Penerapan Peraturan Rahasia Bank

Sebagaimana diketahui, suatu perusahaan berskala besar tidak mungkin dapat beroperasi tanpa di bantu dengan kredit. Kiranya tidak ada perusahaan berskala besar yang hanya memakai modal sendiri dari pemiliknya untuk menjalankan usahanya. Karena itu, hampir semua perusahaan beroperasi dengan modal kerja sebagaian besar dari dana pinjamankredit. Apabila kemudian nama- nama perusahaan tersebut yang telah memperoleh kredit diumumkan kepada masyarakat, dikhawatirkan nantinya perusahaan tersebut akan sulit untuk melanjutkan usahanya karena semua hutangnya akan ditagih dan perusahaan itu tidak lagi dapat membeli bahan-bahan secara kredit melainkan harus tunai. Dengan demikian, bukankah keadaan ini akan menyulitkan para pengusaha untuk bertahan, belum lagi pengumuman semacam itu dimanfaatkan oleh lawan-lawan dagangnya untuk menjatuhkan usahanya. Singkatnya, pengumuman nama-nama debitur lebih banyak memiliki segi negatifmya dari pada sisi positifnya. Sehingga dikhawatirkan ,perusahaan-perusahaan besar nantinya akan mengusahakan kredit dari bank-bank di luar negeri untuk menghindarkan diumumkannya nama perusahaan yang bersangkutan. Kalau hal ini sampai terjadi, maka yang rugi adalah perbankan nasional kita sendiri.

C. Penerapan Peraturan Rahasia Bank

Undang-undang tidak membatasi bahwa yang merupakan pihak yang merasa dirugikan hanyalah pihak nasabah saja. Dengan demikian siapapun juga, baik nasabah itu sendiri maupun pihak lain, bila merasa dirugikan oleh pemberian keterangan bank bersangkutan dapat meminta pembetulan yang di maksud. Universitas Sumatera Utara Dalam hal bank tersebut tidak bersedia melakukan pembetulan yang mana di minta oleh pihak yang dirugikan maka pihak yang dirugikan itu bukan saja dapat menggugat bank melalui pengadilan perdata, tetapi dapat pula megadukan halnya kepada pihak kepolisiankejaksaan berdasarkan bank tersebut telah melakukan tindak pidana yang ditentukan oleh Pasal 49 ayat 2 huruf b dari Undang-undang No.10 Tahun 1998. Bunyi lengkap pada Pasal 49 ayat 2 huruf b adalah sebagai berikut : Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam undang-undang lainnya yang berlaku bagi bank, di ancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 tiga tahun dan paling lama 6 enam tahun dan denda sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,- lima milyar rupiah dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,- seratus milyar rupiah. Sanksi pidana penjara dan denda menurut Pasal 49 ayat 2 huruf b tersebut bersifat kumulatif dan bukan alternatif. Artinya, hakim tidak dapat menjatuhkan salah satu dari bentuk sanksi pidana itu, tetapi harus kedua-duanya. Demikian pula terpidana tidak dapat memilih salah satu jenis pidana tersebut. Perbuatan melanggar rahasia bank yang dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris, Direksi, Pegawai Bank atau Pihak Terafiliasi lainnya adalah tindak pidana kejahatan yang di ancam dengan pihak penjara sekurang-kurangnya 2 dua tahun dan paling lama 4 empat tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000,- empat milyar rupiah dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,- delapan milyar rupiah, demikian ditentukan oleh Pasal 47 jo Pasal 51 Undang- Undang No. 10 Tahun 1998. Kedua sanksi pidana tersebut, yakni sanksi pidana penjara dan denda dijatuhkan secara komulatif dan bukan secara alternatif. Universitas Sumatera Utara Secara eksplisit ada dua jenis tindak pidana yang ditentukan oleh Pasal 47 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang berkaitan dengan rahasia bank. Yang pertama ialah tindakan pidana yang dilakukan oleh mereka yang tanpa membawa perintah atau izin dari Pimpinan Bank Indonesia dengan sengaja memaksa bank atau pihak yang terafiliasi untuk memberikan keterangan yang harus dirahasiakan oleh Bank. Hal itu ditentukan oleh Pasal 47 ayat 1. Sedang tindak pidana yang ke dua ialah tindak oidana yang dilakukan oleh pihak terafiliasi yang dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan oleh bank. Tindak pidana tersebut ditentukan oleh Pasal 47 ayat 2. Untuk lebih jelasnya, bunyi Pasal 47 ayat 1 dan 2 tersebut adalah sebagai berikut : 1 Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana di maksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A dan Pasal 42 dengan sengaja bank atau pihak terafiliasi untuk memberikan keterangan sebagaimana di maksud dalam Pasal 40, di ancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 dua tahun dan paling lama 4 empat tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,- aepuluh milyar rupiah dan paling banyak Rp. 200.000.000.000,- dua ratus milyar rupiah. 2 Anggota Dewan Komisaris, Direksi, Pegawai Bank atau Pihak Terafiliasi lainnya dengan sengajamemberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, di ancam dengan pidana sekurang-kurangnya 2 dua tahun dan paling lama 4 empat tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. Universitas Sumatera Utara 4.000.000.000,- empat milyar rupiah dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,- delapan milyar rupiah. Pasal 47 ayat 1 merupakan tindak pidana formal, maka pihak yang memaksa tersebut tetap saja dapat di tuntut dan dikenai pidana sekalipun tidak sampai berhasil membuat pihak bank dan pihak terafiliasi memberikan keterangan yang dimintainya. Telah dipermasalahkan oleh masyarakat mengenai hal-hal sebagai berikut: a. Apakah mereka yang memperoleh keterangan dari bank mengenai keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank tersebut berdasarkan surat perintah atau izin Pimpinan Bank Indonesia boleh lebih lanjut memberikan keterangan itu kepada pihak lain. b. Apakah mereka yang memperoleh keterangan dari bank yang dilakukan oleh bank tidak dalam rangka pengecualian yang ditentukan oleh Pasal 41, Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44 dan Pasal 44 A menggunakan bocoran rahasia bank dapat di pidana. c. Apakah dasar hukum kepidanaan bagi mereka yang termasuk dalam huruf b tersebut di atas. Mengenai mereka yang termasuk huruf a di atas tidak di atur oleh Undang-undang No. 10 Tahun 1998. Artinya Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tidak menentukan sebagai hal yang di larang, tetapi juga tidak menentukan sebagai yang diperbolehkan. Penggunaan keterangan yang di peroleh dalam rangka pengecualian itu hanya terbatas kepada tujuandiperbolehnya keterangan itu. Misalnya pihak kejaksaan yang memperoleh keterangan itu terbatas kepada keperluan untuk melakukan penuntutan tindak pidana yang akan dituduhkan Universitas Sumatera Utara kepada nasabah yang bersangkutan. Misalnya, bank yang memperoleh keterangan dari bank lain dalam rangka informasi antar bank hanya boleh menggunakan keterangan yang diperolehnya itu terbatas dalam rangka bank tersebut mempertimbangkan permohonan kredit yang di minta nasabah tersebut. Yang termasuk dalam huruf b tersebut di atas mungkin masih dapat diperdebatkan dengan keras mengenai dapat tidaknya mereka itu di tuntut, karena telah melakukan tindak pidana dan masih pula dapat diperdebatkan dengan keras mengenai macam tindak pidana apa yang telah dilakukan mereka itu. Namun bila nasabah berpendapat telah dirugikan sebagai akibat dari penggunaan keterangan yang menyangkut keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bersangkutan oleh mereka yang memperoleh keterangan itu dari pihak bank yang membocorkannya secara bertentangan dengan rahasia bank, maka nasabah tersebut dapat mengajukan ganti kerugian kepada mereka berdasarkan perbuatan melawan hukum sebagaimana di atur oleh Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 7

D. Pembocoran Rahasia Bank