Pembocoran Rahasia Bank Perlindungan Hukum Terhadap Keamanan Rahasia Bank Dalam Praktek Bank Danamon Cabang Medan

kepada nasabah yang bersangkutan. Misalnya, bank yang memperoleh keterangan dari bank lain dalam rangka informasi antar bank hanya boleh menggunakan keterangan yang diperolehnya itu terbatas dalam rangka bank tersebut mempertimbangkan permohonan kredit yang di minta nasabah tersebut. Yang termasuk dalam huruf b tersebut di atas mungkin masih dapat diperdebatkan dengan keras mengenai dapat tidaknya mereka itu di tuntut, karena telah melakukan tindak pidana dan masih pula dapat diperdebatkan dengan keras mengenai macam tindak pidana apa yang telah dilakukan mereka itu. Namun bila nasabah berpendapat telah dirugikan sebagai akibat dari penggunaan keterangan yang menyangkut keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bersangkutan oleh mereka yang memperoleh keterangan itu dari pihak bank yang membocorkannya secara bertentangan dengan rahasia bank, maka nasabah tersebut dapat mengajukan ganti kerugian kepada mereka berdasarkan perbuatan melawan hukum sebagaimana di atur oleh Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 7

D. Pembocoran Rahasia Bank

Dalam aktivitasnya, lembaga keuangan tidak hanya menjalankan kegiatan menarik dan menyalurkan kembali dana dari dan kepada masyarakat, tetapi lebih jauh menawarkan jasa-jasa usaha yang boleh dilakukan. Lembaga keuangan misalnya bank menurut ketentuan Pasal 6 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 7 Pengaribuan, Emmy Simanjuntak, 1979, Pembukaan Kreedit Berdokumen Document Credit Opening, Cetakan Kedua, Percetakan Liberty, Yogyakarta. Universitas Sumatera Utara sebagaimana telah di ubah dengan undang-Undang No. 10 Tahun 1998 dapat menjalankan fungsi antara lain : 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam sbentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; 2. Memberikan kredit; 3. Menerbitkan surat pengakuan hutang; 4. Membeli dan menjual atau menjammin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya; a. Surat-surat wesel termasuk wesel diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama dari pada kebiasaan dalam perdagangan surat- surat dimaksud; b. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat di maksud; c. Kertas Sertifikat Bank Indonesia SBI; d. Perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah; e. Obligasi; f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 satu tahun; g. Instrument surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 satu tahun; 5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah; Universitas Sumatera Utara 6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain bain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk, cek dan sarana lainnya; 7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga; 8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; 9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak; 10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek; 11. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank dengan ketentuan agunan yang di beli tersebut wajib dicairkan secepatnya; 12. Melakukan kegiatan anjak piutang usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat; 13. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah; 14. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengingat demikian pentingnya peranan bank, maka pengaturan gerak pelaksanaan bank harus pula diiringi sesuai dengan perannya yang strategis tersebut. Aktivitas bank yang berkaitan dengan menghimpun dan menyalurkan Universitas Sumatera Utara dana masyarakat secara efektif dan efesien agar mencapai sasaran yang optiman, maka harus pula diiringi dengan pembinaan dan pengawasan yang efektif dan optimal pula. Sasaran yang hendak di capai dari upaya pembinaan dan pengawasan tersebut adalah agar perbankan mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar dan mampu menghadapi persaingan yang bersifat global, mampu melindungi secara baik dana yang dititipkan masyarakat kepadanya, serta mampu menyalurkan dana tersebut ke bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian sarana pembangunan. Oleh karena itu dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam Pasal 2 ditetapkan salah satu azas dari system perbankan di Indonesia adalah azas demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Persyaratan bank yang sehat dan mampu melindungi dana yang dititipkan masyarakat kepadanya merupakan hal yang sangat diperlukan guna menumbuhkan kepercayaan terhadap dunia perbankan. Untuk itu prinsip kehati- hatian dalam mengelola dana haruslah dijadikan sebagai way of thinking oleh para bankir. Ini berarti pula prinsip kehati-hatian harus di anut secara pro aktif. Kegagalan penyelenggaraan usaha-usaha perbankan lebih banyak terjadi oleh karena kurang kehati-hatian pihak bank dalam mengelola dana masyarakat. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan bank berada dalam posisi sulit dan membahayakan. Jika ini terjadi maka Bank Indonesia sebagai bank Sentral akan mengambil kebijakan guna menyelamatkan posisi bank itu. Universitas Sumatera Utara Pasal 37 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan : 1 Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan usaha agar : a. Pemegang saham menambah modal; b. Pemegang saham mengganti Dewan Komisaris dan atau Direksi Bank; c. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah yang macet, dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya; d. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain; e. Bank di jual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban; f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank terhadap pihak lain; g. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank atau pihak lain. 2 Apabila : a. Tindakan sebagaimana di maksud dalam ayat 1 belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank atau; b. Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan keadaan suatu perbankan, Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut ijin usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk segera Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan Rapat umum Pemegang Saham guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuidasi. 3 Dalam hal direksi bank tidak menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana di maksud dalam ayat 2, Pimpinan bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisi pembubaran badan hukum bank, penunjukan tim likuidasi dan perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 37 A 1 Apabila menurut penilaian Bank Indonesia terjadi kesulitan perbaikan yang membahayakan perekonomian nasional atas permintaan bank Indonesia, pemerintah setelah berkonsultasi kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dapat membentuk badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan. 2 Badan khusus sebagaimana di maksud dalam ayat 1 melakukan program penyehatan terhadap bank-bank yang ditetapkan dan diserahkan oleh bank Indonesia kepada badan di maksud. 3 Dalam melaksanakan program penyehatan terhadap bank-bank, bandan khusus sebagimana di maksud dalam ayat 1 mempunyai wewenang sebagaimana di maksud dalam Pasal 37 ayat 1 serta wewenang lain , yaitu : a. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham termasuk hak dan wewenang Rapat Umum Pemegang Saham; Universitas Sumatera Utara b. Mengambil alih dan melaksanakan segala hak dan wewenang Direksi dan Komisaris Bank; c. Menguasai, mengelola dan melakukan tindakan kepemilikan atas kekayaan milik atau yang menjadi hak bank, termasuk kekayaan bank yang berada pada pihak manapun, baik di dalam maupun di luar negeri; d. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri dan atau mengubah kontrak yang mengikat bank dengan pihak ketiga, yang menurut pertimbangan badan khusus merugikan bank; e. Menjual atau mengalihkan kekayaan bank, Direksi, Komisaris dan Pemegang Saham tertentu di dalam negeri, baik secara langsung maupun melalui penawaran umum; f. Menjual atau mengalihkan tagihan bank dan atau menyerahkan pengelolaan nya kepada pihak lain, tanpa memerlukan persetujuan nasabah debitur; g. Mengalihkan pengelolaan kekayaan dan atau manajemen bank kepada pihak lain; h. Melakukan penyertaan modal sementara pada bank, secara langsung atau melalui pengonversian tagihan badan khusus menjadi penyertaan modal pada bank; i. Melakukan penagihan piutang bank yang sudah pasti dengan penerbitan surat paksa; Universitas Sumatera Utara j. Melakukan pengosongan atas tanah dan atau bangunan milik atau yang menjadi hak bank yang dikuasai oleh pihak lain, baik sendiri maupun dengan bantuan alat Negara penegak hukum yang berwenang; k. Melakukan penelitian dan pemeriksaan untuk memperoleh segala keterangan yang diperlukan dari dan mengenai bank dalam program penyehatan dan pihak manapun yang terlibat atau patut di duga terlibat, atau mengetahui kegiatan yang merugikan bank dalam program penyehatan tersebut; l. Menghitung dan menetapkan kerugian yang dialami bank dalam program penyehatan dan membebankan kerugian tersebut kepada modal bank yang bersangkutan dan bila mana kerugian tersebut terjadi karena kesalahan bank atau kelalaian Direksi, Komisaris dan atau Pemegang Saham, maka kerugian tersebut akan dibebankan kepada yang bersangkutan; m. Menetapkan jumlah tambahan modal yang wajib di setor oleh pemegang saham bank dalam program penyehatan; n. Melakukan tindakan lai yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan sebagaimana di maksud dalam huruf a sampai dengan huruf 4 Tindakan peneyehatan perbankan oleh badan khusus sebagaimana di maksud dalam ayat 3 adalah sah berdasarkan undang-undang ini. 5 Atas permintaaan badan khusus sebagaiman di maksud dalam ayat 1, bank dalam program penyehatan wajib memberikan segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya termasuk memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas yang ada padanya dan wajib memberikan Universitas Sumatera Utara bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh keterangan, dokumen dan penjelasan yang diperoleh bank di maksud, 6 Pihak-pihak sebgaimana di maksud dalam ayat 3 huruf k wajib memberikan keterangan dan penjelasan yang di minta oleh bank khusus. 7 Badan khusus sebagaimana di maksud dalam ayat 1 wajib menyampaikan laporan kegiatan kepada Menteri keuangan. 8 Apabila menurut penilaian pemerintah, badan khusus telah menyelesaikan tugasnya, pemerintah menyatakan berakhirnya badan khusus tersebut. 9 Ketentuan yang diperlukan bagi pelaksanaan Pasal ini di atur lebh lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 37 B 1 Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang di simpan pada bank yang bersangkutan. 2 Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank sebagaimana di maksud dalam ayat 1 dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan. 3 Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 berbentuk badan hukum Indonesia. Ketentuan mengenai penjamin dana masyarakat dan Lembaga Penjamin Simpanan, di atur lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Langkah-langkah atau kebijakan sebgaimana ditetapkan dalam Pasal 37 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah di ubah dalam Undang- Undang No.10 Tahun 1998 tersebut sebenarnya di maksudkan adalah untuk menyelamatkan bank yang bersangkutan sekaligus melindungi hak-hak atau Universitas Sumatera Utara kepentingan-kepentingan nasabah yang terkait dengan aktivitas bank tersebut. Bank perlu diselamatkan, nasabah pun perlu dilindungi. Bagi bank hal ini menyangkut kelangsungan usahanya, sedangkan bagi nasabah, hal ini menyangkut pula tentang hak privat yang berhubungan dengan harta kekayaannya. Lebih jauh lagi upaya yang demikian itu dimaksudkan pula untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan. Namun sehubungan dengan perkembangan keadaan politik di dalam negeri, keadaan sosial, terutama yang menyangkut timbulnya kejahatan-kejahatan dalam bidang money laundering dan kebutuhan akan adanya stabilitas ekonomi, terutama stabilitas moneter, telah menimbulkan kebutuhan akan perlunya peraturan terhadap kewajiban rahasia bank yang mutlak itu. Artinya, apabila kepentingan Negara, bangsa dan msyarakat umum harus didahulukan dari pada kepentingan nasabah secara pribadi maka kewajiban bank untuk melindungi kepentingan nasabah secara individual itu dalam arti tidak boleh mengungkapkan keadaan keuangan nasabah harus dapat dikesampingkan. Contoh konkrit mengenai hal ini adalah berkaitan dengan kepentingan Negara untuk mengitung, memungut pajak nasabah yang besangkutan, penindakan korupsi dan pemberantasan money laundering. Merupakan hal yang kontradiktif bahwa ada hal-hal tertentu, justru demi kepentingan tertentu, justru demi kepentingan negara, bangsa dan masyarakat umum, kewajiban rahasia bank malah diperketat. kepentingan bangsa dan masyarakat umum, kewajiban rahasia bank malah diperketat. Kepentingan nnegara yang dimaksud adalah pengerahan dana perbankan untuk keperluan Universitas Sumatera Utara pembangunan. Kepentingan Negara, bangsa dan masyarakat umum itu dilandasi oleh alasan bahwa di junjung tingginya dan di pegang teguhnya kewajiban rahasia bank merupakan faktor terpenting bagi kerahasiaan bank dalam upaya bank itu mengerahkan tabungan masyarakat dan terganggunya stabilitas moneter yang antara lain dapat diakibatkan oleh runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan karena terlalu longgarnya rahasia bank. Dalam kaitan itu, undang- undang yang mengatur mengenai rahasia bank harus tidak secara mudah memberikan ketentuan yang memungkinkan kewajiban rahasia bank secara mudah dapat dikesampingkan dengan dalih karena kepentingan umum menghendaki demikian. Dari uraian tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa kewajiban rahasia bank yang harus di pegang teguh oleh bank adalah bukan semata-mata bagi kepentingan nasabah sendiri, tetapi juga bagi bank yang bersangkutan dan bagi kepentingan masyarakat umum send, tetapi juga bagi bank yang bersangkutan dan bagi kepentingan masyarakat umum sendiri.

E. Pengecualian Rahasia Bank