelamin Variabel Laki-laki n=25 Perempuan n=9 Berat Badan kg 65.78 ± 7.87 65.43 ± 13.21 kg BMI kgm2 23.81 ± 3.36 23.71 ± 3.71 FFM 77.98 ± 10.20 66.63 ± 9.76 FM 20.49 ± 8.13 33.36 ± 9.76 Phase angle 5.48 ± 1.43 4.65 ± 1.73 Tabel 5.4 menunjukkan parameter nutrisi dari BIA yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin, jika dibandingkan dengan nilai pada populasi sehat Tabel 2.13 pada laki-laki rerata persentase nilai FFM meningkat p=0.007 dengan FM yang menurun p0.001 namun jika dibandingkan pada perempuan peningkatan FFM p=0.122 dan penurunan FM p=0.127 tidak signifikan berbeda,. Hal yang sama juga dengan penurunan nilai phase angle pada perempuan tidak dijumpai perbedaan bermakna p=0.083 sementara pada laki-laki p0.001. Sama halnya jika dibandingkan dengan penelitian di Medan sebelumnya pada laki-laki nilai phase angle 6.6 ± 0.8 dan perempuan 5.5 ± 0.8 maka p=0.002 untuk laki-laki signifikan dan p=0.182 untuk perempuan Sungkar dkk, 2010. Gambar 5.6 Persentase FFM dan FM berdasarkan jenis kelamin 5.2 Pembahasan Dari penelitian ini didapatkan korelasi Pearson sebesar r: -0.522 antara nilai phase angle dan skor Child Pugh secara signifikan p=0.002 yang sesuai dengan penelitian sebelumnya Selberg dkk. Dalam hal harapan hidup kumulatif dari penelitian Selberg dkk Gambar 7 maka tampak nilai phase angle makin Universitas Sumatera Utara rendah secara signifikan mempengaruhi harapan hidup terutama dengan nilai dibawah 5.4 p0.01. Sama halnya dengan harapan hidup 2 tahun dengan skor Child A 85, Child B 60 dan Child C 30, hal ini juga dapat dilihat pada phase angle seperti Gambar 7 yaitu pada 24 bulan harapan hidup kumulatif dengan phase angle 4.4 lebih sedikit daripada 4.4-5.4 dan seterusnya. Pada penelitian sebelumnya nilai phase angle yang ditemukan signifikan berbeda antara skor Child Pugh kurang dari 6 dengan yang lebih dari 10 Selberg, 2002 dengan kata lain antara Child Pugh A dan C. Dari hasil penelitian ini didapatkan rerata nilai phase angle pasien yang menurun mengikuti tingkat keparahan klassifikasi Child Pugh Gambar 5.1 yang juga sama dengan penelitian sebelumnya hanya dijumpai perbedaan bermakna nilai phase angle antara Child Pugh A dan C p=0.003. Phase angle telah dipakai sebagai indikator prognosis pada SH dengan cut off nilai phase angle 5.4 menurunkan angka harapan hidup 4.5 tahun, p0.001 Norman dkk, 2012. Dari penelitian ini dari kurva ROC yang memiliki p0.05 hanya pada Child Pugh A dan C namun nilai cut-off phase angle masih dengan sensitivitas dan spesifisitas yang rendah yaitu pada Child Pugh A nilai cut-off phase angle 5.78 sensitivitas 75.0 , spesifisitas 69.2 sementara itu pada Child Pugh C nilai cut-off phase angle 4.75 sensitivitas 33.31, spesifisitas 32.0. Penelitian yang dipublikasikan baru- baru ini di Brazil melibatkan 129 pasien dengan desain prospektif mendapatkan nilai cut-off 5.4 yang jika nilai phase angle 5.4 merupakan pasien SH yang malnutrisi dengan sensitivitas 68.9 dan spesifisitas 70.0. Fernandes dkk, 2012. Nilai cut-off phase angle yang mendekati 5.4 dijumpai pada Child Pugh B pada penelitian ini 5.45 sensitivitas 47.1, spesifisitas 47.1 yang dengan penilaian rerata albumin mengalami malnutrisi Gambar 5.5. Rendahnya phase angle berhubungan dengan morbiditas dan resiko nutrisi dan nilai cut-off terbaik dari laporan penelitian 2012 yaitu pada pria 5.0 dan perempuan 4.0. Penggunaan nilai phase angle ini juga telah diuji konsistensi sensitivitas dan spesifitasnya terhadap 3 penilaian nutrisi yaitu Nutritional Risk Screening NRS-2002, Subjective Global Assessment SGA dan albumin serum. Penggunaan phase angle menjadi menarik dan terus diteliti karena merupakan metode yang bisa menilai resiko nutrisi dan morbiditas yang non invasif, objektif, langsung dan Universitas Sumatera Utara cepat kurang dari 2 menit. Penilaian phase angle bermanfaat dalam skrining penilaian resiko nutrisi dan nilai phase angle yang rendah secara signifikan berhubungan dengan resiko nutrisi, lama rawatan dan kematian. Hal ini menyarankan phase angle sebagai parameter nutrisi untuk dimasukkan dalam Child Pugh dan MELD dalam hal memberikan prognosis yang lebih baik Balbino dan Silva,2012, Kyle, Soundar, dkk 2012 Kyle, Laurence, dkk 2012. Nilai prognosis potensial harapan hidup dari status nutrisi telah diteliti dapat menambah kesahihan dari skor Child Pugh dan MELD Gunsar dkk, 2006. Pada penelitian pengukuran status nutrisi dengan BMI didapatkan rerata BMI ditiap klassifikasi Child Pugh adalah normal padahal kenyataannya malnutrisi pada SH sering dijumpai Gambar 5.5. Dari penelitian ini didapatkan BMI juga tidak berkorelasi dengan phase angle. Berat badan ideal dan BMI tidak bisa digunakan pada penderita SH karena adanya edema dan asites yang cenderung terjadi pada SH. Pengukuran antropometrik tidak berkorelasi dengan albumin, prealbumin dan transferin Yovita dkk, 2004 yang pada penelitian ini juga didapatkan hal yang sama yaitu tidak ada korelasi antara BMI dan albumin. Jika albumin serum dipakai sebagai penilaian status nutrisi maka hanya 9 pasien 26.47 normal dan sisanya 25 pasien 73.53 malnutrisi yang terdiri dari : malnutrisi ringan 9 pasien 26.47, sedang 10 pasien 29.41, berat 6 pasien 17.64. Jika dikategorikan berdasarkan Child Pugh maka malnutrisi berdasarkan rerata albumin dijumpai pada Child Pugh B ringan dan Child Pugh C sedang. Prevalensi malnutrisi mencapai 25 pada kategori Child Pugh A yang sama dengan pada penelitian sebelumnya, 82.36 pada Child Pugh B dan bahkan pada Child Pugh C mencapai 100 lebih tinggi dari sebelumnya McCullough, 2006, Tsiaousi dkk, 2008. Albumin berkorelasi negatif r= -0.79 p0.001 dengan skor Child Pugh dan berkorelasi positif r=0.46 p=0.006 dengan phase angle. Malnutrisi pada SH karakteristik utamanya menurunnya protein viseral kadar albumin serum rendah sejalan dengan defisiensi protein somatik. Albumin masih merupakan salah satu parameter penilaian nutrisi yang berhubungan dengan harapan hidup pada kadar albumin yang bertahan 3.5 grdl mempunyai ketahanan hidup 10 tahun rerata 70 dibandingkan 3.5 grdl hanya 30 Setiawan, 2007. Prevalensi malnutrisi kronik berdasarkan penurunan Universitas Sumatera Utara persentase FM didapat 17 pasien 50 dengan 11.11 pada Child Pugh A, 58.82 pada Child Pugh B dan 66.67 pada Child Pugh C. Perbedaan persentase malnutrisi pada SH ini dipengaruhi oleh teknik pengukuran dan sangat bervariasi antara 10-100 dan berhubungan dengan skor Child Pugh Norman dan Pirlich, 2010, McCullogh, 2006. Penelitian ini menunjukkan bahwa masih tinggi prevalensi malnutrisi pada pasien SH di RSUP. H. Adam Malik. Pengukuran antropometrik yang tidak akurat dapat kita lihat dari komposisi tubuh melalui parameter BIA yang disesuaikan dengan jenis kelamin dan ras. Dari penelitian ini didapatkan peningkatan FFM dan penurunan rerata FM Tabel 5.4. Perubahan ini secara statistik pada perempuan tidak bermakna dengan sampel hanya 9 orang namun adanya penurunan rerata persentase FM Gambar 5.6 merupakan indikasi malnutrisi kronik dengan nilai normal berdasarkan komposisi tubuh Tabel 2.13. Hal ini menunjukkan perubahan komposisi tubuh dimana dijumpai penurunan FM yang biasa terjadi karena KKP walaupun berat badan masih ideal. Mason, 2010 Norman dkk, 2012. Penelitian ini mendapatkan perubahan komposisi tubuh dan hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa gangguan ini pararel dengan kerusakan hati Campillo, 2010. Hal ini penting karena evaluasi komposisi tubuh sangat berperan dalam mendeteksi dini malnutrisi dan juga pemantauan status nutrisi selama perawatan Thibault, 2012. Indikasi untuk terapi diet berdasarkan RCT menunjukkan hasil menguntungkan dan berdasarkan European Society of Clinical Nutrition and Metabolism ESPEN ada indikasi terapi suportif rekomendasi level A pada pasien SH jika kebutuhan tidak terpenuhi dengan makanan biasa Jens Kondrup, 2010. Kelemahan penelitian ini adalah jumlah sampel untuk tiap kategori Child Pugh yang masih kurang sehingga belum bisa didapatkan hubungan antara nilai phase angle pada tiap klassifikasi Child Pugh A, B dan C dan nilai cut-off dengan sensitivitas dan spesifisitas yang sangat rendah pada penelitian ini. Selain jumlah sampel yang sedikit maka penelitian ini bersifat observasional cross sectional sehingga peranan phase angle dalam faktor prognosis belum bisa diteliti seperti penelitian lain yang telah dilakukan pada SH maupun penyakit kronik lainnya. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Phase angle secara signifikan berkorelasi negatif dengan Child Pugh sebagai faktor prognosis dimana semakin rendah nilai phase angle maka semakin tinggi skor Child Pugh. 2. Prevalensi malnutrisi pada pasien rawat inap dan rawat jalan masih tinggi berdasarkan parameter nutrisi kadar albumin serum dan Child Pugh yaitu 25 pada Child Pugh A, 82.36 pada Child Pugh B dan bahkan 100 pada Child Pugh C. 3. Dijumpai perubahan komposisi tubuh dengan penurunan rerata FM sebagai tanda malnutrisi kronik dengan prevalensi 17 pasien 50 yaitu 11.11 pada Child Pugh A, 58.82 pada Child Pugh B dan 66.67 pada Child Pugh C.

6.2. Saran