Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Semenjak masa reformasi dunia pers dan jurnalistik mengalami perkembangan pesat. Perkembangan ini ditandai dengan munculnya media massa mulai dari media cetak hingga media massa elektronik. Bahkan, dari segi isi dan pemberitaan, media juga dapat dikatakan lebih ‘berani’ dalam memberitakan realita pada masyarakat atau mengomentari kebijakan pemerintah bahkan mengeluarkan pendapat mengenai oknum-oknum tertentu. Pers berkembang pesat ini mempunyai sistem terbuka dan cenderung mempunyai kualitas penyesuaian, yang berarti ia akan menyesuaikan diri kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan hidupnya. Jika saja pers tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi dan situasi yang semakin pesat ini, maka pers bisa saja akan mati, mati karena dimatikan dicabut ijinnya atau dilarang terbit, atau mati karena tidak diminati oleh khalayak. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat kabar, majalah dan lain sebagainya, sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa cetak elektronik, antara lain radio siaran dan televisi siaran, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik Effendy, 2007: 90. Pers dan jurnalistik kerap kali diibaratkan sebagai jiwa dan raga. Karena pers memiliki sifat berwujud, konkret, ataupun nyata, oleh karena itu juga dapat diberi nama. Sedangkan jurnalistik acap kali diibaratkan dengan jiwa karena jurnalistik ini bersifat abstrak, merupakan kegiatan, proses, daya hidup, menghidupi aspek pers Effendy, 2007: 90. Universitas Sumatera Utara Jurnalistik adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan peristiwa. Jurnalistik sangat penting kapan pun, dimana pun dan sampai kapan pun. Secara sederhana jurnalistik juga dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskan berita tersebut kepada khalayak Effendy, 2007: 95. Pada awalnya, jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informasi saja. Produk jurnalistik yang pertama adalah Acta Diurna yang digunakan oleh Kaisar Julius Caesar sebagai alat komunikasi yang berisikan pengumuman-pengumuman dari Kaisar yang saat itu berkuasa kepada khalayak dengan ditempel pada semacam papan pengumuman. Dalam perkembangan masyarakat selanjutnya, surat kabar yang dapat mencapai seluruh rakyat secara massal itu dipergunakan oleh kaum idealis untuk melakukan sosial kontrol, sehingga surat kabar tidak hanya bersifat informatif melainkan bersifat persuasif. Bukan hanya memberikan informasi saja, tetapi juga mampu membujuk dan mengajak khalayak untuk mengambil sifat tertentu agar berbuat melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu. Sehingga dengan latar belakang inilah surat kabar dikategorikan kepada media massa. Media massa yang juga merupakan produk jurnalistik ini merupakan sarana komunikasi massa. Komunikasi massa sendiri artinya proses penyampaian pesan, gagasan atau informasi kepada orang banyak publik secara serentak. Media massa memiliki beberapa karakteristik yaitu disebarluaskan kepada khalayak luas publisitas, pesan atau isinya bersifat umum universalitas, tetap atau berkala periodisitas, berkesinambungan kontinuitas dan berisi hal-hal baru aktualitas. Universitas Sumatera Utara Jenis-jenis media massa adalah media massa cetak printed media, media massa elektronik electronic media dan media online cybermedia. Media elektronik adalah radio, televisi dan film. Sedangkan media cetak berdasarkan formatnya terdiri dari koran atau suratkabar, tabloid, newsletter, majalah, bulletin dan buku. Media online adalah website internet yang berisikan informasi aktual layaknya media massa cetak. Dipandang dari sudut sejarah produk jurnalistik, surat kabar merupakan produk jurnalistik yang tertua. Acap kali ketika berbicara mengenai surat kabar ataupun koran maka yang terbersit di pemikiran adalah sekumpulan berita yang disajikan untuk khalayak. Sehingga surat kabar sering kali identik dengan berita. Definisi berita ataupun news begitu banyak yang dapat diketahui dari berbagai literatur, yang satu dengan yang lain dapat berbeda karena pandangan masing-masing yang dapat berbeda-beda juga. Definisi berita dapat ditemukan sangat banyak, puluhan bahkan hingga ratusan dari berbagai sumber. Menurut Prof. Mitchel V. Charnley berita adalah laporan tercatat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk. Unsur fakta yang dilaporkan dalam berita seharusnya mencakup 5W+1H: what apa yang terjadi, who siapa pelaku atau orang yang terlibat dalam kejadian itu, why kenapa hal itu terjadi, when kapan kejadiannya, where di mana terjadinya dan how bagaimana proses kejadiannya. Namun, berita bukan dapat ditemukan pada surat kabar saja tetapi juga pada majalah, radio, televisi, bahkan juga melalui internet. Berita-berita yang disajikan pada umumnya menampilkan peristiwa ataupun fenomena-fenomena Universitas Sumatera Utara yang terjadi. Dan setiap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam segala aspek kehidupan dapat dijadikan sebuah berita. Dan dengan adanya berita khalayak akan lebih mengerti dan paham tentang peristiwa yang terjadi dan dilaporkan melalui berita. Dalam hal pemberitaan realita di masyarakat, media tidak hanya memberitakan apa yang terjadi, tetapi juga mengkonstruksi realita tersebut, menyembunyikan sebagian fakta dan menonjolkan fakta lainnya. Alex Sobur berpendapat, bahwa isi media pada hakekatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Pembuatan berita di media pada dasarnya adalah penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna Hamad, 2004: 11. Belakangan ini ada peristiwa yang terjadi pada negara besar yang telah menjadi berita yang besar pula dalam berbagai media massa seperti televisi, radio, internet, majalah dan surat kabar. Kembali masyarakat dunia dikejutkan dengan terjadinya bencana hebat yang melanda negara Jepang yang memiliki sebutan negara Sakura dan negara Matahari Terbit. Negara Jepang ini kembali diguncang gempa yang sangat dasyat setelah 140 tahun terakhir ini baru mengalami kembali bencana yang luar biasa. Peristiwa bencana alam tsunami terjadi pada tanggal 11 Maret 2011. Tsunami yang menyapu pesisir timur Pulau Honshu dan pulau lain di pantai Pasifik, Jepang, telah meninggalkan sejuta kisah. Gempa berkekuatan 8,9 skala Richter membuat Jepang lumpuh total. Selain memicu tsunami setinggi 10 meter Universitas Sumatera Utara yang menyapu bersih sebagian Jepang utara, jaringan listrik, telepon dan transportasi di Tokyo, ibu kota negara, pun putus total. Televisi, media cetak, radio dan situs berita online di seluruh dunia telah merilis bencana itu. Hal yang mengagumkan dunia, seluruh kejadian serta momen dramatis dan mendebarkan direkam televisi Jepang detik demi detik, sejak awal gempa, datangnya tsunami, hingga air bah itu ”diam”. Jepang lalu mengabarkan drama amuk alam yang menyebabkan lebih dari 10.000 orang tewas dan 10.000 orang hilang itu ke seluruh dunia. Meski sempat panik, Jepang dengan cepat bangkit, mengerahkan seluruh kekuatannya, mulai dari tentara, kapal, hingga pesawat terbang. Jumlah tentara dinaikkan dua kali lipat dari 51.000 personel menjadi 100.000 personel. Sebanyak 145 dari 170 rumah sakit di seluruh daerah bencana beroperasi penuh. Sekalipun kelaparan dan krisis air bersih mendera jutaan orang di sepanjang ribuan kilometer pantai timur Pulau Honshu dan pulau lain di Jepang, para korban sabar dan tertib menanti distribusi logistik. Hingga hari keempat pascabencana, tidak terdengar aksi penjarahan dan tindakan tercela lainnya Kompas: Rabu, 16 Maret 2011, hal 1. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut serta ketertarikan dalam kancah jurnalistik, peneliti tertarik untuk menganalisis berita mengenai peristiwa gempa dan tsunami Jepang yakni bagaimana representasi kognisi jurnalis dalam produksi berita, serta konteks sosial mengenai gempa dan tsunami Jepang tersebut dalam Harian Kompas pada tanggal 12 Maret 2011 – 19 Maret 2011. Peneliti memilih Harian Kompas dikarenakan harian ini merupakan media massa yang paling konsisten dalam pemberitaannya. Harian Kompas juga merupakan surat Universitas Sumatera Utara kabar berskala nasional yang memuat berita gempa dan tsunami Jepang. Selain itu, harian ini juga memiliki berita-berita yang baik dan layak untuk dipelajari dan dianalis. Harian Kompas dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat” merupakan harian yang terbit untuk umum, terbit sejak 28 Juni 1965. Harian Kompas ini berkantor pusat di Jakarta yang merupakan bagian dari kelompok Kompas Gramedia. Selain itu, Harian Kompas adalah satu-satunya koran di Indonesia yang diaudit oleh Audit Boreau of Circulations ABC. Bahkan Harian Kompas telah menyediakan e-paper dengan konsep surat kabar digital, sehingga dapat membantu peneliti mendapatkan tambahan informasi walaupun terbitan yang sudah lewat sekalipun melalui situs http:epaper.kompas.com.

I.2. Perumusan Masalah