48 kredit yang diberikan tersebut mengalami kegagalan. Oleh karena itu
tidaklah berkelebihan kiranya sekali lagi para analisis kredit untuk diminta kejelian dan ketelitian dalam penilaian barang-barang yang dijamin kepada
bank. Menurut Muljono 1994 : 290, dalam penilaian ini ada 2 sasaran
pokok yaitu :
a. Untuk menilai nilai ekonomis dari barang jaminan. b. Untuk menilai nilai yuridis dari barang jaminan yang bersangkutan.
Kedua nilaipersyaratan tersebut harus dipenuhi secara lengkap apabila jaminan yang akan diikat tersebut memang ditujukan sebagai alat
pengamanan atas kredit yang diberikan.
2.2.3.1. Jenis-Jenis Jaminan
Secara umum wujud dari jaminan perkreditan dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain :
1. Dari pemilik barang jaminan itu sendiri : a. Dapat berupa kekayaan dari si debitur yang bersangkutan.
b. Dapat pula berupa kekayaan dari pihak ketiga lainnya yang digunakan untuk menjamin kredit yang diperoleh si debitur
tersebut. 2. Dari status kekayaan tersebut didalam suatu perusahaan :
a. Dapat sebagai current assets, antara lain berupa piutang diikat
dengan cara cessie stock persediaan barang-barang yang
49 diperdagangkan barang-barang setengah jadi,bahan baku dan
seterusnya. b. Dapat juga sebagai fixed asset, yaitu kekayaanalat produksi dari
debitur yang bersangkutan seperti tanah, bangunan, alat transportasi dan seterusnya.
3. Dari wujud barang jaminan itu sendiri :
a. Jaminan dalam bentuk tangible assets yaitu barang-barang yang ada wujudnya secara fisik antara lain aktiva lancar, aktiva tetap milik
perusahaan ataupun jaminan kebendaan lainnya. b. Jaminan dalam bentuk intangible assets yaitu jaminan kredit yang
tidak ada wujudnya secara fisik, misalnya jaminan pribadi letter of quarante, letter of comfort, rekomendasi, tanda tangan avalist
dan seterusnya.
4. Dari fungsinya dalam kegiatan perkreditan yang bersangkutan dapat pula dibedakan antara lain :
a. Jaminan utama, yaitu barang-barang yang diperoleh dibeli dengan
kredit yang bersangkutan, dan kemudian dijaminkan kepada bank kembali.
b. Jaminan tambahan, yaitu barang-barang jaminan lainnya di luar yang dibiayai dengan kredit tersebut, dengan maksud sebagai alat
pengamanan terhadap kredit yang telah ditarik oleh debitur.
50 5. Dari jumlah kreditur, maka jaminan dapat pula dibedakan :
a. Sebagai jaminan tunggal, yaitu atas suatu kekayaan hanya ada
pengikatan jaminan dengan satu bank saja. b. Dapat pula jaminan tersebut berupa jaminan gabungan yang diikat
sebagai barang jaminan oleh beberapa kreditur bersama-sama atau secara sendiri-sendiri oleh masing-masing kreditur yang
bersangkutan. 6. Dari kestabilan nilai barang jaminan:
a. Akan mengalami penurunan nilai rupiahnya dari waktu ke waktu,
misalnya gedung, alat transportasi, mesin, stock barang dagangan kecuali logam mulia dan seterusnya.
b. Akan mengalami kenaikan nilai rupiahnya dari waktu ke waktu yang lain, misalnya tanah, logam mulia, valuta asing dan
seterusnya. 7. Dari penguasaan barang jaminan :
a. Secara fisik dikuasi oleh bank, dan disimpan dalam gudang atau
dalam khasanah bank misalnya logam mulia, sertifikat deposito surat-surat berharga, barang dagangan yang dikuasai dalam gudang
bank dengan pengamanan kunci rangkap dan sterusnya. b. Secara fisik dikuasai dan digunakan kembali oleh pihak debitur,
yaitu terutama jaminan utama yang diikat oleh bank dengan cara fudicia.
51 8. Dari risiko barang jaminan, yaitu :
a. Kekayaan yang mengandung risiko tinggi, dapat berupa kebakaran,
hilang, rusak dan seterusnya. b. Kekayaan yang tidak mengandung risiko, dan oleh karenanya tidak
perlu ditutup asuransinya misalnya, tanah hak milik. 9. Dari sudut yuridis : jaminan kredit dapat pula dibedakan menjadi:
a. Jaminan kebendaan
- Benda bergerak yaitu mempunyai ciri-ciri karena sifatnya tidak
bergabung dengan tanah, misal perabot rumah tangga. Dan dapat karena ditentukan oleh Undang-undang misalnya, hak
atas surat-surat berharga dan seterusnya. -
Benda tidak bergerak yaitu memiliki ciri-ciri karena sifatnya tidak dapat bergerak misalnya tanah, karena tujuannya,
pemakaiannya tidak dapat bergerak misalnya bangunan atau karena ditentukan oleh Undang-undang misalnya hak guna
bangunan. b. Jaminan bukan kebendaan, atau disebut juga jaminan perorangan,
antara lain bortocht avalist yaitu suatu perjanjian dimana pihak ketiga menyanggupi kepada pihak berpiutang bahwa ia
menyanggupi pembayaran suatu utang, apabila si berutang tidak menepati janjinya di kemudian hari.
52
2.2.3.2. Syarat-syarat Jaminan