Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Bank Yang Telah Dipenuhi Di Bank Danamon

BAB IV SISTEMATIKA DAN PROSEDUR PENERAPAN RAHASIA BANK PADA PT.BANK DANAMON INDONESIA,TBK. MEDAN

A. Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Bank Yang Telah Dipenuhi Di Bank Danamon

Perlindungan hukum terhadap rahasia keuangan dari nasabah hingga saat ini sudah sangat dipenuhi di Bank Danamon. Bank Danamon selalu mengikuti ketentuan Undang-Undang dan peraturan Bank Indonesia. Apabila Bank Indonesia tidak termasuk sebagai pihak yang dikecualikan untuk dapat memperoleh informasi dari bank mengenai keadaan keuangan nasabah-nasabah bank tersebut, sudah barang tentu Bank Indonesia tidak mungkin melakukam pembinaan dan pengawasan bank sebagaimana fungsi tersebut ditetapkan oleh pasal 29 ayat 1 Undang-Undang No.7 Tahun 1992 jo Undang- Undang No.10 Tahun 1998. Menurut pasal 30 ayat 1 : “Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”. Selanjutnya pasal 30 ayat 2 menentukan : “Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku da berkas- berkas yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterngan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan ke bank yang bersangkutan”. Ketentuan ayat 1 dan ayat 2 Universitas Sumatera Utara pasal 30 tersebut jangan ditafsirkan semata-mata secara gramatikal, tetapi harus pula ditafsirkan secara teleologis menurut tujuannya. Mengingat bahwa tujuan dari ketentuan pasal 30 tersebut adalah agar Bank Indonesia dapat menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan bank sebagaimana mestinya, maka segala keterangan dan penjelasan serta pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada di bank termasuk yang menyangkut keadaan keuangan dan hal-hal lain yang menyangkut masing-masing nasabah. Pasal 42 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menentukan bahwa untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, hakim melalui ketua mahkamah agung harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Pimpinan Bank Indonesia untuk dapat memperoleh keterangan dari Pimpinan Bank Indonesia untuk dapat memperoleh keterangan dari bank tentang keadaan keuangan terdakwa yang menjadi nasabah bank itu. Hakim dalam menjalankan tugasnya memeriksa suatu perkara, bukan saja perkara perdata, tetapi juga perkara pidana, tidak seyogyanya perlu mendapat izin terlebih dahulu dari pimpinan Bank Indonesia sebagaiman menurut pasal 42 Undang-undang No.10 Tahun 1998 itu. Justru di Negara-negara lain izin pengecualian diberikan oleh pengadilan. Menurut ketentuan pasal 42 Undang-Undang no. 10 Tahun 1998 itu bertentangan dengan penjelasan pasal 24 dan pasal 25 Undang-Undang Dasar 1945. Penjelasan pasal 24 dan pasal 25 Undang-Undang Dasar 1945 mengemukakan : “Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh pemerintah.” Universitas Sumatera Utara Mengenai kekuasaan kehakiman yang merdeka ini lebih lanjut ditentukan dan dijamin oleh TAP MPR No. IIIMPR1978 yang mengemukakan : “Mahkamah Agung adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang dalam pelaksanaan tugasnya, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya.” Ketentuan pasal 42 No.10 Tahun 1998 yang menentukan bahwa hakim harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Menteri Keuangan melalui Ketua Mahkamah Agung untuk dapat memperoleh keterangan dari bank tentang keadaan keuangan terdakwa yang menjadi nasabah bank dari bank bersangkutan menunjukkan bahwa kekuasaan kehakiman telah dicampuri pemerintah. Jelas, karena pasal 42 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, maka seharusnya di ubah.

B. Sistem Dan Prosedur Rahasia Bank Pada Bank Danamon Cabang Medan.