Malnutrisi 1.2-1.8 Kolestatis 1.0-1.5 Encefalopati Grade 1 atau 2 Sesudah transplantasi Pemeriksaan Status Nutrisi Pasien SH

Tabel 2.11 Penanganan Malnutrisi pada Penyakit Hati McCullogh, 2006 Keadaan Klinis Protein gkg hari Kalori kcalk ghari KH Lemak Target Nutrisi 1. Hepatitis akut atau kronik 1.0-1.5 30-40 67-80 20-33 Pencegahan malnutrisi Meningkatkan regenerasi

2. SH tanpa komplikasi

1.0-1.2 30-40 67-80 20-33 Pencegahan malnutrisi Meningkatkan regenerasi

3. SH dengan komplikasi

a. Malnutrisi 1.2-1.8

40-50 72 28 Mengembalikan ke status nutrisi normal.

b. Kolestatis 1.0-1.5

30-40 73-80 20-27 Pencegahan malnutrisi Penanganan malabsorpsi lemak

c. Encefalopati Grade 1 atau 2

0.5-1.2 25-40 75 25 Mempertahankan kebutuhan nutrisi tanpa mencetuskan ensefalopati Grade 3 atau 4 0.5 25-40 75 25 4.Transplantasi hati a. Sebelum transplantasi 1.2-1.8 30-50 70-80 20-30 Mengembalikan ke status nutrisi normal.

b. Sesudah transplantasi

1.0 30-35 70 ≤30 Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal

2.5 Pemeriksaan Status Nutrisi Pasien SH

Tujuan dari penilaian gizi adalah untuk mengidentifikasi KKP yang bisa hampir tidak kelihatan namun sebagian besar kasus terdeteksi ketika penilaian gizi yang sistematis dilakukan. Contoh malnutrisi kalori yang hampir tidak terlihat tapi secara klinis signifikan ditemukan pada SH alkoholik Child Pugh A yang biasanya muncul dengan gizi baik. Salah satu kriteria untuk menentukan status kelas Child Pugh A adalah kadar albumin serum normal namun dengan whole- body nitrogen telah menunjukkan bahwa lebih dari setengah dari kelas A tersebut individu memiliki kurang dari 80 protein tubuh total yang merupakan ambang batas yang jika dibawahnya meningkatkan morbiditas terkait malnutrisi. Penilaian status nutrisi dengan kadar albumin memiliki keterbatasan karena biasanya Universitas Sumatera Utara memang menurun pada penyakit hati lanjut dan berfluktuasi selama terjadi peradangan Mason, 2010 Balbino dan Silva, 2012. Pada stadium awal penyakit hati parameter-parameter pengukuran nutrisi objektif yang biasa dapat digunakan untuk mengetahui status nutrisi. Namun jika dijumpai tanda dari penyakit hati stadium akhir maka parameter objektif tidak selalu sahih. Pada satu penelitian yang mencari hubungan antara pengukuran antropometri, kadar prealbumin dan transferin serum dalam mengevaluasi status nutrisi pada 30 pasien SH didapatkan adanya hubungan prealbumin dan transferin dengan Child Pugh. Namun tidak dijumpai antara hubungan antara Child Pugh dengan pengukuran antropometrik sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai dalam menilai status nutrisi. Beberapa pemeriksaan yang lebih spesifik bisa dilakukan dengan menilai komposisi tubuh adalah dual energy X-ray absorptiometry DEXA, Deuterium Oxide dilution in vivo neutron activation analysis IVNAA dan bioelectrical impedance analysis. BIA dibandingkan DEXA dan IVNAA lebih sederhana, tidak invasif, tidak mahal dan metode yang cepat menilai body cell mass BCM. BIA telah menunjukkan sebagai alat yang sahih dalam menilai KKP dengan mendeteksi penurunan BCM pada pasien SH terutama yang tanpa asites dijumpai hubungan yang sangat baik dan sangat signifikan antara BCM yang diukur dengan BIA dengan BCM yang diukur dengan kadar total kalium Pirlich dkk, 2000, Yovita dkk, 2004 Campillo, 2010.

2.6 Bioelectrical impedance analysis BIA