Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Lindia Fitri Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/tgl lahir : Sungai Penuh, 16 Maret 1994

Umur : 20 Tahun

Alamat : Komplek Perumahan Dosen USU, Jl. Prof.

Dzulkarnaen No.7, Medan

Agama : Islam

Telepon/Hp : 081930454619

Email : lindiaftr.17@gmail.com


(2)

RIWAYAT PENDIDIKAN Formal

 S1 Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 2012 – sekarang.

 SMA Titian Teras H. Abdurahman Sayoeti tahun 2009 – 2012.  SMP Negeri 1 Sungai Penuh tahun 2006 – 2009.

 SD Islam Terpadu Amanah tahun 2000 – 2006.  TK Islam Amanah tahun 1998 – 2000.

Non Formal

 GO Titian Teras – Jambi tahun 2011 – 2012.

Demikian ini saya nyatakan dengan sesungguhnya, bilamana dikemudian hari terdapat kesalahan dalam penulisan ini atau rekayasa, maka saya siap menanggung segala konsekuensinya.


(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 5 GET

FILE='C:\Users\Windows7\Documents\spsskti.sav'. DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.

FREQUENCIES VARIABLES=E.coli Coliform interpretasikoliform /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 06-DEC-2015 18:56:36

Comments

Input

Data C:\Users\Windows7\Documents\spsskti .sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 15

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data. Syntax FREQUENCIES VARIABLES=E.coli Coliform interpretasikoliform /ORDER=ANALYSIS. Resources

Processor Time 00:00:00.02

Elapsed Time 00:00:00.01

[DataSet1] C:\Users\Windows7\Documents\spsskti.sav

Statistics

E.coli Coliform interpretasikolifo rm N

Valid 15 15 15


(7)

Frequency Table

E.coli

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

negatif 8 53.3 53.3 53.3

positif 7 46.7 46.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Coliform

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

0 4 26.7 26.7 26.7

4 1 6.7 6.7 33.3

7 1 6.7 6.7 40.0

9 1 6.7 6.7 46.7

12 1 6.7 6.7 53.3

16 2 13.3 13.3 66.7

22 1 6.7 6.7 73.3

27 1 6.7 6.7 80.0

979 3 20.0 20.0 100.0

Total 15 100.0 100.0

interpretasikoliform

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

memenuhi syarat 4 26.7 26.7 26.7

tidak memenuhi syarat 11 73.3 73.3 100.0


(8)

CROSSTABS

/TABLES=Jenis Lokasi BY interpretasikoliform E.coli /FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes

Output Created 06-DEC-2015 18:57:53

Comments

Input

Data C:\Users\Windows7\Documents\spsskti .sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 15

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used

Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.

Syntax

CROSSTABS

/TABLES=Jenis Lokasi BY interpretasikoliform E.coli /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT

/COUNT ROUND CELL.

Resources

Processor Time 00:00:00.03

Elapsed Time 00:00:00.03

Dimensions Requested 2


(9)

[DataSet1] C:\Users\Windows7\Documents\spsskti.sav

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Jenis * interpretasikoliform 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%

Jenis * E.coli 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%

Lokasi * interpretasikoliform 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%

Lokasi * E.coli 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%

Jenis * interpretasikoliform Crosstabulation Count

interpretasikoliform Total memenuhi

syarat

tidak memenuhi syarat Jenis

Es Kristal 2 5 7

Es Balok Pecah 2 6 8

Total 4 11 15

Jenis * E.coli Crosstabulation Count

E.coli Total negatif positif

Jenis

Es Kristal 4 3 7

Es Balok Pecah 4 4 8


(10)

Lokasi * interpretasikoliform Crosstabulation Count

interpretasikoliform Total memenuhi

syarat

tidak memenuhi syarat

Lokasi

daerah sumber 1 1 2

kantin usu 0 2 2

jl. dr. mansyur dari pintu 1 sampai pintu 4 2 6 8

pedagang kaki lima jl. universitas 1 2 3

Total 4 11 15

Lokasi * E.coli Crosstabulation Count

E.coli Total negatif positif

Lokasi

daerah sumber 2 0 2

kantin usu 0 2 2

jl. dr. mansyur dari pintu 1 sampai pintu 4 4 4 8 pedagang kaki lima jl. universitas 2 1 3


(11)

(12)

Lampiran 7

Gambar 1 Menunjukan Uji Pendugaan Menggunakan Media LB.


(13)

Gambar 5.3. Menunjukkan Uji Pelengkap Menggunakan Media EMB


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Allafa, 2008. Air Bersih. Diakses dari: http://www.indoskripsi.com [diakses: 21 April 2015]

Australian Government, National Health and Medical Research Council, 2003. Review of Coliforms As Microbial Indicators of Drinking Water Quality.

Diakses dari:

http://www.nhmrc.gov.au/_files_nhmrc/publications/attachments/eh32.pdf [Diakses 29 April 2015].

Badan Ketahanan Pangan, 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. Indonesia: Badan Ketahanan Pangan. Diakses dari: bkp.pertanian.go.id [Diakses 21 April 2015]

Badan Standardisasi Nasional, 2006. SNI 01–2332.1–2006, Cara Uji Mikrobiologi bagian 1: Penentuan coliform dan Escherichia coli pada produk perikanan. Indonesia: Badan Standardisasi Nasional. Diakses dari: www.bsn.go.id [Diakses: 21 April 2015]

Badan Standardisasi Nasional, 2007. Es untuk penanganan ikan. Indonesia: Badan

Standardisasi Nasional. Diakses dari:

http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/7516 [Diakses 15 Mei 2015].

Basri, H., 2013. Uji Bakteriologis Es Batu Rumah Tangga Yang Digunakan Penjual Minuman Di Pasar Lubuk Buaya Kota Padang. Skripsi. Padang: Universitas Andalas.

Bibiana, W. Lay., 1994. Analisa Mikroba di laboraturium. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dahlan, M.S., 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. 3rd ed. Jakarta: Salemba Medika.

Departemen Kesehatan RI, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Indonesia: Departemen Kesehatan RI

Departemen Kesehatan RI, 2010. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Indonesia: Departemen Kesehatan RI


(15)

Firlieyanti, A.S., 2006. Evaluasi Bakteri Indikator Sanitasi di Sepanjang Rantai Distribusi es Batu di Bogor. Indonesia: Institut Pertanian Bogor. Diakses dari: http://web.ipb.ac.id/~lppm/ID

/index.php?view=jurnal/detail2JIPI&volume=11&no=2&id=91 [16 April 2015]

Food and Drug Administration (FDA), 2002. Bacteriological Analytical Manual Chapter 4: Enumeration of Escherichia coli and The coliform Bacteria. Food and Environmental Hygiene Department (FEHD), 2005. The Microbiological

Quality of Edible Ice from Ice Manufacturing Plants and Retail Businesses in Hong Kong. Hong Kong: FEHD The Government of Hong Kong Special Administrative Region. Diakses dari: fehd.gov.hk [Diakses 16 April 2015] Internasional Standard Organization (ISO), 2007. ISO 7218:2007(E) Microbiology of

Food and Animal Feeding Stuffs – General Requirements and Guidance for Microbiological Examinations.

Jawetz , Melnick , Adelberg, 2013. Mikrobiologi Kedokteran, edisi 25. Jakarta : EGC.

Lablink, 2006. Standar kualitas air di perairan umum. Diakses dari: http://www.lablink. or.id/Eny/Hidro/air-qua.htm [Diakses 16 April 2015] Pusat Penelitian Kimia LIPI, 2009. Kadar E. coli harus 0 per 100 Mililiter Air.

Indonesia: Pusat Penelitian Kimia LIPI. Diakses dari: kimia.lipi.go.id/?p=498 [Diakses 16 April 2015]

Michael, Philips O, Djaja R., 2010. Bakteri Coliform dalam es batu pada tiga rumah makan Ayam goreng siap saji di Bandung. Jurnal. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Diakses dari:

majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/article/.../822/pdfhttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esr c=s&source=web&cd=2&ved=0CCMQFjAB&url=http%3A%2F%2Fmajour.

maranatha.edu%2Findex.php%2Fjurnal-kedokteran%2Farticle%2Fdownload%2F822%2Fpdf&ei=wAckVfK3DMnY8 gXWzYH4CA&usg=AFQjCNEGOi1WpSNQb8ULPWrugrHparY_kg&sig2= 3N1kiV7tF6G60Fx24q6bhQ&bvm=bv.89947451,d.dGc [Diakses: 16 April 2015]

Munthe, S.A., 2012. Hubungan Kondisi Lokasi dan Alat Perlengkapan pada Depot Air Minum Isi Ulang (AMIU) dengan Kualitas Bakteriologi di Kecamatan


(16)

Medan Helvetia Tahun 2012. Jurnal. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Meuthia.

New York State Department of Health, 2011. Coliform Bacteria in Drinking Water Supplies. Diakes dari : health.ny.gov [Diakses: 26 April 2015]

Nugroho, Astri., 2006. Bioindikator Kualitas air. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti.

Oblinger, J.L., Koburger, J.A., 1975. Understanding and teaching The Most Probable Number Technique. J Milk Food technol 38(9): 540–545.

Pradhika, I., 2014. Most Probable Number/ Angka Paling Mungkin. Diakses dari : http://mikrobiologipraktik.com/most-probable-number-mpn-angka-paling-mungkin-apm/ [Diakses: 28 April 2015]

Rahmawati AA, Azizah R, 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN Coliform pada Air Limbah,Sebelum dan sesudah pengolahan di RSUD Nganjuk,Jurnal Kesehatan Lingkungan. Diakses dari: www. MPN Coliform jurnalKesehatanBlogspot.com/index/7035/pengolahan

air/lingkungan/2005.html [Diakses: 01 Mei 2015].

Servais, Pierre., 2007. Fecal bacteria in the rivers of the Seine drainage network (France). Sources, fate and modeling; Université Libre de Bruxelles; Bruxelles. Di kutip dari tulisan Sasnita Sahabuddin. 2010. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Manokwari. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua.

Manokwari. Dikases dari:

http://journal.unip.ac.id/index.php/science/article/download/474/470 [Diakses: 26 April 2015]

Slamet, Juli Soemirat., 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Diakses dari: http://johnbalya.blogspot.com/ [Diakses: 26 April 2015]

Sopacua, F.C., Purwijantiningsih, L.M.E., dan Pranata, S., 2013. Kandungan coliform dan Klorin Es batu di Yogyakarta. Jurnal. Yogyakarta: Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Diakses dari: http://e-journal.uajy.ac.id/4842/1/jurnal.pdf [Diakses 16 April 2015]

Sutrisno, Totok, 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta. USDA (United States Department og Agriculture)/ FSIS (Food Safety and Inspection


(17)

Waluyo, L., 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.

World Health Organization, 2010. WHO Guidelines for Drinking-water

Quality Volume 1. 3rd edition. Diakses dari:

http://www.who.int/water_sanitation_health/WHS_WWD2010_guidelines_20 10_6_en.pdf?ua=1 [Diakses 16 April 2015]


(18)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

a. Es batu adalah es yang dijual oleh pedagang minuman kaki lima di lingkungan Unversitas Sumatera Utara dan digunakan sebagai pelengkap pada minuman yang dijajakan.

 Jenis es batu adalah bentuk dari es batu berupa Kristal (bolong ditengah) dan balok (es yang dicetak di dalam plastik, diikat dengan menggunakan karet, dan dipecahkan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi).

 Warna es batu terdiri dari bening dan putih.

b. Bakteri coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator penentuan kualitas sanitasi air sebagai bahan baku pembuatan es batu dan dianalisa dengan:

 Metode perhitungan Most Probable Number (MPN) yang terdiri dari 3 tahap. Apabila tahap pertama dan tahap kedua menghasilkan hasil yang positif ( laktosa di dalam tabung durham membentuk gas) maka

Bakteri coliform :

1. Analisa dengan metode MPN 2. Hitung jumlah bakteri

3. Identifikasi Escherichia coli

Es Batu yang digunakan penjual minuman kaki lima

 Jenis  Warna


(19)

pemeriksaan dilanjutkan ketahap ketiga yaitu menggunakan media

Eosin Methylen Blue (EMB) untuk penegasan Escherichia coli.

 Hitung jumlah bakteri yaitu setelah mendapatkan data kualitatif pada medium cair spesifik selanjutnya akan diperoleh data kuantitatif dengan tahap pendekatan secara statistic dengan memakai table MPN 511 menurut Formula Thomas.

Escherichia coli adalah spesies bakteri yang ditemukan dalam tinja manusia maupun hewan. Escherichia coli merupakan salah satu dari spesies bakteri coliform sebagai indikator terbaik dari pencemaran tinja. Diperiksa pada tahap ketiga pada metode MPN.


(20)

3.3. Variabel penelitian

Tabel 3.1. Variabel penelitian

Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Pengukuran

Es batu

o jenis

o Warna

Bakteri coliform

o Metode perhitungan MPN

o Hitung jumlah bakteri

o Escherichia coli

Membeli sampel (es batu) dari pedagang

minuman kaki lima yang berbeda di lokasi penelitian Observasi

Observasi

Pemeriksaan mikrobiologi dengan uji Most Probable Number (MPN) Pemeriksaan mikrobiologi Metode MPN Pemeriksaan mikrobiologi Observasi secara visual Visual Visual

Tabel MPN 511 menurut Formula Thomas

Media Lactose Broth (LB) dan media Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) 2%

Tabel MPN 511 Formula Thomas

Media Agar Eosin Methylen Blue (EMB)

Berbagai es batu dalam bentuk dan warna berbeda

1. Kristal 2. Balok 1. Putih 2. Bening

Jumlah koloni bakteri coliform: + : > 0 MPN/100ml

‒ : 0 MPN/100ml + : membentuk gas

‒ : tidak membentuk gas

Jumlah bakteri coliform

Identifikasi Escherichia coli Positif: koloni berwarna kehijauan dengan bintik hitam di tengah koloni dan kilap logam (metallic sheen).

Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Ordinal Nominal


(21)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental yang bersifat deskriptif observasional dengan pendekatan cross‒sectional. Penelitian deskriptif observasional adalah mengukur gejala yang ada yang telah terjadi atau sedang berlangsung tanpa menyelidiki sebab munculnya gejala tersebut. Rancangan cross‒

sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatanya dilakukan secara simultan pada satu saat atau sekali waktu. Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi Escherichia coli dan analisa bakteri coliform pada es batu yang dijual oleh pedagang minuman kaki lima di lingkungan Universitas Sumatera Utara, Medan pada tahun 2015.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian direncanakan dilaksanakan selama satu bulan mulai dari bulan September sampai Oktober 2015.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pedagang minuman kaki lima yang menggunakan es batu sebagai pelengkap pada minuman yang dijajakan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, Medan pada tahun 2015.

Yang dimaksud dengan lingkungan Universitas Sumatera Utara antara lain:

 Pinggir jalan depan pintu 1 sampai pintu 4 Universitas Sumatera Utara.  Di dalam lingkungan Universitas Sumatera Utara dari pintu 1 sampai pintu 4.


(22)

 Jl. Sumber

4.3.2. Sampel

Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan besar sampel untuk data nominal yaitu satu sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi.

Untuk simple random sampling rumus yang digunakan ( Dahlan, 2013):

Keterangan:

Zα : defiat baku alfa (1,96)

P : proporsi kategori variable yang diteliti, P diambil dari pustaka penelitian sebelumnya = 89% ( Basri, 2013)

Q : 1‒P

D : presisi (10%)

presisi penelitian berarti kesalahan penelitian yang masih bisa diterima untuk memprediksi proporsi yang akan diperoleh

= 37,609264 dibulatkan menjadi = 40


(23)

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian. Dimana, peneliti akan membeli es batu yang telah disediakan oleh pedagang minuman kaki lima. Setelah itu seluruh sampel akan dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk diperiksa. Dari hasil pemeriksaan terhadap sampel-sampel yang diperiksa akan mendapat data yang diperlukan.

4.4.2. Peralatan dan Bahan

4.4.2.1. Peralatan dan Bahan di Lapangan 1. Alat-alat yang diperlukan:

a) Ice Box b) Spidol

c) Container steril d) Spatula steril

4.4.2.2. Peralatan dan Bahan di Laboratorium 1. Alat-alat yang diperlukan:

a) Autoclave

b) Hot Air Oven

c) Inkubator d) Jarum inokulasi e) Kapas

f) Kulkas

g) Labu Erlenmeyer h) Petri dish

i) Pipet 10 ml j) Rak Tabung


(24)

k) Spidol

l) Tabung durham m)Tabung Reaksi

2. Media dan Reagensia yang diperlukan: a) Lactose Broth (LB)

b) Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) 2% c) Agar Eosin Methylene Blue (EMB)

4.4.3. Cara Pengambilan Contoh Es Batu

Persiapan sebelum pengambilan contoh es batu :

1. Mula–mula labu (container steril) disterilkan terlebih dahulu menggunakan Hot Air Oven dengan suhu 180o C selama 2–3 jam.

2. Persiapkan segala sesuatu untuk pengambilan sampel seperti keperluan alat tulis, ice box, container steril, dan catatan pada formulir pemeriksaan tentang lokasi pengambilan sampel dan tanggal pengambilan.

3. Membeli es batu dari pendagang kaki lima yang menjual minuman di lingkungan sekitar kampus Universitas Sumatera Utara.

4. Mengambil sedikit es batu dengan menggunakan spatula steril dan dimasukkan ke dalam container steril untuk mencegah kontaminasi lebih lanjut setelah pembelian es batu.

5. Kemudian es batu yang dibeli diberi tanda dan tanggal pengambilan. 6. Container steril dimasukkan ke dalam ice box.

7. Seterusnya, sampel es batu yang sudah diberi tanda dan dimasukkan ke dalam container steril dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dalam waktu tidak lebih dari 2 jam untuk diperiksa.


(25)

4.4.4. Cara Pelaksanaan Pemeriksaan

Pemeriksaan Most Probable Number (MPN). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang telah disiapkan dengan menggunakan metode tabung ganda:

(5 x 10 ml) ; (1 x 1 ml) ; (1 x 0,1 ml) 1. Pemeriksaan tabung ganda terdiri dari:

a) Uji Pendugaan (Presumptive Test) b) Uji Penegasan (Confirmative Test)

2. Pemeriksaan menggunakan medium agar terdiri dari: a) Uji Pelengkap (Completed Test)

A. Uji Pendugaan (Presumptive Test)

Media yang digunakan: Lactose Broth (LB) Cara pemeriksaan:

1. Siapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing berisi media LB sebanyak 10 ml. Tabung disusun pada rak tabung reaksi, masing-masing tabung diberi tanda sebagai berikut:

a) Nomor urut

b) Tanggal pemeriksaan c) Volume

2. Dengan pipet steril ambil bahan pemeriksaan yang telah disiapkan. Masukkan ke dalam:

a) Tabung 1 sampai 5 masing-masing sebanyak 10 ml b) Tabung ke-6 sebanyak 1 ml

c) Tabung ke-7 sebanyak 0,1ml

Masing-masing tabung tersebut digoyang-goyang agar spesimen dan media tercampur.

3. Inkubasikan pada suhu 37oC selama 24–48 jam. Setelah 24 jam diperiksa ada tidaknya pembentukan gas pada tabung durham. Catat semua tabung yang menunjukkan peragian laktosa (pembentukan gas). Pembentukan gas


(26)

pada tabung durham pada uji pendugaan dinyatakan positif (+), dan dilanjutkan dengan uji penegasan.

Apabila uji dalam waktu 24 jam tidak membentuk gas dimasukkan ke inkubator kembali pada suhu 37oC selama 24 jam. Bila berbentuk gas pada tabung durham, hasil menunjukkan positif (+) dan uji dilanjutkan dengan tes penegasan.

B. Uji Penegasan (Confirmative Test)

Media yang digunakan: Brilliant Green lactose Bile Broth (BGLB) 2%. Cara pemeriksaan:

1. Dari tiap-tiap tabung dugaan yang positif (+), dipindahkan 1-2 ml ke dalam tabung penegasan yang berisi 10 ml BGLB 2%. Dari masing-masing tabung dugaan diindikasikan ke dalam 2 tabung BGLB 2%. 2. Satu seri tabung BGLB 2% diinkubasikan pada suhu 35-37oC selama 24–

48 jam untuk memastikan adanya bakteri coliform dan satu seri yang lain diinkubasikan pada suhu 44oC selama 24–48 jam untuk memastikan adanya bakteri coliform tinja.

3. Pembacaan dilakukan setelah 24–48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB 2% yang menunjukkan positif (+) gas.

C. Uji Pelengkap (Completed test)

Media yang digunakan : Agar Eosin Methylene Blue (EMB). Cara pemeriksaan:

1. Uji ini juga dilakukan dengan inokulasi bakteri yang ada dalam media ke media agar berupa EMB. Dari tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media agar EMB secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi.

2. Pengamatan yang dilakukan meliputi warna koloni bakteri yang tumbuh. Hasil yang positif ditunjukkan dengan adanya warna merah kehijauan


(27)

dengan kilat metalik pada koloni bakteri yang dapat diasumsikan bahwa koloni tersebut adalah koloni Escherichia coli.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah koloni bakteri Coliform

menggunakan uji MPN. Data yang diperoleh dari hasil penelitian di laboratorium diolah secara manual. Adapun rumus yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus formula Thomas. Sedangkan untuk mengidentifikasi Escherichia coli

menggunakan media perbenihan agar EMB. Setelah pemeriksaan laboratorium maka hasilnya diolah dengan bantuan program komputer pengolah statistic.


(28)

Table 4.1. Tabel MPN 511 Menurut Formula Thomas

JUMLAH TABUNG (+) GAS PADA PENAMBAHAN 5 x 10 ml 1 x 1 ml 1 x 0,1 ml

INDEX MPN (per 100ml)

0 0 0 0

0 0 1 2

0 1 0 2

0 1 1 4

1 0 0 2

1 0 1 4

1 1 0 4

1 1 1 7

2 0 0 5

2 0 1 8

2 1 0 8

2 1 1 10

3 0 0 9

3 0 1 12

3 1 0 12

3 1 1 16

4 0 0 17

4 0 1 21

4 1 0 22

4 1 1 27

5 0 0 67

5 0 1 84

5 1 0 265

5 1 1 979


(29)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel es batu untuk penelitian ini didapat dari pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar lingkungan Universitas Sumatera Utara, Medan. Di bagian depan lingkungan tepatnya di Jalan dr Mansyur merupakan salah satu jalan yang terdapat berbagai macam makanan dan minuman dan salah satunya adalah es sop buah yang banyak dan sering dibeli oleh pembeli. Jalan ini memiliki panjang jalan kira-kira 1 kilometer, lebar kiri dan kanan jalan 200 meter. Sedangkan di bagian dalam lingkungan terdapat beberapa kantin dan penjual kaki lima yang menjual berbagai macam minuman yang menggunakan es batu sebagai pelengkap. Setelah sampel diambil, langsung dibawa untuk diperiksa di Labroratorium Mikrobiologi FK USU yang terletak di area FK USU, Jalan Universitas No.1 Medan. Laboratorium Mikrobiologi FK USU memiliki peralatan yang steril dan bahan untuk penelitian yang lengkap serta memadai seperti autoclave, inkubator, hot air oven, Lactose Broth, Briliant Green Lactose Broth, agar Eosin Methylene Blue.

5.2. Karakteristik Sampel

Proses pengambilan data untuk penelitian ini dimulai pada tanggal 12 November 2015 dengan mengumpulkan sebanyak lima belas sampel es batu di lingkungan Universitas Sumatera Utara, Medan. Delapan sampel didapat dari Jl. Dr Mansyur sepanjang pintu 1 sampai pintu 4 Universitas Sumatera Utara, dua sampel didapat dari kantin di Universitas Sumatera Utara, dua sampel didapat dari daerah Sumber, dan tiga sampel didapat dari Jl. Universitas. Sampel yang didapat terdiri dari delapan es batu balok pecah dan tujuh es kristal. Setelah itu, semua sampel dibawa dengan menggunakan container steril ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) untuk dianalisis dan untuk mengetahui jumlah koloni bakteri Coliform dengan metode Uji Most Probable


(30)

Number (MPN) dan mengidentifikasi Escherichia coli dengan menggunakan media perbenihan agar Eosin Methylene Blue (EMB). Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam tabel 5.1 dan 5.2.

5.3. Hasil Penelitian

5.3.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Sampel Es Batu 5.3.1.1. Jumlah Bakteri Coliform

5.3.1.1.1. Hasil Tes Pendugaan (Presumptive test)

Tabel 5.1 menunjukkan hasil pemeriksaan tes pendugaan pada 15 sampel es batu yang digunakan pedagang minuman kaki lima di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1. Hasil Hitung Indeks MPN Terhadap Bakteri Coliform

Sampel Jumlah Tabung (+) Gas pada Penanaman 5 x 10 ml 1 x 1 ml 1 x 0,1 ml

A 0 0 0

B 0 0 0

C 4 1 1

D 0 0 0

E 3 0 0

F 5 1 1

G 1 0 1

H 5 1 1

I 5 1 1

J 1 1 1

K 4 1 0

L 0 0 0

M 3 1 1

N 3 0 1

O 3 1 1

Pada uji pendugaan sebelas sampel terdapat gas di dalam tabung durham yang berarti bernilai positif. Seluruh sampel yang bernilai positif pada uji pendugaan dilanjutkan ke uji penegasan.


(31)

5.3.1.1.2. Hasil Uji Penegasan (Confirmative Test)

Tabel 5.2. menunjukkan hasil pemeriksaan uji penegasan pada 11 sampel es batu yang positif pada uji pendugaan. Pada uji penegasan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 5.2. Hasil Positif pada Uji Penegasan

Sampel Jumlah Tabung (+) Gas pada Penanaman Indeks MPN

5 x 10 ml 1 x 1 ml 1 x 0,1 ml Per 100 ml

C 4 1 1 27

E 3 0 0 9

F 5 1 1 979

G 1 0 1 4

H 5 1 1 979

I 5 1 1 979

J 1 1 1 7

K 4 1 0 22

M 3 1 1 16

N 3 0 1 12

O 3 1 1 16

Pada tabel 5.2. didapatkan semua sampel es batu yang positif pada uji pendugaan, juga positif pada uji penegasan. Hasil positif pada uji penegasan selanjutnya dikonversikan pada tabel MPN untuk mendapatkan nilai indeks MPN. Hasil dari nilai indeks MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Misalnya terdapat nilai MPN 10 dalam sebuah sampel, artinya dalam sampel tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 Coliform pada setiap gramnya. Selanjutnya, sampel yang positif akan dilanjutkan pada uji pelengkap untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya


(32)

5.3.1.1.3. Uji Pelengkap (Identifikasi Escherichia coli)

Dari tabel 5.3. dapat diketetahui tujuh dari lima belas sampel es batu terdapat

Escherichia coli pada perbenihan media agar Eosin Methylene Blue (EMB). Tabel 5.3. Identifikasi Escherichia coli pada media agar EMB

Sampel Hasil pada media agar EMB

A Tidak terdapat Echerichia coli (–) B Tidak terdapat Echerichia coli (–) C Tidak terdapat Echerichia coli (–) D Tidak terdapat Echerichia coli (–)

E Terdapat Echerichia coli (+)

F Tidak terdapat Echerichia coli (–)

G Terdapat Echerichia coli (+)

H Tidak terdapat Echerichia coli (–) I Tidak terdapat Echerichia coli (–)

J Terdapat Echerichia coli (+)

K Terdapat Echerichia coli(+)

L Tidak terdapat Echerichia coli (–)

M Terdapat Echerichia coli (+)

N Terdapat Echerichia coli (+)

O Terdapat Echerichia coli (+)

Keterangan:

(+) = koloni berwarna kehijauan dengan bintik hitam di tengah koloni dan kilap logam (metallic sheen).

(−) = tidak ada tampak koloni berwarna kehijauan dengan bintik hitam di tengah koloni dan kilap logam (metallic sheen).


(33)

5.3.2. Distribusi Hasil Penelitian

5.3.2.1. Distribusi Berdasarkan Hasil Keseluruhan

Gambar 5.1. Menunjukkan Presentase hasil hitung indeks MPN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh dua macam data yaitu jumlah bakteri Coliform dengan uji MPN dan identifikasi Escherichia coli

dengan media agar EMB. Dari tabel 5.2 didapatkan sebelas sampel es batu dengan presentase 73.3% memiliki jumlah koloni bakteri Coliform lebih dari 0 dalam 100 ml sampel dengan indeks MPN tertinggi yaitu 979 per 100 ml sampel. Kesebelas sampel ini telah tercemar oleh bakteri bakteri Coliform yang bisa kemungkinan terdapat Escherichia coli, Enterobacter, Citrobacter atau bakteri Coliform jenis lainnya. Sedangkan empat sampel es batu lainnya tidak terdapat bakteri Coliform

dengan presentase 26.7%. Sesuai dengan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002) maka hanya empat dari lima belas sampel es batu yang memenuhi syarat kesehatan.

7

3.3%

26,7%

Hasil Hitung Indeks MPN

Indeks MPN lebih dari 0 per 100 ml = Tidak memenuhi syarat kesehatan

Indeks MPN 0 per 100 ml = memenuhi syarat kesehatan


(34)

Gambar 5.2. Menunjukkan Hasil pada Media Agar EMB

Dari tabel 5.3. didapatkan tujuh sampel es batu yang positif menunjukkan koloni berwarna kehijauan dengan bintik hitam di tengah koloni dan kilap logam (metallic sheen) pada pembenihan media agar EMB. Ini menunjukkan bahwa sampel es batu tersebut mengandung Eschericia coli yang mengindikasikan adanya pencemaran dari saluran pencernaan (feses) manusia maupun hewan. Sedangkan kedelapan sampel yang lainnya negatif Escherichia coli.

46.70%

53.3%

Hasil Pada Media Agar EMB

Positif (+) E.coli Negatif (–) E.coli


(35)

5.3.2.2. Distribusi Hasil Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel

Lima belas sampel yang diperiksa masing masing diambil dari lokasi yang berbeda dan diambil secara acak. Dua sampel dari daerah Sumber, dua sampel dari kantin USU, delapan sampel dari Jl. Dr. Mansyur sepanjang pintu 1 sampai pintu 4, dan tiga sampel dari Jl. Universitas.

Distribusi berdasarkan lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel 5.4. dan tabel 5.5. dibawah ini.

Tabel 5.4. Distribusi Hasil Coliform Berdasarkan Lokasi

No Lokasi

Interpretasi Coliform

Total Memenuhi

Syarat

Tidak Memenuhi Syarat

n % n % n %

1. Daerah Sumber 1 50,0 1 50,0 2 100

2. Kantin USU 0 0,00 2 100 2 100

3. Jl. Dr Mansyur dari pintu 1 sampai Pintu 4 USU

2 25,0 6 75,0 8 100

4. Pedagang Kaki Lima Jl. Universitas

1 33,3 2 66,7 3 100

Total 4 26,7 11 73,3 15 100,0

Dari tabel di atas kita dapat melihat bahwa dari sebelas sampel (73.3%) yang tidak memenuhi syarat, enam diantaranya didapat dari pedagang kaki lima yang berjualan di Jalan dr. Mansyur sepanjang pintu 1 sampai pintu 4 USU yang kita ketahui di sepanjang jalan tersebut banyak didapati penjual minuman kaki lima yang menjual berbagai macam jenis minuman yang menggunakan es batu sebagai pelengkap.


(36)

Tabel 5.5. Distribusi Hasil Escherichia coli Berdasarkan Lokasi

No Lokasi

Interpretasi Total Escherichia coli Negatif Escherichia coli Positif

n % n % n %

1. Daerah Sumber 2 100,0 0 0,0 2 100

2. Kantin USU 0 0,0 2 100 2 100

3. Jl. Dr Mansyur dari pintu 1 sampai pintu 4

4 50,0 4 50,0 8 100

4. Pedagang Kaki Lima jl. Universitas

2 66,7 1 33,3 3 100

Total 8 53,3 7 46,7 15 100

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari tujuh sampel yang positif E. coli

empat sampel berasal dari es batu yang didapat dari Jalan dr. Mansyur dari pintu 1 sampai pintu 4 USU.

5.3.2.3. Distribusi Hasil Berdasarkan Jenis Sampel

Sampel yang diperoleh dibagi menjadi dua jenis, yaitu es batu jenis Kristal dan es batu jenis balok pecah. Dari lima belas sampel yang dibeli didapatkan es kristal berjumlah tujuh sampel, dan delapan sampel berasal dari es balok pecah.

Distribusi hasil berdasarkan jenis sampel dapat dilihat pada tabel 5.5. dibawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Hasil Coliform Berdasarkan Jenis Sampel

No Jenis

Interpretasi Coliform Total Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

n % n % n %

1. Es Kristal 2 28,6 5 71,4 7 100

2. Es Balok Pecah 2 25,0 6 75.0 8 100

Total 4 26,7 11 73,3 15 100

Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa lima dari tujuh sampel es batu Kristal tidak memenuhi syarat kesehatan untuk dikonsumsi, sedangkan pada sampel es balok pecah enam dari delapan sampel yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk dikonsumsi.


(37)

Tabel 5.7. Distribusi Hasil Escherichia coli Berdasarkan Jenis Sampel

No Jenis

Interpretasi Escherichia coli

Total

Negatif Positif

n % n % n %

1. Es Kristal 4 57,1 3 42,9 7 100

2. Es Balok Pecah

4 50,0 4 50,0 8 100

Total 8 53,3 7 46,7 15 100

Tabel 5.7. menggambarkan bahwa dari tujuh sampel yang positif terkontaminasi oleh E.coli empat diantaranya berasal dari es balok pecah dan tiga lainnya berasal dari es Kristal.


(38)

5.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data maka dilakukan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan variable yang diteliti.

Jika ditinjau dari syarat mikrobiologis menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002), Kemenkes RI No.907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat–syarat dan pengawasan kualitas air minum menyebutkan bahwa syarat–syarat mikrobiologis untuk air minum adalah indeks MPN Coliform 0 dalam 100 ml sampel. Hal tersebut bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat.

Berdasarkan hasil uji laboratorium mengenai uji bakteriologis sampel es batu yang dijual oleh pedagang minuman kaki lima di lingkungan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa dari 15 sampel es batu terdapat 11 sampel yang tidak memenuhi syarat dan 7 diantaranya positif Escherichia coli.

Perlu kita ingat, bahwa bakteri Coliform disini bukanlah bakteri patogen penyebab berbagai penyakit yang ditularkan melalui air, akan tetapi bakteri ini digunakan sebagai indikator pencemaran makanan dan minuman yang artinya apabila pada hasilnya di dapatkan positif (khususnya positif Escherichia coli) menandakan bahwa makanan atau minuman tersebut sudah terkontaminasi oleh feses manusia atau feses hewan berdarah panas. Dan juga indeks MPN yang didapatkan berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri pathogen, artinya bila nilai indeks MPN rendah maka organisme pathogen akan jauh lebih rendah bahkan tidak ada sama sekali, begitu juga sebaliknya.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dapat terinfeksi dan akhirnya menderita suatu penyakit, diantaranya adalah imunitas atau daya tahan tubuh seseorang, patogenitas atau virulensi, dan jumlah bakteri yang masuk. Untuk air yang terkontaminasi ini dapat menimbulkan gejala jika jumlah mikroorganismenya berkisar antara 108–109 bakteri/ml air.


(39)

Selanjutnya dari 11 sampel yang tidak memenuhi syarat 6 diantaranya didapat dari pedagang sup buah yang berjualan di Jalan dr. Mansyur sepanjang pintu 1 sampai pintu 4 USU, dan dari 7 sampel yang tercemar Escherichia coli 4 sampel diantaranya juga didapat dari pedagang sup buah yang berrjualan di Jalan dr. Mansyur sepanjang pintu 1 sampai pintu 4 USU.

Dari 11 sampel yang tidak memenuhi syarat 5 sampel berjenis es Kristal yang diproduksi oleh pabrik es batu yang dianggap sudah mempunyai standar produksi dan 6 sampel lainnya merupakan es balok pecah yang diproduksi sendiri oleh pedagang minuman.

Jika kita tinjau dari segi lokasi pengambilan sampel maka dapat kita lihat sebagian besar sampel didapat dari pedagang minuman kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan dr Mansyur dari sepanjang pintu 1 sampai pintu 4. Lokasi ini menjadi pilihan para pedagang karena lokasi nya yang strategis yaitu di pinggiran jalan kampus Universitas Sumatera Utara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa para pedagang berjualan tanpa izin yang resmi dari pemerintah setempat. Walaupun lokasinya dinilai sangat strategis tapi kalau kita perhatikan mereka berjualan bersebelahan dengan selokan dan tepat di pinggir jalan raya yang tercemar oleh polusi kendaraan bermotor dan debu jalanan yang memungkinkan mencemari makanan atau minuman yang mereka jajakan.

Jika ditinjau dari jenis es batu yang digunakan, rata rata para pedagang minuman sudah mulai menggunakan es batu Kristal yang dipasok dari pabrik es batu. Yang mana pada proses pembuatannya sudah memenuhi standar. Tapi perlu kita ketahui, walaupun pada proses pembuatan sudah memenuhi standar, tetapi belum tentu pada proses distribusinya. Peneliti memperhatikan bahwa pada saat proses pendistribusian para distributor kurang memperhatikan higienitasnya. Hal ini dikarenakan mereka memasok es batu dengan skala besar, ditumpuk di container


(40)

Jika rata–rata para pedagang kaki lima sudah banyak yang menggunkan es batu Kristal, berbeda hal nya dengan para pedagang sup buah yang berjualan di Jalan dr Mansyur sepanjang pintu 1 sampai pintu 4, rata–rata mereka masih menggunakan es batu balok pecah yang diproduksi oleh mereka sendiri atau mereka dapatkan dari pengusaha es batu rumah tangga skala kecil, yang mana pada proses pembuatannya mungkin ada yang memakai bahan baku air yang belum dimasak. Untuk itu konsumen tetap harus berhati–hati dalam memilih makanan dan minuman yang akan dikonsumsi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada depot air minum isi ulang (AMIU) di Kecamatan Medan Helvetia tahun 2012 yang diteliti oleh salah satu mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat, didapat 20 dari 30 sampel air minum isi ulang (66,7 %) tidak memenuhi syarat konsumsi (Munthe, 2012).

Sebuah Penelitian juga dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor terhadap proses pembuatan dan distribusi es batu menunjukkan 14 dari 31 sampel es memberikan hasil positif terhadap kontaminasi bakteri coliform dan 3 dari 31 sampel es tersebut memberikan hasil positif terhadap kontaminasi bakteri Escherichia coli.

Penelitian terhadap es batu juga dilakukan oleh salah satu mahasiswa kedokteran Universitas Andalas. Dari hasil penelitian didapatkan 8 dari 9 sampel es batu rumah tangga di pasar Lubuk Buaya Kota Padang positif terkontaminasi bakteri

coliform (Basri, 2013).

Menurut hasil penelitian dari pemerintah Hongkong, adanya E. coli dan

Coliform lainnya pada es dapat dikarenakan permukaan pembungkus es telah terkontaminasi saat pengantaran atau pada saat penyimpanan es. Permukaan yang telah terkontaminasi dapat mencemari es tersebut. Selain itu apabila air yang digunakan untuk es bukanlah air bersih, juga dapat memungkinkan terjadinya pencemaran oleh Coliform dan E. coli, karena menurut hasil penelitian, bakteriyang


(41)

terkandung dalam air tersebut tidak mati dalam proses pembekuan, sehingga saat es tersebut mencair dapat memungkinkan bakterihidup kembali.


(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a) Dari lima belas sampel es batu, sebelas sampel memiliki jumlah koloni bakteri Coliform (73.3%) berindeks MPN lebih dari 0 dalam 100 ml sampel. Sedangkan empat sampel lainnya (26.7%) memiliki indeks MPN 0 dalam 100 ml sampel dan memenuhi syarat kesehatan air minum secara bakteriologis.

b) Dari lima belas sampel es batu, tujuh sampel es batu positif mengandungi Escherichia coli (46.7%) dengan koloni berwarna kehijauan dengan bintik hitam di tengah koloni dan kilap logam (metallic sheen) pada media agar EMB. Sedangkan untuk delapam sampel lainnya didapatkan hasil negatif adanya Escherichia coli (53.3%), tapi bisa saja kemungkinan adanya bakteri Coliform jenis yang lain.

c) Es batu yang digunakan pedagang minuman kaki lima di lingkungan Universitas Sumatera Utara sebagian besar tidak memenuhi syarat kesehatan untuk konsumsi.


(43)

6.2. Saran

a) Kepada peneliti selanjutnya agar penelitian dilakukan dengan sampel yang lebih banyak, peneliti selanjutnya agar dapat menentukan ada atau tidaknya kuman pathogen dengan menggunakan agar darah, serta meneliti hubungan atau faktor–faktor yang mempengaruhi kontaminasi es batu oleh bakteri Coliform.

b) Kepada Dinas Kesehatan untuk dapat melakukan pemeriksaan bakteriologis secara berkala dan menetapkan standar baku kelayakan dan izin sertifikasi untuk usaha skala kecil es batu rumah tangga.

c) Kepada produsen dan distributor es batu agar dapat memperhatikan dan meningkatkan higienitas serta sanitasi dalam proses pembuatan dan distribusi es batu.

d) Kepada masyarakat agar lebih bijak dalam memilih makanan dan minuman yang akan dikonsumsi.


(44)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Es batu

2.1.1. Pengertian Es Batu

Es adalah air yang membeku. Pembekuan ini terjadi bila air didinginkan di bawah 0oC pada tekanan atmosfer standard. Es dapat dibentuk pada suhu yang lebih tinggi dengan tekanan yang lebih tinggi juga, dan air akan tetap sebagai cairan atau gas sampai -30oC pada tekanan yang lebih rendah (Badan Standardidasi Nasional, 2007).

Jenis es yang biasa digunakan adalah es balok dan es kristal. Es balok biasanya digunakan untuk mengawetkan hasil laut dan pendingin minuman kemasan. Es Kristal dibuat dari mesin yang disebut Mesin Tube Ice. Dimana es ini dikhususkan untuk minuman karena lebih bersih, lebih jernih dan sudah tercetak tidak perlu dipecahkan lagi (Badan Standardidasi Nasional, 2007).

Pembekuan didasarkan pada dua prinsip, yaitu suhu yang sangat rendah menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan memperlambat aktifitas enzim dan reaksi kimia. Pembentukan kristal es yang menurunkan ketersediaan air bebas di dalam makanan sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat (Badan Standardidasi Nasional, 2007).

2.1.2. Perbedaan Es Batu yang Terbuat dari Air Matang dan Mentah 2.1.2.1 Es air matang

Es dari air matang akan terlihat bening karena gas di dalam air terlepaskan ketika proses perebusan. Biasanya, es seperti ini disebut es Kristal (Micheal, dkk, 2010).

2.1.2.2. Es air mentah :

Es dari air mentah berwarna putih karena masih banyak gas yang terperangkap di dalamnya. Biasanya, es yang dibuat dari air mentah adalah es Balok.


(45)

Es ini jelas-jelas tidak baik dikonsumsi, terlebih lagi jika airnya diambil dari air sungai yang tercemar (Micheal, dkk, 2010).

2.1.3. Hubungan Es Batu dengan Kehadiran Bakteri Indikator Pencemaran Air

Menurut hasil penelitian dari pemerintah Hongkong, adanya E. coli pada es dapat dikarenakan permukaan pembungkus es telah terkontaminasi saat pengantaran atau pada saat penyimpanan es. Permukaan yang telah terkontaminasi dapat mencemari es tersebut. Selain itu apabila air yang digunakan untuk es bukanlah air bersih, juga dapat memungkinkan terjadinya pencemaran E. coli, karena menurut hasil penelitian, E. coli yang terkandung dalam air tersebut tidak mati dalam proses pembekuan, sehingga saat es tersebut mencair dapat memungkinkan E. Coli hidup kembali (Saraswati, dkk, 2010).

2.2. Air Sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Batu 2.2.1. Pengertian Air

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Pada keadaan standar, air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.

Dalam kehidupan sehari–hari air dapat kita jumpai dalam bentuk padat (es), cairan (air), gas (uap air) (Allafa, 2008).

2.2.2. Kriteria Kualitas Air

Air yang digunakan untuk keperluan sehari–hari sebaiknya adalah air yang memenuhi kriteria sebagai air bersih. Air bersih merupakan air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari–hari yang kualitasnya memenuhi syarat–syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sedangkan yang dinamakan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tahap proses pengolahan memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Waluyo, 2009).


(46)

Persyaratan kesehatan untuk air bersih dan air minum meliputi persyaratan fisik, kimiawi, radioaktif, dan bakteriologis. Syarat–syarat tersebut menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah sebagai berikut:

a) Persyaratan Fisik

Kriteria fisik ditentukan oleh faktor–faktor kekeruhan, warna, bau, total zat padat terlarut (TDS), suhu, maupun rasa. Secara fisik air bersih atau air minum harus jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 3oC.

b) Persyaratan Kimia

Air bersih tidak boleh mangandung bahan–bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah: aluminium, pH, kesadahan, besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chloride (Cl), Sulfat, Amonia. Jenis parameter lainnya: bahan anorganik, bahan organik, pestisida, desinfektan dan hasil samping desinfektan.

c) Persyaratan Radiologis

Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan–bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta, dan gamma.

d) Persyaratan Bakteriologis atau Mikrobiologis

Air bersih tidak boleh mengandung kuman pathogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E.coli atau Fecal coli dalam air.


(47)

Parameter bakteriologis atau mikrobiologis penentu kualitas air minum atau air konsumsi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Secara Mikrobiologis

Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan a) Air minum E.coli atau fecal coli Jumlah per 100ml sampel 0

b) Air yang masuk sistem distribusi

E.coli atau fecal coli Total bakteri coliform

Jumlah per 100ml sampel Jumlah per 100ml sampel

0 0 c) Air pada sistem

distribusi

E.coli atau fecal coli Total bakteri coliform

Jumlah per 100ml sampel Jumlah per 100ml sampel

0 0 Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2002

2.2.3. Mekanisme Penyebaran Penyakit Melalui Air

Beberapa penyakit dapat ditularkan melalui air. Dalam hal ini air berfungsi sebagai media atau vehicle. Pola mekanisme penularan penyakit infeksi yang berkaitan dengan air minum adalah sebagai berikut :

Kematian

Kelemahan sembuh Gambar 2.1. Pola mekanisme penularan penyakit infeksi yang berkaitan dengan

air minum.

(Sumber : Teknologi penyediaan Air Bersih, 2006). tangan Sumber infeksi Sumber infeksi (Feces) Manusia Makanan Susu Sayuran serangga


(48)

Air minum atau air yang dikonsumsi oleh masyarakat yang telah tercemar oleh bakteri penyebab berbagai penyakit dapat menular kepada manusia atau hewan melalui 4 mekanisme yaitu (Waluyo, 2009):

a) Water–borne Mechanism

Mekanisme penyebaran penyakit dimana pathogen penyebab penyakit berada dalam air yang telah tercemar dan dapat menyebabkan penyakit infeksi bila terminum oleh manusia atau hewan. Hal ini karena air tersebut mengandung kuman pathogen. Penyakit–penyakit yang ditularkan melalui mekanisme tersebut dinamakan water–borne disease. Diantara penyakit– penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini adalah penyakit kolera, penyakit tifoid, penyakit hepatitis infeksiosa, penyakit disentri, dan gastroenteritis.

b) Water–washed Mechanism

Water–washed mechanism merupakan mekanisme penyebaran penyakit bila suatu penyakit infeksi dapat dicegah dengan memperbanyak volume dan pemakaian air serta memperbaiki hygiene perorangan. Penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan higiene perorangan dan air bagi kebersihan alat–alat terutama alat dapur dan alat makan disebut

water–washed disease. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit–penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi.

Penyakit yang disebabkan oleh water–washed mechanism sangat banyak dan dikelompokkan menjadi: penyakit infeksi saluran pencernaan, penyakit infeksi kulit dan selaput lendir, penyakit yang ditimbulkan oleh insekta pada kulit dan selaput lendir.

c) Water–based Mechanism

Cara penyebaran penyakit ini terjadi bila sebagian siklus hidup penyebab penyakit memerlukan hospes perantara. Penyakit yang disebarkan


(49)

melalui mekanisme ini disebut water–based disease, misalnya

Schistosomiasis.

d) Insect–vector Mechanism

Cara penyebaran dengan mekanisme ini berkaitan dengan air memerlukan serangga sebagai vector penyebaran pathogen penyebab penyakit. Penyakit yang disebarkan dengan mekanisme ini disebut water related insects vector. contoh–contoh penyakit yang ditularkan melalui vector yang hidupnya bergantung pada air, misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, yellow fever, dan lain sebagainya.

Mengingat air dapat berfungsi sebagai media penularan penyakit, maka untuk mengurangi timbulnya penyakit-penyakit atau menurunkan angka kematian tersebut salah satu usahanya adalah meningkatkan penggunakan air minum yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas.

2.2.4. Hubungan Air dengan Bakteri Patogen Penyebab Waterborne Disease Air merupakan media atau lingkungan yang baik untuk kehidupan organisme, baik organisme patogen maupun non patogen. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup di air, atau tidak tahan lama hidup di dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok. Patogen yang sering ditemukan didalam air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholera

penyebab penyakit Kolera, Shigella disentriae penyebab penyakit Disentri Basiler,

Salmonella thyposa penyebab Tifus, dan Salmonella paratyphi penyebab paratifus, virus polio, hepatitis dan Entamoeba histolytica penyebab Disentri Amuba. Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui air perlu dilakukan kontrol terhadap kualitas air (Sutrisno, Totok, 2006).

Infeksi asal air, sebagaimana halnya penyakit asal makanan disebabkan oleh mikroorganisme yang memasuki dan meninggalkan inang lewat rute mulut – usus. Infeksi semacam itu disebut juga infeksi enterik karena ususlah yang terinfeksi.


(50)

Penyakit asal air terjadi karena meminum air tercemar. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air ini disebut water borne disease. Sebenarnya sumber infeksi itu bukanlah airnya melainkan tinja yang berasal dari manusia atau hewan yang telah mencemari air tersebut. Tinja tersebut mengandung patogen-patogen enterik bila berasal dari orang sakit atau carrier (Depkes RI, 2002). Bagaimanapun juga, dengan cara penularan lewat air itulah wabah infeksi enterik yang dapat menjangkiti banyak orang.

2.3. Bakteri Coliform

2.3.1. Pengertian Bakteri Coliform

Coliform adalah bakteri yang terdapat di saluran pencernaan dari hewan, termasuk manusia dan juga ditemukan pada limbah yang mereka hasilkan. Coliform juga ditemukan di dalam tanaman dan material tanah (New York State Department of Health, 2011).

Bakteri coliform adalah jenis bakteri yang umum digunakan sebagai indikator penentuan kualitas sanitasi makanan dan air. Coliform sendiri sebenarnya bukan penyebab dari penyakit-penyakit bawaan air, namun bakteri jenis ini mudah untuk dikultur dan keberadaannya dapat digunakan sebagai indikator keberadaan organisme patogen seperti bakteri , virus atau protozoa yang merupakan parasit yang banyak hidup dalam sistem pencernaan manusia serta terkandung dalam feses. Organisme indikator digunakan karena ketika seseorang terinfeksi oleh bakteri patogen, orang tersebut akan mengekskresi organisme indikator jutaan kali lebih banyak dari pada organisme patogen. Hal inilah yang menjadi alasan untuk menyimpulkan bila tingkat keberadaan organisme indikator rendah maka organisme patogen akan jauh lebih rendah atau bahkan tidak ada sama sekali (Servais, 2007).

Bakteri coliform dijadikan sebagai bakteri indikator karena tidak patogen, mudah serta cepat dikenal dalam tes laboratorium serta dapat dikuantifikasikan, tidak berkembang biak saat bakteri patogen tidak berkembang biak, jumlahnya dapat dikorelasikan dengan probabilitas adanya bakteri patogen, serta dapat bertahan lebih


(51)

lama daripada bakteri patogen dalam lingkungan yang tidak menguntungkan (Slamet, 2004).

2.3.2. Karakteristik Bakteri Coliform

Golongan bakteri coliform merupakan indikator alami baik di dalam air yang tampak jernih maupun air kotor, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, pada temperatur 37oC dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk asam dan dalam 48 jam dapat membentuk gas (Pelczar, 1993 dalam Nugroho, 2006)

2.3.3. Klasifikasi Bakteri Coliform

Bakteri coliform dalam air minum diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu coliform total, fecal coliform, dan E. coli.

Coliform total yaitu termasuk bakteri yang ditemukan dalam tanah, air yang telah dipengaruhi oleh permukaan air, dan limbah manusia atau hewan.

Fecal coliform adalah kelompok dari coliform total tetapi lebih spesifik hanya untuk bakteri yang juga dapat hidup dalam saluran cerna atau tinja manusia ataupun hewan berdarah panas. Karena asal usul dari fecal coliform lebih spesifik maka fecal

coliform dianggap sebagai indikasi yang lebih akurat untuk menentukan kontaminasi air oleh tinja manusia atau hewan berdarah panas daripada total coliform.

Sedangkan Escherichia coli (E.coli) adalah spesies yang utama dalam kelompok fecal coliform, dari lima kelompok umum bakteri coliform, hanya E.coli yang umumnya tidak bereproduksi dan tumbuh di lingkungan. Akibatnya, E.coli dianggap sebagai spesies bakteri coliform untuk indikator terbaik dari pencemaran tinja dan kemungkinan disertai adanya bakteri yang patogen (New York State Departmen Of Health, 2011).


(52)

Hubungan antara total coliform, fecal coliform, dan E.coli:

Gambar 2.2. Hubungan Antara Total coliforms, Fecal coliforms, dan E.coli (Sumber: New York State Departmen Of Health, 2011)

2.3.4. Bakteri–Bakteri Golongan Coliform

Yang termasuk golongan coliform adalah Escherichia coli, dan spesies dari

Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella, dan Serratia. Eschericia coli, merupakan anggota coliform yang dapat dibedakan dari bakteri coliform lain karena kemampuannya memfermentasikan laktosa pada suhu 44°C (pada MPN hal ini dilakukan pada tahap terakhir atau saat uji kelengkapan). Pengidentifikasian dapat dilihat dari pertumbuhan dan reaksi yang memberikan warna berbeda pada media kultur khusus. Saat dikulutur pada media EMB, hasil positif E. coli adalah koloni berwarna hijau metalik. Tidak seperti golongan coliform pada umumnya, E. coli

merupakan bakteri yang berasal dari feses dan kehadirannya efektif mengkonfirmasi adanya kontaminasi fekal pada badan air. Umumnya, pada feses, E. coli ada sebanyak 11% dari coliform (Slamet, 2004).

Total coliform Fecal coliform


(53)

Bakteri–bakteri yang termasuk ke dalam golongan coliform umum dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2. Famili, Genera dan Species Beberapa coliform Umum

Famili Genera Species

Enterobacteriaceae Escherichia Escherichia coli

(E.coli)

Klebsiella Klebsiella pneumonia

(K.pneumonia)

Enterobacter Enterobacter aerogenus

(E.aerogenus)

Citobacter Citobacter freundii

(C.freundii)

Sumber: National Health and Medical Research Council, Australian Government.

2.4. Escherichia coli

Escherichia coli adalah batang Gram negatif dengan ukuran 0,4 – 0,7 x 1 – 3 mm. Escherichia coli adalah fakultatif anaerob dan dapat tumbuh di media sederhana dengan sebagian koloni dapat bergerak, sebagian tidak. Biasanya meragi laktosa dan memproduksi gas dari glukosa seperti indol dan asetat tetapi tidak memproduksi sitrat. Beberapa strain memproduksi beta hemolisin (Jawetz, et al, 2013).

Escherichia coli hidup secara normal pada usus besar manusia dan binatang tertentu tetapi tidak menyebabkan binatang atau manusia tersebut menjadi sakit apabila dalam batas normal. Jumlah normal konsentrasi Escherichia coli pada feses 1.000.000 – 100.000.000/gr feses. Untuk mendeteksi kadar feses manusia pada air,

Escherichia coli dipilih sebagai indikator dari level polusi air, pengukurannya menggunakan indeks coliforms. Penentuan coliforms fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkolerasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Oleh karena itu, coliforms adalah indikator kualitas air.


(54)

Makin sedikit kandungan coliforms artinya kualitas air semakin baik (Rahmawati, Azizah, 2005).

Escherichia coli yang disekresikan dalam jumlah besar melalui feses akan mengkontaminasi lingkungan dan bakteri ini akan bertahan hidup (tidak tumbuh) dalam beberapa hari sampai beberapa minggu di luar tubuh. Apabila Escherichia coli

ditemukan dalam persedian air, harus diperhitungkan indikasi bahwa persediaan air tersebut telah terkontaminasi oleh feses manusia dan hewan. Air yang terkontaminasi ini dapat menimbulkan gejala jika jumlah mikroorganismenya berkisar antara 108 – 109 bakteri/ml air (Jawetz, et al, 2013).

Escherichia coli biasanya tidak merugikan manusia bahkan Escherichia coli

membentuk vitamin K tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan Escherichia coli

dapat berbahaya :

1. Apabila bakteri keluar dari saluran pencernaan dan masuk ke traktus urinarius ini dapat menyebabkan infeksi biasanya disebut honey moon cystitis karena intercourse dapat menyebabkan bakteri masuk kandung kemih.

2. Ketika bakteri keluar dari saluran pencernaan melalui perforasi lalu masuk ke abdomen menyebabkan peritonitis.

3. Beberapa strain Escherichia coli bersifat toksik (beberapa menghasilkan toksin yang mirip disentri) dan dapat menyebabkan keracunan makanan (terkontaminasi saat penyimpanan, pemakaian) dapat fatal apabila di makan anak kecil, orang dewasa dengan imunodefisiensi.

Escherichia coli adalah penyebab yang paling sering dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda, gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas. Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan bakteremia dengan tanda-tanda klinik sepsis. Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan di seluruh dunia. Escherichia coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat virulensinya, dan


(55)

setiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda (Jawetz, et al, 2013).

a. Escherichia coli Enteropatogenik (EPEC) adalah penyebab penting diare pada bayi, khususnya dinegara berkembang. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil. Terjadi kehilangan mikrovili (penumpulan), membentuk tumpuan filamen aktin atau struktur mirip mangkuk, dan kadang-kadang , EPEC masuk ke dalam sel mukosa. Dapat terlihat lesi yang khas pada mikrograf elektron dari biopsi lesi usus kecil. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare cair, yang biasanya sembuh sendiri tetapi dapat juga menjadi kronik

b. Escherichia coli Enterotoksigenik (ETEC) adalah penyebab yang sering dari diare wisatawan dan sangat penting menyebabkan diare pada bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil.

c. Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC) menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksiknya pada sel Vero, suatu sel ginjal dari monyet hijau Afrika. EHEC berhubungan dengan kolitis hemoragik, bentuk diare yang berat, dan dengan sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat gagal ginjal akut, anemia hemolitik mikroangiopatik, dan trombositopenia.

d. Escherichia coli Enteroinvasif (EIEC) menimbulkan penyakit yang sangat mirip dengan shigelosis. Penyakit terjadi paling sering pada anak-anak dinegara berkembang dan pada para wisatawan yang menuju kenegara tersebut. EIEC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus.

e. Escherichia coli Enteroagregatif (EAEC) menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di negara berkembang. Bakteri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia. Sangat sedikit yang diketahui


(56)

mengenai faktor virulensi EAEC dan epidemiologi penyakit yang disebabkannya.

Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, Escherichia coli dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak memiliki antibodi IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih. Escherichia coli dan streptokokus golongan B adalah penyebab utama meningitis pada bayi. Escherichia coli

merupakan penyebab pada sekitar 40% kasus meningitis neonatal, dan kira-kira 75%

Escherichia coli dari kasus meningitis ini mempunyai antigen K1. Antigen ini bereaksi silang dengan polisakarida sampai golongan B dari N.meningitides (Jawetz,

et al, 2013).

2.5. Analisis Mikroba dalam Air

Untuk menentukan jumlah coliform total atau coliform tinja di dalam sampel air, dipakai prosedur tabung fermentasi atau yang disebut juga prosedur MPN (Most Probable Number) atau prosedur JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat) dan Prosedur Saringan Membran. Pada sistem atau prosedur tabung fermentasi, pengujiannya dilakukan secara bertahap, sehingga sistem ini sesuai kalau dilakukan di laboratorium. Sedangkan sistem saringan membran, pemeriksaannya dapat dibaca atau diamati secara langsung di lapangan (Waluyo, 2009).

2.5.1. Analisis Coliform dengan MPN 2.5.1.1 Pengertian MPN

MPN adalah suatu metode perhitungan mikroorganisme berdasarkan data kualitatif hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung untuk memperoleh kisaran data kuantitatif jumlah mikroorganisme tersebut (MPN/ml(g)). MPN merupakan suatu metode uji pengenceran bertingkat (serial dilution) untuk mengukur konsentrasi mikroorganisme target dengan perkiraan. Standar Nasional Indonesia seri 012332.1 mendeskripsikan MPN sebagai metode


(57)

untuk menghitung jumlah mikroba dengan menggunakan medium cair pada tabung reaksi yang pada umumnya setiap pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statistik (Badan Standardisasi Nasional, 2006).

Dalam metode MPN untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam praktikum digunakan kelompok coliform sebagai indikator. Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan coliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah coliform dalam sampel yang diuji. Jumlah coliform ini bukan perhitungan yang tepat namun merupakan angka yang mendekati jumlah yang sebenarnya ( Lay, 1994).

MPN sangat berguna untuk menetukan jumlah mikroorganisme dengan konsentrasi rendah (<100/g). Metode ini umumnya dipakai untuk menganalisa susu, pangan, air, dan tanah yang mungkin pada jenis sampelnya terdapat kemungkinan partikular sampel yang mampu mengganggu pertumbuhan koloni pada agar (United States Department of Agriculture, 2008)

Beberapa kelebihan metode MPN yang diambil berdasarkan Oblinger dan Korbuger (1975) adalah :

1. Akurasi dapat ditingkatkan dengan memperbanyak tabung yang digunakan setiap pengencerannya.

2. Ukuran (volume) sampel yang cukup besar (dibanding plate count).

3. Sensitivitas umumnya cenderung lebih baik pada konsentrasi mikroorganisme yang sedikit daripada plate count.

4. Recovery umumnya lebih baik karena mengunakan media cair, tetapi tetap tergantung partikel sampel yang mungkin dapat mengganggu.

5. Jika medium spesifik yang sesuai dengan pertumbuhan bakteri target dapat dibuat maka perkiraan perhitungan MPN dapat dilakukan berdasarkan medium tersebut.


(58)

2.5.1.2. Prinsip Metode MPN

Prinsip utama metode ini adalah megencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas atau sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif “kadang kadang tetapi tidak selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin sering tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung positif yang muncul. Semua tabung yang dihasilkan sangat tergantung dengan probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya dalam media. Oleh karena itu, homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini. Kombinasi kemunculan positif atau negatif ini menggambarkan perkiraan konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan. Perubahan data dari positif atau negatif sampai menghasilkan angka dilakukan dengan proses perhitungan statistik. Jadi nilai MPN adalah suatu angka yang menggambarkan jumlah mikroorganisme yang memiliki kemungkinan paling tinggi (Pradhika, 2014).

Pemilihan media sangat berpengaruh terhadap metode MPN yang dilakukan. Umumnya media yang digunakan mengandung bahan nutrisi khusus untuk pertumbuhan bakteri tertentu. Misalnya dalam mendeteksi kelompok coliform dapat menggunakan media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB). Di dalam media ini mengandung lactose yang akan mendukung pertumbuhan organisme gram negatif seperti coliform dan Pseudomonas sp dan garam empedu (bile salt) untuk menyeleksi terhadap bakteri gram positif. Untuk menghitung coliform pada tahapan pendugaan umumnya menggunakan Lauryl Sulphate Tryptose (LST) Broth, sedangkan untuk menghitung E.coli pada tahap konfirmasi diperlukan media EC (Escherichia coli)

Broth (Pradhika, 2014).

Sistem metode MPN yang paling banyak digunakan adalah Symmetric Dilution System yaitu metode MPN yang menggunakan banyak tabung secara paralel setiap pengencerannya. Semakin banyak jumlah tabung yang digunakan setiap


(59)

serinya maka semakin presisi nilai yang dihasilkan. Disarankan untuk menggunakan 5 atau lebih tabung setiap serinya jika menginginkan presisi yang lebih baik (ISO, 2007)

2.5.1.3. Tahap Uji Metode MPN

Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test).

1. Uji pendugaan (Presumptive Test)

Uji pendugaan mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif. Dalam uji pendugaaan, setiap tabung yang menghasilkan gas dalam masa inkubasi diduga mengandung bakteri

coliform.

Medium yang digunakan adalah kaldu laktosa. Bakteri

coliform menggunakan laktosa sebagai sumber karbonnya. Tes ini dikatakan positif jika setelah inkubasi 370C selama 48 jam laktosa yang telah difermentasi akan berubah warna dan terbentuk gas yang ditampung oleh tabung Durham yang diletakkan terbalik.

Dalam tahap ini, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah, masih dalam dugaan. Maka diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform.

2. Uji konfirmasi (Confirmed Test)

Merupakam tes lanjutan dari tes pendugaan. Uji konfirmasi dilakukan untuk mengkonfirmasi bahwa gas yang terbentuk disebabkan oleh bakteri coliform dan bukan disebabkan oleh kerja sama beberapa spesies sehingga menghasilkan gas. Untuk uji konfirmasi digunakan Brilliant Green Lactose Broth (BGLB) yang diinokulasi dengan satu mata ose media yang memperlihatkan hasil


(60)

positif pada uji duga. Kaldu BGBL diinkubasikan pada suhu 35oC selama 48 jam.

3. Uji kelengkapan (Completed Test)

Uji kelengkapan dilakukan untuk menetukan hasil pemeriksaan benar–benar postif, maka mikroba dari hasil uji konfirmasi yang positif diinokulasikan pada kaldu laktosa kembali. Selain itu ditumbuhkan pula pada agar miring. Jika timbul gas pada kaldu laktosa, maka uji kelengkapan dinyatakan positif. Selanjutnya, jumlah coliform dapat dihitung dengan menggunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan metode JPT atau MPN.

2.5.1.4. Nilai MPN

Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony forming unit ; cfu) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum (Cahyo, 2008).

Hasil dari metode MPN memiliki derajat kepercayaan karena proses perhitungannya merupakan hasil dari peluang. Arti dari 95% confidence interval

dalam table MPN adalah kemungkinan paling tidak 95% rentang derajat kepercayaan dari hasil akhir adalah sesuai konsentrasi yang sebenarnya. Di dalam table MPN terdapat kolom derajat kepercayaan (confidence interval) 95% dengan batas bawah (lower limit) dan batas atas (upper limit). Angka ini menunjukkan batas derajat kepercayaan tersebut. Nilai indeks MPN dan derajat kepercayaan dalam tabel dinyatakan dalam dua digit signifikan, misalnya nilai 400 adalah hasil pembulatan antara 395 dan 405 (Food and Drug Administration, 2002).


(61)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Definisi Pangan menurut Undang−Undang RI Nomor 18 Tahun 2012 adalah

segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan dan minuman. Sedangkan Keamanan Pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Dan yang terakhir, Sanitasi Pangan adalah upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi Pangan yang sehat dan higienis yang bebas dari bahaya cemaran biologis, kimia dan benda lain (Badan Ketahanan Pangan, 2013).

Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Air dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk cair ataupun dalam bentuk padat, dalam bentuk padat yaitu berupa es batu. Es batu dianggap dapat memperpanjang umur simpan suatu produk pangan karena berkaitan dengan rendahnya suhu es batu sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Perlu kita ketahui bahwa proses pembekuan tidak sepenuhnya membunuh bakteri, banyak bakteri dapat bertahan hidup pada suhu yang rendah untuk jangka waktu yang relatif panjang dan bisa menjadi penyebab ledakan penyakit alat pencernaan. Salah satu penyebab timbulnya penyakit yang berkaitan dengan konsumsi es yaitu kurang diperhatikannya faktor kebersihan dan sanitasi dalam proses pembuatan dan distribusi es batu (Sopacua dkk, 2013).


(62)

Es batu merupakan produk pangan sekaligus sebagai pelengkap yang sering disajikan bersama minuman dingin dan dianggap aman untuk dikonsumsi. Dalam masyarakat, es batu dikenal sebagai air yang dibekukan. Pembekuan ini terjadi bila air didinginkan di bawah 0º C. Air yang digunakan sebagai bahan pokok pembuatan es batu haruslah air yang higienis dan memenuhi standar sanitasi. Sampai saat ini, belum ada peraturan sertifikasi izin atau rekomendasi kelayakan industri es batu yang baku ditinjau dari segi higienis dan sanitasi, karena usaha es batu masih tergolong dalam usaha skala kecil dan merupakan usaha rumah tangga, sehingga higienis dan sanitasinya masih diragukan (Micheal dkk, 2010).

Menurut Food and Environmental Hygiene Department (FEHD) pemerintah Hongkong, es dalam kemasan yang keluar dari pabrik tidak boleh mengandung

coliform maupun E. coli sama sekali (0 cfu/100 ml) (FEHD, 2005).

Bahan baku untuk pembuatan es batu seharusnya menggunakan air minum yang sudah memenuhui syarat kelayakan konsumsi. Standar kualitas air minum di Indonesia menurut Standar Nasional Indonesia yaitu air minum tidak boleh mengandung bakteri coliform tinja sama sekali atau 0 cfu/100 ml dan coliform total maksimal 3 cfu/100 ml (Lablink, 2008).

Sedangkan menurut Permenkes Keputusan Menteri Kesehatan RU Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang persyaratan dan pengawasan kualitas air minum, kadar Escherichia coli harus 0/100 mL air (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2009).

Penelitian pada depot air minum isi ulang (AMIU) di Kecamatan Medan Helvetia tahun 2012 yang diteliti oleh salah satu mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat, didapat 20 dari 30 sampel air minum isi ulang (66,7 %) tidak memenuhi syarat konsumsi (Munthe, 2012). Apabila air yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan es batu sudah tercemar oleh bakteri coliform atau patogen, es batu yang akan dihasilkan pun juga menjadi tidak layak konsumsi.

Sebuah Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor terhadap proses pembuatan dan distribusi


(1)

Kedokteran Univeritas Sumatera Utara yang telah membantu dan memberi saran kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, bapak Edmon dan ibu Linda Indriati serta saudara-saudara saya atas doa, semangat, dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.

7. Seluruh teman-teman penulis yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moral atau materi yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dari semua pihak agar penulis dapat menjadi lebih baik kelak. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.

Desember 2015

Penulis,

... Lindia Fitri


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan………. i

Abstrak……….. ii

Abstract………. iii

Kata Pengantar……….. iv

Daftar Isi……… vi

Daftar Tabel……… viii

Daftar Gambar………... ix

Daftar Lampiran………... x

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar belakang……….... 1

1.2. Rumusan Masalah……….. 3

1.3. Tujuan Penelitian……… 3

1.4. Manfaat Penelitian……….. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………. 5

2.1. Es Batu……… 5

2.1.1. Pengertian Es Batu……… 5

2.1.2. Perbedaan Es Batu Yang Terbuat Dari Air Matang dan Mentah………. 5

2.1.3. Hubungan Es Batu dengan Kehadiran Bakteri Indikator Pencemaran Air………. 6

2.2. Air Sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Batu………. 6

2.2.1. Pengertian Air……… 6

2.2.2. Kriteria Kualitas Air……….. 6

2.2.3. Mekanisme Penyebaran Penyakit Melalui Air……….. 8

2.2.4. Hubungan Air dengan Bakteri Patogen Penyebab Water‒borne Disease……….. 10

2.3. Bakteri Coliform……….. 11

2.3.1. Pengertian Bakteri coliform……… 11

2.3.2. Karakteristik Bakteri coliform……… 12

2.3.3. Klasifikasi Bakteri coliform……… 12

2.3.4. Bakteri‒Bakteri Golongan coliform……… 13

2.4. Escherichia coli………. 14

2.5. Analisa Mikroba dalam Air……….. 17


(3)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL………… 22

3.1. Kerangka Konsep Penelitian……….. 22

3.2. Defenisi Operasional………. 22

3.3. Variabel Penelitian………. 24

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 25

4.1. Jenis Penelitian……… 25

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian………. 25

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………. 25

4.4. Teknik Pengumpulan Data……….. 27

4.5. Pengolahan dan Analisis data………... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 33

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 33

5.2. Karakteristik Sampel……… 33

5.3. Hasil Penelitian………. 34

5.4. Pembahasan……… 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 46

6.1. Kesimpulan………. 46

6.2. Saran……… 47

DAFTAR PUSTAKA……….. 48


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Secara Mikrobiologis……….. 8

Tabel 2.2. Famili, Genera, dan Species Beberapa Coliform Umum……… 14

Tabel 3.1. Variabel Penelitian……….. 24

Tabel 4.1. Tabel MPN 511 Menurut Formula Thomas………. 32

Tabel 5.1. Hasil Hitung Indeks MPN Terhadap Bakteri Coliform……… 34

Tabel 5.2. Hasil Positif pada Uji Penegasan……….. 35

Tabel 5.3. Identifikasi Escherichia coli pada Media Agar EMB………... 36

Tabel 5.4. Distribusi Hasil Coliform Berdasarkan Lokasi……… 39

Tabel 5.5. Distribusi Hasil Escherichia coli berdasarkan Lokasi………. 40

Tabel 5.6. Distribusi Hasil Colform Berdasarkan Jenis Sampel……….. 40


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pola Mekanisme Penularan Penyakit Infeksi yang Berkaitan dengan Air

Minum………. 8

Gambar 2.2. Hubungan Antara Total Coliform, Fecal Coliform, dan E.coli……… 13

Gambar 3.1. Kerangka Konsep………. 22

Gambar 5.1. Menunjukkan Presentase Hasil Hitung Indeks MPN……… 37 Gambar 5.2. Menunjukkan Presentase Hasil pada Media Agar EMB……….. 38


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Izin Meneliti

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Riset Lampiran 4 Ethical Clearence

Lampiran 5 Data Induk

Lampiran 6 Kemenkes RI Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian


Dokumen yang terkait

Kajian Cemaran Escherichia coli pada Air Tahu yang Dijual Pedagang Kaki Lima di Pasar Bagan Batu Tahun 2006

5 45 72

KANDUNGAN BAKTERI COLIFORM DALAM ES BATU PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI JALAN KALIMANTAN KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

1 7 21

Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Es Batu yang Dijual Warung Nasi di Kelurahan Pisangan Tahun 2015

4 32 61

Analisis cemaran bakteri coliform dan identifikasi escherichia coli pada es batu kristal dan es balok di Kelurahan Cibubur Jakarta Timur Tahun 2016

10 70 91

Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 1 12

Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 1 2

Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 4

Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 4 17

Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 0 4

Analisa Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

0 2 13