KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI PERUSAHAAN DAGANG PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG MOJOKERTO.

(1)

KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

PERUSAHAAN DAGANG PADA BANK RAKYAT INDONESIA

CABANG MOJOKERTO

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

0613010220/FE/EA Ovi Anindita

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

PERUSAHAAN DAGANG PADA BANK RAKYAT INDONESIA

CABANG MOJOKERTO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh:

0613010220/FE/EA Ovi Anindita

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat Karunia-Nya kepada penulis, dan atas izin-Nya pula skripsi yang berjudul “ Keputusan Pemberian Kredit Investasi Perusahaan Dagang Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojokerto” dapat selesai dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini penyusun telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, kesempatan serta pengorbanan baik materiil maupun spiritual dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penyususn dengan segala kerendahan hati menyatakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(4)

ii

serta selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan, dan saran terhadap penyusunan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Akuntansi dan Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Samsugi selaku Pemimpin Cabang Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Mojokerto dan para staf yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyumbangkan informasi yang berguna bagi tersusunnya skripsi ini.

6. Kedua orang tuaku serta kedua kakakku yang selalu kusayangi, terima kasih atas segala doa, bimbingan, pengorbanan dan kasih sayang yang tiada hentinya. 7. Dan Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis, yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna baik materi maupun pembahasannya. Oleh karena itusangat diharapkan adanya saran kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, Mei 2010


(5)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR TABEL ……….. viii

DAFTAR GAMBAR ……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi

ABSTRAKSI ………. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Perumusan Masalah ………. 5

1.3. Tujuan Penelitian ……… 5

1.4. Manfaat Penelitian ………. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ……….. 7

2.2. Landasan Teori ……….. 9


(6)

iv

2.2.1.1. Jenis-jenis Bank ………... 11

2.2.1.2. Kegiatan Usaha Perbankan ……….. 12

2.2.1.3. Sumber Dana Bank ……….. 15

2.2.2. Pengertian Kredit ………... 16

2.2.2.1. Unsur Kredit ……….... 17

2.2.2.2. Jenis Kredit ……….. 18

2.2.2.3. Tujuan dan Fungsi Kredit ……… 21

2.2.2.4. Siklus Perkreditan ……… 24

2.2.2.5. Analisa Kredit ……….. 32

2.2.3. Jaminan ……….. 47

2.2.3.1. Jenis-jenis Jaminan ……….. 48

2.2.3.2. Syarat-syarat Jaminan ……….. 51

2.2.3.3. Fungsi Jaminan ……… 53

2.2.4. Laba Usaha ……… 54

2.2.5. Penjualan ………. 55

2.2.6. Keputusan Pemberian Kredit ………. 57

2.2.7. Teori yang Melandasi Pengaruh Jaminan terhadap Keputusan Pemberian Kredit... 58

2.2.8. Teori yang Melandasi Pengaruh Laba Usaha terhadap Keputusan Pemberian Kredit ... 59


(7)

v

2.2.9. Teori yang Melandasi Pengaruh Penjualan terhadap Keputusan Pemberian

Kredit... 60

2.2.10. Teori yang Melandasi Pengaruh Jaminan, Laba Usaha dan Penjualan terhadap Keputusan Pemberian Kredit... 60

2.3. Kerangka Pikir ……….. 61

2.4. Hipotesis ………. 63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………... 64

3.1.1. Definisi Operasional ……….. 64

3.1.2. Pengukuran Variabel ………. 65

3.2. Teknik Penentuan Sampel ………. 66

3.2.1. Populasi ………. 66

3.2.2. Sampel ………... 66

3.3. Teknik pengumpulan Data ……… 67

3.3.1. Jenis dan Sumber Data ……….. 67

3.3.2. Cara Pengumpulan Data ……… 68

3.4. Uji Normalitas ………... 68

3.5. Uji Asumsi Klasik ………. 69


(8)

vi

3.6.1. Teknik Analisis ……….. 72

3.6.2. Uji Hipotesis ……….. 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ……… 75

4.1.1. Gambaran Umum PT. Bank Rakyat Indonesia ………. 75

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ………. 77

4.2.1. Deskripsi Hasil Penelitian Mengenai Keputusan Pemberian Kredit Investasi ………. 77

4.2.2. Deskripsi Hasil Penelitian Mengenai Jaminan Dalam Pengajuan Kredit Investasi ………. 79

4.2.3. Deskripsi Hasil Penelitian Mengenai Laba Usaha Dalam Pengajuan Kredit Investasi ……….. 81

4.2.4. Deskripsi Hasil Penelitian Mengenai Penjualan Dalam Pengajuan Kredit Investasi ………. 83

4.3. Uji Normalitas ……… 85

4.4. Uji Asumsi Klasik ………. 87

4.5. Teknis Analisis dan Uji Hipotesis ………. 90

4.5.1. Teknis Analisis ……… 90

4.5.2. Uji Hipotesis ……….. 92

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian………. 95


(9)

vii

4.8. Keterbatasan Penelitian ………. 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ……… 100

5.2. Saran ………...…… 101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

viii

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1. : Data Pemberian Kredit ………. 4

TABEL 3.1. : Uji d DURBIN-WATSON ………... 71

TABEL 4.1. : Keputusan Pemberian Kredit Investasi Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojokerto Tahun 2009 ……… 78

TABEL 4.2. : Jaminan dalam Pengajuan Kredit Investasi pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojokerto Tahun 2009 ………... 80

TABEL 4.3. : Laba Usaha dalam Pengajuan Kredit Investasi pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojokerto Tahun 2009 ……… 82

TABEL 4.4. : Penjualan dalam Pengajuan Kredit Investasi pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojokerto Tahun 2009 ……… 84

TABEL 4.5. : Hasil Uji Normalita ………. 86

TABEL 4.6. : Hasil Uji Normalitas Menggunakan Transformasi Data ...… . 86

TABEL 4.7. : Hasil Pengujian Multikolinearitas ……… 88

TABEL 4.8. : Hasil Pengujian Autokorelasi ……….. 89

TABEL 4.9. : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ……… 90


(11)

ix

TABEL 4.11. : Hasil Uji F ……… 93

TABEL 4.12. : Koefisien Determinasi ………. 93

TABEL 4.13. : Hasil Uji t ………. 94

TABEL 4.14. : Rangkuman Penelitian yang Berhubungan dengan Keputusan Pemberian Kredit Investasi ……….. 98


(12)

x

DAFTAR GAMBAR


(13)

xi

KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI PERUSAHAAN DAGANG PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG MOJOKERTO

Oleh Ovi Anindita

ABSTRAK

Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara selalu diarahkan untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan dan perkembangan pada bidang perekonomian memberikan reaksi persaingan yang sangat cepat. Sebagai antisipasi persaingan perekonomian sektor ini memerlukan sumber dana potensial yaitu dana investasi. Salah satu penyedia kebutuhan dana investasi adalah perbankan yang dapat memberikan kredit dengan syarat-syarat tertentu dengan tujuan untuk memperkecil resiko yang mungkin timbul dari pemberian kredit. Maka dari itu penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui apakah nilai jaminan kredit, laba usaha dan penjualan berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit investasi perusahaan dagang pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojokerto.

Penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojokerto dengan metode Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 debitur perusahaan dagang. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa secara simultan dengan menggunakan uji F menyatakan terdapat pengaruh nilai jaminan kredit, laba usaha dan penjualan terhadap keputusan pemberian kredit investasi perusahaan dagang pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojokerto. Sedangkan hasil koefisien determinasi sebesar 0,594. Hal ini berarti menunjukkan bahwa nilai jaminan kredit, laba usaha dan penjualan mampu menjelaskan keputusan pemberian kredit investasi sebesar 59,4%.

Keyword : Nilai Jaminan Kredit, Laba Usaha, Penjualan, Keputusan Pemberian Kredit Investasi


(14)

xiii

LENDING DECISIONS ON TRADE INVESTMENT COMPANY OF THE BANK INDONESIA BRANCH MOJOKERTO

By

Ovi Anindita ABSTRACT

Growth and development of a country's economy is always directed to create prosperity and welfare. Growth and development in the field of economic competition reacted very quickly. In anticipation of economic competition in this sector require a potential funding source that is an investment fund. One investment fund providers are banking that can give you credit with certain requirements in order to minimize the risk that may arise from the granting of loans. Therefore this study aimed to find out whether the value of credit guarantees, operating income sales and influence lending decisions on investment trading company of Bank Rakyat Indonesia Mojokerto Branch.

The study uses secondary data obtained from the Branch Bank Rakyat Indonesia Mojokerto with simple random sampling method with a total sample of 30 debtor trading company. The analytical method used is multiple linear regression.

Based on the analysis results can be concluded that simultaneously by using the F test states have the effect of credit guarantees, operating profit and sales of investment lending decisions on commercial companies Branch of Bank Rakyat Indonesia Mojokerto. While the coefficient of determination equal to 0.594. This means showing that the value of loan collateral, sales and operating income are able to explain the investment lending decisions of 59.4%.

Keyword: Value of Credit Guarantee, Income from Operations, Sales, Investment Lending Decision


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan suatu negara berkembang, pertumbuhan dan

perkembangan perekonomian merupakan hal yang sangat penting untuk

mencapai tujuan pembangunan yaitu kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka pelaksanaan ekonomi harus lebih

memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan unsur – unsur

pemerataan pembangunan, stabilitas nasional dan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan dan perkembangan pada bidang perekonomian saat ini,

ikut pula memacu beberapa sektor diantaranya bidang politik, bidang sosial

budaya, serta bidang pertahanan dan keamanan. Dari berbagai bidang

tersebut yang paling utama adalah bidang ekonomi, akan tetapi semua bidang

tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan harus saling menunjang.

Salah satu faktor yang berkaitan langsung dengan bidang ekonomi adalah

sektor jasa. Sektor jasa ini ikut pula mewarnai persaingan dalam bidang

perekonomian. Sebagai antisipasi dan reaksi atas perkembangan dan

persaingan perekonomian yang demikian cepat dan pesat, maka perusahaan

pada sektor ini merasakan betapa perlunya mencapai sumber – sumber dana


(16)

2

diperoleh dengan cepat dan mudah yaitu dana yang diperoleh dari kredit

Perbankan berupa kredit investasi dan modal kerja.

Bank merupakan suatu lembaga keuangan yaitu suatu badan yang

berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua belah pihak, yaitu pihak yang

kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Peranan bank dalam

masyarakat adalah memberikan kredit dan jasa – jasa lain dalam lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang dalam bentuk Giro, Deposito dan Tabungan.

Dana masyarakat yang terkumpul dalam jumlah yang sangat besar dengan

jangka waktu cukup lama merupakan sumber utama bagi bank dalam

menyalurkan kredit kepada masyarakat yang memerlukan dalam bentuk

pinjaman / kredit.

Bank Rakyat Indonesia sebagai salah satu bank umum di Indonesia

berperan aktif di bidang perbankan. Bank Rakyat Indonesia berhasil menjadi

peringkat pertama rating bank tahun 2009 di kelompok bank nasional dengan

pendapatan Rp. 29,34 triliun dan laba usaha mencapai Rp. 5,30 trilliun. Serta

mendapatkan penghargaan sebagai BUMN terbaik, kinerja terbaik dan bank

terbaik. Salah satu faktor yang menyumbang peningkatan kinerja Bank

Rakyat Indonesia adalah sektor kredit. Sepanjang 2009 BRI mengantisipasi

dampak krisis yang masih terasa, pada semester pertama 2009 BRI fokus

memberikan kredit ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)

yang dikhususkan untuk produk pasar lokal. UMKM BRI saat ini telah


(17)

3

BRI ke sektor mikro per September 2009 mencapai 26,58% atau senilai

Rp51,10 triliun. Berdasarkan data Biro Riset Infobank (birI), kredit BRI

secara year to date (ytd) pada triwulan ketiga 2009 tumbuh 20,46% menjadi

Rp194,07 triliun. (Infobanknews.com).

Dalam usahanya untuk pengelolaan kekayaan bank juga kepercayaan

masyarakat atas bank, maka salah satu bank pemerintah Indonesia yaitu Bank

Rakyat Indonesia (BRI) memberikan fasilitas pinjaman dana bagi para

pengusaha untuk memperlancar dan mengembangkan usahanya dalam

bentuk kredit. Salah satu fasilitas kredit yang diberikan oleh BRI adalah

kredit investasi yang memberikan kemudahan dalam persyaratan pemberian

kredit. Kemudahan yang diberikan antara lain memberikan jangka waktu

pembayaran yang lebih lama, menetapkan suku bunga yang rendah.

Ketentuan pemberian kredit harus mengacu pada tiga asas likuiditas,

solvabilitas dan rentabilitas serta prinsip 6 C antara lain Character (watak),

Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral (jaminan), Condition of economy (kondisi ekonomi) dan Constrain (hambatan). Tujuannya agar pihak bank mempunyai kenyakinan atas kesanggupan debitur untuk

membayar (ability to pay) dan keyakinan atas kemauan debitur untuk

membayar (willingness to pay). Seperti yang telah dijelaskan pada penelitian terdahulu, bahwa prinsip 6 C dipakai sebagai acuan dalam keputusan


(18)

4

Collateral dan Condition of Economy karena prinsip-prinsip tersebut

berpengaruh positif terhadap keputusan pemberian kredit.

Untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan calon debitur

memenuhi kewajiban dan mengatur kemampuannya dalam melunasi hutang

pokok dan bunga, serta sekaligus usaha untuk memperkecil resiko yang

timbul dari pemberian kredit, maka sebelumya pihak bank akan melakukan

analisa kredit yang menyangkut beberapa aspek keuangan yaitu jaminan,

laba usaha dan penjualan. Proses analisa pemberian kredit pada calon debitur

prinsipnya adalah agar pemberian kredit pada calon debitur dapat mencapai

sasaran sekaligus memperoleh pendapatan dan laba.

Tabel 1.1 : Data Pemberian Kredit Investasi

(000)

Perusahaan Permohonan Kredit

Jaminan (Rp)

LabaUsaha (Rp)

Penjualan Realisasi Kredit A 2.000.000 2.297.257 12.022.611 3.878.082 2.000.000 B 300.000 331.088 58.105 3.660.156 300.000 C 2.500.000 2.077.190 1.430.817 906.038 2.000.000 D 1.500.000 1.168,000 387.504 7.452.000 1.100.000 E 5.000.000 4.023.201 547.895 5.827.071 4.000.000

Sumber Data : Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojokerto

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada permohonan kredit yang

tidak disetujui, hal ini disebabkan pihak Bank Rakyat Indonesia dalam

pemberian kredit berpedoman pada jaminan yang diberikan dan laba serta


(19)

5

pada perusahaan A yang mengajukan permohonan kredit sebesar Rp.

2.000.000.000 dengan jaminan Rp. 2.297.257.000 dan laba usaha yang

dicapai setahun Rp. 12.022.611.000 maka pihak bank dapat merealisasikan

sepenuhnya yaitu Rp. 2.000.000.000 sedangkan perusahaan D yang

mengajukan permohonan kredit sebesar Rp.1.5000.000.000 dengan jaminan

sebesar Rp. 1.168.000.000 dan laba usaha yang dicapai setahun Rp.

547.895.000 tetapi pihak bank hanya merealisasikan kredit sebesar Rp.

1.100.000.000.

Dari latar belakang tersebut maka peneliti melakukan penelitian

dengan judul : “Keputusan Pemberian Kredit Investasi Perusahaan

Dagang Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojekerto.”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut :

“ Apakah jaminan, laba usaha dan penjualan berpengaruh terhadap keputusan

pemberian kredit investasi perusahaan dagang pada BRI Cabang Mojokerto”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu sebagai


(20)

6

Untuk menguji apakah jaminan, laba usaha dan penjualan berpengaruh

terhadap keputusan pemberian kredit investasi pada BRI Cabang Mojokerto.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu

antara lain:

1) Bagi pendidikan

Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi kemajuan study dan

perkembangan ilmu ekonomi khususnya di bidang kredit dan sebagai

bahan referensi penelitian dimasa yang akan datang.

2) Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan praktis tentang

keputusan pemberian kredit investasi secara relevansinya dengan ilmu


(21)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai

sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian

ini antara lain :

1. Sundari (2008)

Judul :

“Pengaruh Character, Capacity, Capital, Colateral dan Condition of

Economic Terhadap Keputusan Pemberian Kredit Investasi Pada Bank

Rakyat Indonesia Cabang Kaliasin Surabaya”

Rumusan masalah :

Apakah Character, Capacity, Capital, Colateral dan Condition of

Economic berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit investasi.

Variabel yang digunakan :

Variabel terikat (Y) adalah keputusan pemberian kredit investasi

sedangkan variabel bebas (X) adalah character (X1), capacity (X2),

capital (X3), colateral (X4) dan condition of economic (X5).

Kesimpulan penelitian :

Variabel watak (X1), modal (X3), jaminan (X4) dan kondisi ekonomi(X5)


(22)

8

pemberian kredit investasi (Y), sedangkan variabel kemampuan (X2)

tidak berhubungan secara nyata dan berhubungan negatif terhadap

keputusan pemberian kredit investasi (Y).

2. Saputra (2007)

Judul :

“Keputusan Pemberian Kredit Investasi di Bank Rakyat Indonesia

Cabang Bojonegoro“

Rumusan masalah :

Apakah laba usaha dan jaminan berpengaruh terhadap jumlah keputusan

pemberian kredit investasi di BRI Cabang Bojonegoro.

Variabel yang digunakan :

Variabel terikat (Y) adalah keputusan pemberian kredit investasi,

variabel bebas (X) adalah laba usaha (X1) dan jaminan (X2).

Kesimpulan penelitian :

Dari penelitian yang telah dilakuakan serta pembahasan hasil penelitian

pada bab terdahulu dapat diambil kesimpulan dari penelitian, yaitu

untuk menguji apakah laba usaha dan jaminan berpengaruh terhadap

keputusan pemberian kredit investasi di Bank Rakyat Indonesia Cabang

Bojonegoro telah terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan

besarnya masing – masing koefisien regresi untuk masing – masing

variabel yang memiliki nilai positif signifikan terhadap pemberian kredit


(23)

9

3. Lestari dan Ompusunggu (2007)

Judul :

“Analisis Kolekbilitas Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat – Badan

Kredit Kecamatan (BPR-BKK) di Kabupaten Banyumas”

Rumusan masalah :

Apakah kualitas kredit yang diberikan bank berpengaruh terhadap

penilaian kolektibilitas kredit yang disalurkan.

Variabel yang digunakan :

Variabel terikat (Y) adalah kolektibilitas kredit, variabel bebas (X) adalah

potensi pendapatan (X1), bunga kredit (X2) dan potensi kerugian (X3).

Kesimpulan penelitian :

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

penilitian yaitu kualitas kredit (potensi pendapatan, bunga kredit, potensi

kerugian) yang disalurkan oleh PD. BPR-BKK di Kabupaten Banyumas

selama periode penelitian menunjukkan bahwa kolektibilitas kredit yang

termasuk dalam kategori lancer sebesar 93,76% dan tingkat non

performing loans (kurang lancar, diragukan, dan macet) sebesar 6,24%.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Bank

Pengertian Bank menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998


(24)

10

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut G.M. Verryn Stuart, yang telah diterjemahkan oleh

Dendawijaya (2005 : 14), yaitu Bank merupakan badan usaha yang wujudnya

memuaskan keperluan orang akan kredit baik dengan uang yang diterimanya

dari orang lain maupun dengan jalan mengeluarkan uang baru sebagai uang

kertas atau uang logam.

Dari pengertian bank di atas, terdapat suatu misi bagi Bank, yaitu

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Artinya bahwa dana-dana yang

telah dihimpun bank dari masyarakat harus dialokasikan dan disalurkan

kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit agar usaha masyarakat dapat

meningkat. Dengan meningkatkan laju dan pemerataan pembangunan

ekonomi di Indonesia. Dengan demikian, dapat disimpulkan peranan bank

dalam masyarakat adalah :

1. Penghimpun dana masyarakat.

2. Penyalur dana dalam bentuk kredit.

3. Memperlancar dalam transaksi perdagangan yang dilakukan oleh


(25)

11

2.2.1.1. Jenis-jenis Bank

Menurut Dendawijaya (2005 : 15), jenis atau bentuk bank

bermacam-macam, tergantung pada cara penggolongannya. Penggolongannya dapat

dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

1. Jenis bank berdasarkan undang-undang

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang No. 19 Tahun 1998

tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat 2

jenis bank, yaitu :

a.Bank umum, dan

b. Bank perkreditan rakyat.

2. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya.

a. Bank milik negara (Badan Usaha Milik Negara atau BUMN)

b. Bank milik pemerintah daerah (Badan Usaha Milik Daerah)

c. Bank milik swasta nasional

d. Bank milik swasta campuran (nasional dan asing)

e. Bank milik asing (cabang atau perwakilan)

3. Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya

a. Bank retail (Retail banks)

b. Bank korporasi (Corporate banks)

c. Bank komersial (Commercial banks)

d. Bank pedesaan (Rural banks)


(26)

12 f. dan lain-lain

4. Jenis bank berdasarkan pembayaran bunga dan pembagian hasil usaha

a. Bank konvesional

b. Bank berdasarkan prinsip syariah

2.2.1.2. Kegiatan Usaha Perbankan

Dalam Undang-Undang No. 10 Than 1998 pasal 6 dan 7, disebutkan

kegiatan yang dilakukan oleh Bank Umum sesuai dengan pasal 6, yaitu

meliputi :

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,

deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit.

c. Menerbitkan surat pengakuan utang.

d. Membeli, menjual, atau meminjam atas resiko sendiri maupun untuk

kepentingan dan atas perintah nasabahnya :

1) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang

masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam

perdagangan surat-surat yang dimaksud.

2) Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa

berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan perdagangan surat-surat


(27)

13

3) Kertas perbendaharan negara dan surat jaminan pemerintah.

4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

5) Obligasi.

6) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun.

7) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai

dengan satu tahun.

e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah.

f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana

kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana

telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya.

g. Menerima pembayaran dan tagihan atas surat berharga dan melakukan

perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

i. Melakukan kegitatan penitipan untuk kepentingan pihak lain

berdasarkan suatu kontrak.

j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya

dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

k. (Menurut UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 6 huruf k dalam UU No. 7

Tahun 1992 dihapus).

l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kredit, dan kegiatan ahli


(28)

14

m. Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain

berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

oleh bank Indonesia.

n. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang

tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Selain melakuakan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 di atas,

Bank Umum juga mempunyai usaha lain yaitu :

a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain

di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan

efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan,

dengan memenuhi ketentuan yang ditetepkan oleh Bank Indonesia.

c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi

akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan

memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun

sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan dana pensiun yang


(29)

15

2.2.1.3. Sumber Dana Bank

Dalam melakukan aktivitas sehari-hari bank membutuhkan dana untuk

membiayai kegiatan operasional bank. Dana untuk membiayai operasinya

diperoleh dari berbagai sumber. Adapun sumber-sumber dana bank tersebut

(Dendawijaya, 2005 : 46) :

1. Dana yang bersumber dari modal bank sendiri

Sumber dana ini berasal dari pemilik bank atau para pemegang saham,

yang terdiri dari :

a.Modal disetor, merupakan uang yang disetor secara efektif dari

pemegang saham pada saat bank didirikan.

b. Agio saham, merupakan nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan

oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan nilai nominal

saham.

c. Cadangan-cadangan, merupakan sebagian laba bank yang disisihkan

dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang

digunakan untuk menutup kemungkinan timbulnya risiko di

kemudian hari.

d. Laba ditahan, merupakan laba milik para pemegang saham yang

diputuskan oleh mereka sendiri melalui rapat umum pemegang

saham untuk tidak dibagikan sebagai dividen, tetapi dimasukkan


(30)

16 2. Dana yang bersumber dari pihak luar

Sumber dana ini berasal dari pinjaman pihak luar, yang terdiri atas

dana-dana sebagai berikut :

a.Pinjaman antar bank ( Call money )

b. Pinjaman biasa antarbank, merupakan pinjaman dari bank lain yang

berupa pinjaman biasa dengan jangka waktu yang relatif lebih lama.

c. Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank

d. Pinjaman dari Bank Indonesia ( BI ), merupakan pinjaman (kredit)

yang diberikan bank Indonesia kepada bank untuk membiayai

usaha-usaha masyarakat yang tergolong berprioritas tinggi.

3. Dana yang bersumber dari masyarakat

Sumber dana ini dihimpun dari masyarakat dan merupakan sumber dana

terbesar yang paling diandalkan oleh bank,yaitu terdiri dari :

a.Giro

b. Deposito

c.Tabungan

2.2.2. Pengertian Kredit

Dana yang diperoleh bank dalam bentuk simpanan akan disalurkan

kembali kepada masyarakat, berupa kredit. Kata kredit berasal dari bahasa

Yunani yakni “credere” yang berarti kepercayaan, sehingga saat seseorang


(31)

17

karena orang atau badan usaha percaya bahwa dana yang diberikan akan

dikembalikan.

Menurut PSAK No. 31, kredit adalah peminjaman uang atau tagihan

yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.

Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 dikatakan bahwa “Kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain

yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan pemberian bunga.

2.2.2.1. Unsur Kredit

Menurut Kasmir (2004 : 94), dalam suatu kredit terdapat unsur-unsur

sebagai berikut :

1. Kepercayaan

Suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan

benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.

2. Kesepakatan


(32)

18

3. Jangka Waktu

Terdapat jangka waktu antara antara si pemberi kredit dan si penerima

dalam pengembalian kredit yang telah disepakati.

4. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu

resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit.

5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut

yang kita kenal dengan nama bunga.

2.2.2.2. Jenis Kredit

Menurut Abdullah (2004 : 85), kredit dapat dikelompokkan

berdasarkan beberapa aspek pendekatan ini :

a. Menurut Tujuan Pemberian/Penggunaan

1) Kredit komersial, yaitu kredit yang ditunjukkan untuk membiayai

kebutuhan dunia usaha, baik dalam bentuk kredit revolving

maupun kredit non-revolving. Jenis kredit komersial misalnya :

- Pinjaman rekening koran

- Pembiayaan giro mundur

- Pinjaman aksep

- Anjak piutang


(33)

19

- Bank garansi

2) Kredit konsumtif, yaitu yang dipergunakan untuk pembeliaan

barang tertentu bukan keperluan usaha (aktivitas yang produktif)

melainkan untuk (konsumsi) dan merupakan pinjaman yang

bersifat non-revolving. Jenis kredit konsumtif misalnya :

- Kredit pemilikan rumah

- Kredit pemilikan kendaraan

- Kartu kredit

- Kredit konsumtif lainnya

b. Menurut Jangka Waktu Kredit

1) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka

maksimum satu tahun.

2) Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu

diatas satu tahun sampai dengan tiga tahun.

3) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih

dari tiga tahun.

c. Menurut Bentuk Jaminan

1) Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan karena adanya

jaminan dari debitur, baik berupa harta bergerak maupun harta

tidak bergerak.

2) Kredit tanpa jaminan, yaitu pemberian kredit dengan tidak


(34)

20

d. Menurut Status Hukum Debitur

1) Kredit bagi debitur korporasi, yaitu kredit yang diberikan kepada

debitur berstatus badan hukum (corporate loans) dan dalam jumlah

kredit berskala menengah/besar.

2) Kredit bagi debitur perorangan, yaitu kredit yang diberikan kepada

debitur berstatus perorangan (personal loans) dan jumlah kredit

berskala kecil.

e. Menurut Segmen Usaha

1) Whole Loans, yaitu kredit yang diberikan kepada individu maupun

korporasi untuk menjalankan bidang usaha.

2) Retail Loans, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah (debitur)

untuk tujuan konsumsi.

f. Menurut Sifat Pemakaian Dana

1) Kredit Revolving, yaitu kredit yang dananya dapat ditarik

berulang-ulang, artinya jumlah kredit dapat ditarik sekaligus atau

secara bertahap tergantung pada kebutuhan debitur.

2) Kredit Non-Revolving, yaitu kredit yang dananya dilakukan

sekaligus dan perlunasannya dilakukan secara bertahap maupun


(35)

21

g. Menurut Sumber Dana Pembiayaan

1) Kredit likuiditas, yaitu kredit yang sebagian sumber dana

pembiayaannya diperoleh melalui Kredit Likuiditas Bank

Indonesia (KLBI).

2) Kredit pihak ketiga, yaitu kredit yang sebagian sumber dana

pembiayaannya diperoleh dari dana pihak ketiga (giro, tabungan,

deposito).

Menurut Siamat (2004 : 166), kredit dilihat segi penggunaannya terdiri atas :

a. Kredit modal kerja

Yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja

debitur. Kredit modal kerja ini pada prinsipnya meliputi modal kerja

untuk tujuan komersial, industri, kontraktor bangunan dan sebagainnya.

b. Kredit investasi

Yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk

digunakan melakukan investasi untuk membeli barang-barang modal.

Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau panjang untuk

membiayai pengadaan barang-barang modal maupun jasa yang

diperlukan dalam rangka rehabilitasi, moderenisasi, ekspansi, relokasi


(36)

22

2.2.2.3. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan

pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut

didirikan. Menurut Kasmir ( 2004 : 95 ), tujuan pemberian suatu kredit

adalah sebagai berikut :

a. Mencari keuntungan

Bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil

tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai

balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada

nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank.

b. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang

memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.

Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan

dan memperluaskan usahanya.

c. Membantu pemerintah

Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam segala bidang. Bagi

pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak

perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit


(37)

23

Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga

memiliki fungsi yang sangat luas. Menurut Kasmir (2004 : 97), fungsi kredit

secara luas antara lain :

a. Untuk meningkatkan daya guna uang.

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang. Dengan

diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan

barang atau jasa oleh si penerima kredit.

b. Untuk mmeningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari

satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang

kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan

memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

c. Untuk meningkatkan daya guna barang.

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur

untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau

bermanfaat.

d. Meningkatkan peredaran barang.

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu

wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari

satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula


(38)

24 e. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi

karena adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang

yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu dalam

mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga

meningkatkan devisa negara.

f. Meningkatkan kegairahan berusaha.

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan

berusaha apalagi bagi si nasabah yang modalnya pas-pasan.

g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik

terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit

diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu

membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi

pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga dapat

meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa

rumah kontrakan atau jasa lainnya.

h. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan dan saling

membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit.

Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di


(39)

25

2.2.2.4. Siklus Perkreditan

Menurut Dendawijaya ( 2005 : 74 ), siklus perkreditan yang dimulai

sejak permohonan kredit hingga akhirnya disetujui, dicairkan, diawasi, dan

pelunasan kredit, akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Permohonan kredit

Permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah kepada bank,

umumnya dilakukan dengan menyampaikan dokumen-dokumen sebagai

berikut :

a. Surat permohonan resmi.

b. Akte pendirian perusahaan yang merupakan lembaga yang secara

resmi memohonkan kredit, sekaligus menjelaskan siapa yang

berwenang meminta kredit dan lembaga yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan penerimaan kredit, termasuk kewajiban

nasabah kredit seperti melunasi utang (angsuran) beserta bunganya

dalam jangka waktu yang telah disepakati.

c. Penjelasan atau uraian singkat tentang rencana proyek atau bisnis

yang akan dilaksanakan oleh calon nasabah.

d. Untuk proyek yang cukup besar dan membutuhkan jumlah kredit

yang besar, dilengkapi dengan suatu laporan kelayakan proyek

(feasibility study) yang disusun oleh suatu lembaga konsultan yang

ditunjuk oleh calon nasabah.


(40)

26

f. Informasi-informasi lain yang biasanya selalu diminati oleh bank

seperti :

1) Nomor pokok wajib pokok (NPWP),

2) Keterangan domosili dari perusahaan,

3) Izin-izin yang telah diperoleh dalam rangka pembangunan

proyek maupun bisnis yang telah berjalan,

4) Rekening perusahaan pada beberapa bank.

2. Analisis kredit

Secara umum, analisis kredit dilakukan berdasarkan dua metode, yaitu :

a. Metode penilaian “6C” yang meliputi character, capital, capacity,

condition of economy, collateral, constrain.

b. Metode penilaian “6A” yang meliputi aspek yuridis (hukum), pasar

dan pemasaran, teknis, manajemen, keuangan, dan social ekonomis.

3. Persetujuan kredit

Analisis kredit yang dibuat oleh account officer atau wirakredit

diperikasa (review) dahulu oleh atasannya, kepala bagian kredit,

sebelum disampaikan ke direksi bank. Nama dari laporan analisis kredit

bermacam-macam, tergantung pada system dan prosedur yang dimiliki

bank, antara lain sebagai berikut :

a. Laporan analisis kredit.

b. Laporan analisis permohonan kredit.


(41)

27

d. Appraisal study.

e. Laporan studi kelayakan proyek.

Atas dasar laporan analisis kredit di atas, pembahasan dan persetujuan

kredit dilakukan oleh lembaga yang mungkin berbeda-beda, tergantung

pada sistem dan prosedur yang berlaku pada masing-masing bank.

4. Perjanjian kredit

Perjanjian kredit (akad kredit) dipersiapkan oleh seorang notaris publik

yang ditunjuk bank atau dipilih oleh calon nasabah. Bank mengirimkan

ahli hukumnya untuk mendampingi wirakredit dalam membahas

berbagai ketentuan yang harus dimuat dalam perjanjian kredit. Secara

umum, isi perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris publik berdasarkan

masukan dari pihak bank adalah sebagai berikut :

a. Pihak pemberi kredit (bank yang bersangkutan).

b. Pihak penerima kredit (perusahaan nasabah).

c. Tujuan pemberian kredit, dalam hal ini tergantung pada jenis

proyek atau bisnis yang akan dibangun, diperluas, direhabilitasi,

ditambah modal kerja, dan lain-lain.

d. Besarnya biaya proyek, termasuk investasi tetap, kebutuhan modal

kerja, biaya pendahuluan, dan sebagainya.

e. Besarnya kredit yang akan diberikan bank.


(42)

28

g. Biaya-biaya lain yang harus dibayar nasabah kredit, seperti

appraisal fee, commitment fee, supervision fee, provisi kredit, dan

lain-lain.

h. Jangka waktu pengembalian kredit (angsuran kredit).

i. Jadwal pembayaran angsuran kredit dan pembayaran bunga kredit

yang dinyatakan secara terperinci pada pasal tertentu dalam

perjanjian kredit yang dituangkan dalam lampiran perjanjian kredit.

j. Jaminan kredit, yang meliputi jenis jaminan, pemiliknya, jumlah

dan nilainya, sertra cara pengikatannya secara hukum yang

dinyatakan secara terperinci dalam pasal tertentu pada perjanjian

kredit dan dituangkan pada lampiran perjanjian kredit.

k. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum kredit dicairkan.

l. Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan atau dipenuhi oleh

nasabah kredit selama kredit belum dilunasi.

m. Hak-hak yang dimiliki bank selama kredit belum dilunasi, misalnya

memeriksa secara fisik keadaan proyek yang dibiayai bank,

memeriksa buku-buku dan laporan keuangan nasabah, dan lain-lain.

5. Pencairan kredit

Pencairan kredit diminta debitur kredit hanya dapat dilakukan bank

setelah debitur yang bersangkutan memenuhi berbagai persyaratan

seperti dituangkan dalam perjanjian kredit yang ditandatangani kedua


(43)

29

Persyaratan untuk pencairan kredit tersebut umumnya meliputi hal-hal

sebagai berikut :

a. Perjanjian kredit sudah ditandatangani.

b. Penarikan kredit sudah sesuai dengan kebutuhan proyek, misalnya

untuk membayar kontraktor yang membangun pabrik.

c. Penarikan kredit sudah sesuai dengan jadwal pembangunan proyek.

d. Permohonan pencairan kredit didukung oleh dokumen-dokumen

yang sesuai dengan kebutuhan pencairan kredit.

e. Besarnya kredit harus sesuai dengan perbandingan/rasio yang

disepakati antara dana yang bersumber dari nasabah/debitur dan

pembiayaan dari bank (loan atau debt).

6. Pengawasan kredit

Pengawasan (monitoring) kredit meliputi berbagai aspek atau kegiatan,

yakni sebagai berikut :

a. Adanya administrasi kredit yang memadai dan menggunakan

cara-cara mutakir, seperti penggunaan komputer on line system, dan

sebagainya.

b. Keharusan bagi nasabah kredit untuk menyampaikan laporan secara

berkala atas jenis-jenis laporan yang telah disepakati dan

dituangkandalam perjanjian kredit.

c. Keharusan bagi wirakredit (account officer) untuk melakukan


(44)

30

selama berlangsungnya pembangunan proyek maupun setelah

proyek tersebut berjalan sebagai suatu usaha bisnis.

d. Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan

debitur, terutama jika debitur mulai mengalami kesulitan dalam

bisnisnya atau telah menunjukkan tanda-tanda kemungkinan

terjadinya kemacetan.

e. Adanya suatu “sistem peringatan” pada administrasi bank

(umumnya dikelola oleh wirakredit yang menangani nasabah yang

bersangkutan).

7. a. Perlunasan kredit

Dalam kondisi yang ideal, nasabah akan dapat selalu

memenuhi kewajibannya terhadap bank sesuai dengan

kesepakatannya yang dimuat dalam perjanjian kredit. Nasabah

dapat membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya sesuai

dengan jadwal yang telah dibuat, sehingga kredit/pinjaman bank

akhirnya dinyatakan lunas.

b. Tambahan kredit

Bagi nasabah yang berhasil dalam menjalankan usaha atau

proyeknya, nasabah tersebut akan datang kembali ke bank untuk

membicarakan kemungkinan memperoleh penambahan kredit bagi


(45)

31 c. Kredit bermasalah

Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak

menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang

diberikannya ternyata menjadi kredit bermasalah. Hal ini terutama

disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya

untuk membayar angsuran pokok kredit beserta bunga yang telah

disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit.

8. Penyelamatan kredit bermasalah

Dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah pihak bank dapat

melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut :

a.Rescheduling

Rescheduling merupakan upaya pertama dari pihak bank

untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya kepada debitur.

Cara ini dilakukan jika ternyata pihak debitur tidak mampu untuk

memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran kembali angsuran

pokok maupun bunga kredit.

b. Reconditioning

Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk

menyelamatkan kredit yang diberikannya dengan cara mengubah

sebagian atau seluruh kondisi yang semula disepakati bersama


(46)

32 c. Restructuring

Restructuring atau restrukturisasi adalah usaha

penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan

cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian

kredit. Pembiayaan suatu proyek atau bisnis tidak seluruhnya

berasal dari modal sendiri, tetapi sebagian besar dibiaya dengan

kredit yang diperoleh dari bank.

d. Kombinasi 3-R

Dalam rangka penyelamatan kredit yang bermasalah, bila

dianggap perlu bank dapat melakukan berbagai kombinasi dari

tindakan rescheduling, reconditioning, dan restructuring.

e.Eksekusi

Eksekusi yang dilakukan bank melalui berbagai cara, antara lain :

1) Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang

Negara),

2) Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata).

2.2.2.5. Analisa Kredit

Analisis kredit atau penilaian kredit adalah suatu proses yang

dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang

diajukan oleh calon debitur kredit sehinnga dapat memberikan kenyakinan


(47)

33

cukup layak. Pelaksanaan analisis kredit berpedoman pada UU No. 10 Tahun

1988 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun !992 tentang Perbankan,

khususnya pasal 1 ayat (11), passal 8, dan pasal 29 ayat (3).

Sebelum melaksanakan prinsip-prinsip perkreditan dalam pemberian

suatu kredit, bank harus berdasarkan kebijaksanaan kredit dengan

memperhatikan 3 azas pokok (Muljono 1994 : 20), yaitu :

1. Azas likuiditas

Yaitu suatu azas yang mengharuskan bank untuk tetap menjaga tingkat

likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan sangat

parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya atau dari

masyarakat luas.

2. Azas solvabilitas

Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat

dan disalurkan dalam bentuk kredit.

3. Azas rentabilitas

Dimana dalam setiap kegiatan usaha selalu mengharapkan untuk

memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun

untuk keperluan mengembangkan dirinya.

Secara umum analisis kredit dilakukan berdasarkan dua prinsip


(48)

34

1. Analisis kredit berdasarkan prinsip “6C” yang meliputi sebagai berikut :

a.Character (C-1)

Dalam melakukan analisis mengenai watak/karakter

berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Integritas ini sangat

menentukan willingness to pay atau kemauan membayar kembali

nasabah atas kredit yang telah dinikmatinya. Penilaian terhadap

itikad atau kemauan baik nasabah untuk memenuhi kewajibannya

memang agak sukar untuk dilaksanakan, khususnya terhadap calon

nasabah yang baru dikenal oleh bank. Penilaian lebih mudah

dilakukan jika telah terjalin hubungan antara bank dengan calon

debitur atau dapat dicarikan dari informasi yang mendukung, baik

dari kalangan perbankan maupun dari kalangan bisnis. Informasi

dari kalangan perbankan diperoleh melalui surat

menyurat/korespondensi antar bank yang dikenal dengan bank

information, termasuk permohonan resmi ke Bank Indonesia untuk

memperoleh informasi tentang calon debitur, baik mengenai

pribadinya maupun perusahaan (bisnis) yang dimilikinya.

b. Capital (C-2)

Pembiayaan suatu proyek yang akan dijalankan debitur

tidak seluruhnya berasal dari bank dan debitur. Oleh karena itu

pihak debitur wajib memilki sejumlah dana guna dapat


(49)

35

besarnya pembiayaan dari bank dengan besarnya modal sendiri

yang dapat disediakan nasabah disebut debt to equity ratio.

Penilaian terhadap permodalan sangat erat hubungannya dengan

nilai modal yang dimiliki calon nasabah guna membiayai proyek

yang akan dijalankannya. Besarnya kemampuan modal calon

nasabah dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang

dimiliki calon nasabah, semakin mudah memperoleh data tentang

modal sendiri. Perusahaan-perusahaan kecil umumnya tidak

memiliki laporan keuangan yang dapat dianalisis oleh bank.

c.Capacity (C-3)

Capacity adalah penilaian terhadap calon nasabah kredit

dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati

dalam perjanjian pinjaman atau akad kredit, yakni melunasi pokok

pinjaman disertai bunga sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat

yang diperjanjikan. Kemampuan-kemampuan calon nasabah yang

harus diukur adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan calon nasabah menyediakan dana untuk

pembiayaan.

2) Kemampuan calon nasabah untuk membangun proyeknya.

3) Kemampuan nasabah untuk menghasilakan produk dari

proyeknya.


(50)

36

5) Kemampuan nasabah untuk memperoleh laba dari penjualan

tersebut.

6) Kemampuan nasabah untuk menyediakan cash yang memadai

untuk membayar kewajiban-kewajibannya.

Dengan demikian, hal-hal yang dianalisis adalah sebagai berikut :

1) Jadwal pembangunan proyek yang akan dibiayai bank dan

nasabah.

2) Rencana produksi dan penjualan (produk maupun jasa).

3) Proyeksi laba/rugi atau projected income statements (misalnya

selama lima tahun atau selama jangka waktu kredit).

4) Proyeksi arus kas (projected cash flow).

5) Kemampuan manajerial dari pimpinan perusahaan dalam

mengelola bisnisnya kelak.

6) Kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajiban-kewajiban

pada pihak-pihak lainnya.

Suatu proyek yang akan dibiayai lebih bersama oleh bank

dan nasabah kredit tentu memiliki berbagai ciri tertentu, misalnya

jenis bisnis yang akan digeluti, jenis produk (atau jasa) yang akan

diproduksi, sasaran pasar yang akan dituju, harga yang akan

ditawarkan, promosi yang akan dijalankan, dan sebagainya. Dalam


(51)

37

pula ikut dianalisis (paling sedikit selama jangka waktu kredit).

Kondisi-kondisi tersebut anatara lain meliputi :

1) Kondisis dari sektor industri dimana proyek akan dibangun;

2) Ketergantungan terhadap bahan baku yang harus diimpor;

3) Nilai kurs valuta terhadap nilai uang domestik (rupiah);

4) Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku;

5) Kondisis perekonomian secara nasional, regional, dan global;

6) Kemampuan untuk memperoleh sumber daya (bahan baku,

tenaga kerja);

7) Tingkat bunga kredit yang berlaku, dan sebagainya.

d. Collateral (C-5)

Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah Bank

Indonesia, setiap pembelian kredit oleh bank harus didukung oleh

adanya jaminan/agunan yang memadai, kecuali untuk

program-program pemerintah. Collateral atau agunan kredit merupakan

salah satu syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum

permohonan kredit disetujui atau dicairkan. Collateral atau agunan

pada umumnya adalah barang-barang yang diserahkan peminjam

kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau pinjaman kepada bank

sebagai jaminan atas kredit atau pinjaman yang diterimanya.

Dengan demikian, collateral atau jaminan tersebut berfungsi


(52)

38

1) Bagian dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang dilakukan

bank;

2) Cara yang dilakuakan bank untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya kegagalan usaha atau proyek yang

dibiayainya;

3) Cara untuk mendorong nasabah agar mau

bersungguh-sungguh dalam melaksanakan/mengelola proyeknya yang ikut

dibiayai bank;

4) Pengganti pembayaran apabila nasabah tidak memenuhi

kewajibannya kepada bank, misalnya dijual melalui lelang

umum dan berbagai cara lain sesuai dengan ketentuan serta

perundang-undangan yang berlaku.

e.Constrain (C-6)

Constrain merupakan faktor hambatan atau rintangan

berupa faktor-faktor sosial psikologis yang ada pada suatu daerah

atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat

dilaksanakan. Misalnya, pendirian suatu pabrik farmasi yang akan

memproduksi obat-obatan antibiotika dan vitamin, tetapi

merencanakan pula untuk mengelola ganja dan ekstasi, rasanya sulit


(53)

39 2. Analisis kredit berdasarkan “6A”

Metode analisis “6A” adalah metode analisis kredit yang lebih

teliti, tepat, dan akurat. Berdasarkan ketentuan bank Indonesia, pihak

bank (pemberi kredit) diharuskan untuk melakukan penelitian yang

seksama terhadap kesanggupan dan kemampuan nasabah debitur

(penerima kredit) untuk melaksanakan proyeknya dan pengembalian

kredit yang diterimanya. Prinsip ini meliputi sebagai berikut :

a. Analisis aspek yuridis (Hukum)

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

meneliti ketentuan-ketentuan legalitas dari perusahaan atau badan

hukum yang akan memperoleh bantuan kredit atau pembiayaan dari

bank. Analisis ini meliputi sub aspek sebagai berikut:

1. Badan Usaha

1) Bentuk Usaha

2) Nama Badan Usaha

3) Pemegang Saham

4) Anggaran Dasar Perusahaan

5) Penanggung Jawab Perusahaan

6) Statsus Usaha

7) Bidang Usaha


(54)

40

2. Izin – izin yang harus dimiliki

1) Persetujuan Prinsip

2) Izin Penggunaan Tanah

3) Izin Gangguan

4) Izin Bangunan

5) Izin Usaha Perdagangan

3. Perjanjian – perjanjian

1) Perjanjian dalam Manajemen

2) Perjanjian Lisensi Produk

3) Perjanjian Penyedian Bahan Baku

4) Perjanjian Pengalihan Saham

b. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

meneliti kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk

atau jasa yang diproduksi dari proyek yang dibiayai dengan kredit

bank serta meneliti strategi pemasaran apa yang digunakan oleh

investor atau pengelola proyek agar perusahaan dapat

memenangkan persaingan yanmg cukup kompetitif. Dengan

demikian, analisis yang dilakukan meliputi berbagai sub aspek

sebagai berikut:

1. Luas dan Bentuk Pasar


(55)

41

2) Penyediaan (Supply)

3) Jumlah dan Kapasitas Produsen

4) Jenis dan Sifat Konsumen

5) Cara Menghitung Besarnya Pasar

6) Daftar Skala Prioritas (BKPM)

2. Pangsa Pasar

1) Bagian Pasar yang akan Dikuasai

2) Segmen Pasar dan jenis Konsumen

3. Saingan Usaha

1) Jumlah Saingan

2) Data Saingan

a. Lokasi Usaha

b. Daerah Pemasaran

c. Kualitas Produk

d. Harga Jual

e. Pelayanan Pemasaran

f. Piutang Dagang Saingan

g. Teknologi yang Digunakan

h. Purna Jual

3) Saingan dari Barang Impor

4. Rencana Pemasaran


(56)

42

2) Rencana Volume Penjualan

3) Rencana Harga

4) Rencana Daerah Penjulan

5) Sistem Distribusi

6) Rencana Diskon Harga dan Komisi

7) Rencana Diskon

c.Analisis Aspek Teknis

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

menilai seberapa jauh kemampuan pengelola proyek dalam

mempersipakan dan melaksanakan pembangunan proyek serta

kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya nanti

sebagai business entity. Untuk analisis di bidang teknis ini meliputi

berbagai sub aspek sebagai berikut:

1. Lokasi Pabrik/Pemilihan Lokasi

1) Faktor Bahan Baku

2) Faktor Pasar

3) Faktor Tenaga Kerja

4) Faktor Angkutan

5) Faktor Tanah (Soil)

2. Bangunan

1) Bangunan Pabrik


(57)

43

3) Bangunan Kantor

4) Bangunan Prasarana

3. Sistem dan Alat Transportasi

1) Alat Transportasi dalam Pabrik

a. Overhead Crane

b. Fork Lift

2) Alat Transportasi di Luar Pabrik

a. Truck

b. Sedan, Jepp, Sepeda Motor

4. Peralatan Kantor

1) Mesin Ketik, Komputer, dan Telepon

2) Faksimile, Mesin Fotocopy, Mesin Gambar

5. Layout Bangunan

6. Bahan Baku dan Bahan Penolong

1) Spesifikasi Bahan Baku

2) Sumber Bahan Baku

3) Syarat, Harga, dan Pengiriman

4) Syarat Angkutan

5) Syarat Penyimpanan

6) Kontinuitas Bahan Baku

7. Persediaan


(58)

44

2) Barang Setengah Jadi

3) Barang Jadi

8. Persediaan

1) Mesin Produksi

2) Mesin Pembantu

3) Peralatan Pabrik

4) Tata Letak Mesin

5) Cara Bekerja Mesin

6) Kapasitas Teknis (Design)

7) Rencana Produksi

8) Pelaralatan ( Maintenance )

9) Suku Cadang

9. Proses Produksi

10. Produksi Percobaan

11. Pembuangan Sisa Proses

d. Analisis Aspek Manajemen

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola

proyek ataupun manajemen perusahaan dalam menjalankan

bisnisnya. Penilaian dilakukan terhadap jenis serta bentuk


(59)

45

dan pada saat perusahaan sudah beroperasi. Analisis pada aspek

manajemen ini meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut :

1. Struktur Organisasi

1) Bagan Organisasi

2) Line dan Staff Function

3) Komite – komite

2. Uraian Tugas (Job Description)

3. Sistem dan Prosedur

4. Kebutuhan Tenaga Kerja (Penarikan dan Penempatan Tenaga

Kerja)

5. Evaluasi Pribadi Pengusaha

e. Analisis Aspek Keuangan

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola

proyek atau manajemen perusahaan dalam bidang keuangan.

Penilaian dilakukan terhadap proyek yang masih dalam

pembangunan dan proyek yang sudah berkembang menjadi

perusahaan/bisnis. Analisis yang dilakukan berbeda-beda

tergantung kepada jenis proyek, misalnya : proyek baru; proyek

perluasan; proyek rehabilitasi; diversifikasi produk: dan lain-lain.


(60)

46

1. Penilaian Data Keuangan Proyek

1) Biaya Proyek

a. Biaya Investasi

b. Biaya Modal Kerja

c. Biaya Prainvestasi

2. Sumber Pembiayaan

1) Modal Investor (Equity)

2) Kredit Bank (Debt)

3. Kemampuan Proyek

1) Proyeksi Penjualan

2) Proyeksi Arus Kas

3) Proyeksi Laba/Rugi

4) Proyeksi Neraca

5) Payback Period

6) Net Present Value

7) Internal Rate of Return (IRR)

8) Profitability Index

4. Penilaian Data Keuangan Perusahaan/Bisnis yang sudah

beroperasi.

f. Analisis Aspek Sosial Ekonomi

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk


(61)

47

dengan kredit bank memiliki value added yang tinggi dilihat dari

sudut padang sosial maupun makro ekonomis, terutama dilihat dari

pandangan pihak pemerintah dan masyarakat, seperti kesempatan

kerja; peneriman devisa; penghematan devisa; penggunaan bahan

baku lokal; pendapatan negara dari segi pajak; kelestarian alam; dan

lain sebagainya. Analisis pada aspek ini meliputi berbagai sub

aspek sebagai berikut :

1. Kesempatan Kerja (Employment)

2. Penggunaan Bahan Baku Lokal

3. Menghasilkan Devisa

4. Penghematan Devisa

5. Penerimaan Pajak Bagi Negara

6. Subsidi dari Negara

7. Tax Holiday

8. Backward dan Forward Integration

9. Pemerataan Usaha vs Konglomerasi

10. Dampak Lingkungan

2.2.3. Jaminan

Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi bank, jaminan

kredit (collateral) dalam perkreditan karena berbagai sebab tetap menduduki


(62)

48

kredit yang diberikan tersebut mengalami kegagalan. Oleh karena itu

tidaklah berkelebihan kiranya sekali lagi para analisis kredit untuk diminta

kejelian dan ketelitian dalam penilaian barang-barang yang dijamin kepada

bank. Menurut Muljono (1994 : 290), dalam penilaian ini ada 2 sasaran

pokok yaitu :

a. Untuk menilai nilai ekonomis dari barang jaminan.

b. Untuk menilai nilai yuridis dari barang jaminan yang bersangkutan.

Kedua nilai/persyaratan tersebut harus dipenuhi secara lengkap

apabila jaminan yang akan diikat tersebut memang ditujukan sebagai alat

pengamanan atas kredit yang diberikan.

2.2.3.1. Jenis-Jenis Jaminan

Secara umum wujud dari jaminan perkreditan dapat dilihat dari

berbagai sudut, antara lain :

1. Dari pemilik barang jaminan itu sendiri :

a.Dapat berupa kekayaan dari si debitur yang bersangkutan.

b. Dapat pula berupa kekayaan dari pihak ketiga lainnya yang

digunakan untuk menjamin kredit yang diperoleh si debitur

tersebut.

2. Dari status kekayaan tersebut didalam suatu perusahaan :

a. Dapat sebagai current assets, antara lain berupa piutang (diikat


(63)

49

diperdagangkan barang-barang setengah jadi,bahan baku dan

seterusnya.

b. Dapat juga sebagai fixed asset, yaitu kekayaan/alat produksi dari

debitur yang bersangkutan seperti tanah, bangunan, alat transportasi

dan seterusnya.

3. Dari wujud barang jaminan itu sendiri :

a. Jaminan dalam bentuk tangible assets yaitu barang-barang yang ada

wujudnya secara fisik antara lain aktiva lancar, aktiva tetap milik

perusahaan ataupun jaminan kebendaan lainnya.

b. Jaminan dalam bentuk intangible assets yaitu jaminan kredit yang

tidak ada wujudnya secara fisik, misalnya jaminan pribadi letter of

quarante, letter of comfort, rekomendasi, tanda tangan avalist dan

seterusnya.

4. Dari fungsinya dalam kegiatan perkreditan yang bersangkutan dapat

pula dibedakan antara lain :

a. Jaminan utama, yaitu barang-barang yang diperoleh (dibeli) dengan

kredit yang bersangkutan, dan kemudian dijaminkan kepada bank

kembali.

b. Jaminan tambahan, yaitu barang-barang jaminan lainnya di luar

yang dibiayai dengan kredit tersebut, dengan maksud sebagai alat


(64)

50

5. Dari jumlah kreditur, maka jaminan dapat pula dibedakan :

a. Sebagai jaminan tunggal, yaitu atas suatu kekayaan hanya ada

pengikatan jaminan dengan satu bank saja.

b. Dapat pula jaminan tersebut berupa jaminan gabungan yang diikat

sebagai barang jaminan oleh beberapa kreditur bersama-sama atau

secara sendiri-sendiri oleh masing-masing kreditur yang

bersangkutan.

6. Dari kestabilan nilai barang jaminan:

a. Akan mengalami penurunan nilai rupiahnya dari waktu ke waktu,

misalnya gedung, alat transportasi, mesin, stock barang dagangan

(kecuali logam mulia) dan seterusnya.

b. Akan mengalami kenaikan nilai rupiahnya dari waktu ke waktu

yang lain, misalnya tanah, logam mulia, valuta asing dan

seterusnya.

7. Dari penguasaan barang jaminan :

a. Secara fisik dikuasi oleh bank, dan disimpan dalam gudang atau

dalam khasanah bank misalnya logam mulia, sertifikat deposito

surat-surat berharga, barang dagangan yang dikuasai dalam gudang

bank dengan pengamanan kunci rangkap dan sterusnya.

b. Secara fisik dikuasai dan digunakan kembali oleh pihak debitur,

yaitu terutama jaminan utama yang diikat oleh bank dengan cara


(65)

51 8. Dari risiko barang jaminan, yaitu :

a. Kekayaan yang mengandung risiko tinggi, dapat berupa kebakaran,

hilang, rusak dan seterusnya.

b. Kekayaan yang tidak mengandung risiko, dan oleh karenanya tidak

perlu ditutup asuransinya misalnya, tanah hak milik.

9. Dari sudut yuridis : jaminan kredit dapat pula dibedakan menjadi:

a. Jaminan kebendaan

- Benda bergerak yaitu mempunyai ciri-ciri karena sifatnya tidak

bergabung dengan tanah, misal perabot rumah tangga. Dan

dapat karena ditentukan oleh Undang-undang misalnya, hak

atas surat-surat berharga dan seterusnya.

- Benda tidak bergerak yaitu memiliki ciri-ciri karena sifatnya

tidak dapat bergerak misalnya tanah, karena tujuannya,

pemakaiannya tidak dapat bergerak misalnya bangunan atau

karena ditentukan oleh Undang-undang misalnya hak guna

bangunan.

b. Jaminan bukan kebendaan, atau disebut juga jaminan perorangan,

antara lain bortocht avalist yaitu suatu perjanjian dimana pihak

ketiga menyanggupi kepada pihak berpiutang bahwa ia

menyanggupi pembayaran suatu utang, apabila si berutang tidak


(66)

52

2.2.3.2. Syarat-syarat Jaminan

Menurut Muljono (1994 : 295), secara umum syarat-syarat jaminan

perkreditan ada 2 yaitu :

1. Syarat-syarat ekonomi yang dipenuhi dari jaminan perkreditan antara

lain :

a. Mempunyai nilai ekonomis (dapat diperjual-belikan) secara umum

dan bebas.

b. Nilai tersebut harus lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan.

c. Barang jaminan tersebut harus mudah dipasarkan tanpa harus

mengeluarkan biaya pemasaran yang berat.

d. Nilai barang jaminan tersebut harus constant dan akan lebih baik

kalau nilainya juga ada kemungkinan akan mengalami pertambahan

di kemudian hari.

e. Kondisi dan lokasi barang jaminan tersebut cukup strategis (dekat

dengan pasar/konsumen).

f. Secara fisik barang jaminan tersebut tidak cepat lusuh, rusak,

obsolency, dan lain-lain sebab yang akan mengurangi nilai

ekonomisnya.

g. Barang jaminan tersebut mempunyai manfaat ekonomis dalam

jangka waktu relatif lebih lama dari jangka waktu kredit yang


(67)

53

2. Syarat-syarat yuridis yang harus dipenuhi dari suatu barang jaminan :

a. Milik nasabah calon debitur yang bersangkutan.

b. Ada dalam kekuasaan calon debitur sendirinya.

c. Tidak berada dalam persengketaan dengan pihak lain.

d. Memiliki bukti pemilikan/sertifikat atas nama nasabah yang

bersangkutan yang masih berlaku.

e. Bukti-bukti pemilikan yang ada memenuhi syarat untuk diadakan

pengikatan bank secara hipotik dan lain-lain ketentuan pengikatan

yang telah ditetapkan secara yuridis/perundang-undangan yang

berlaku.

f. Barang-barang jaminan tersebut bebas tidak ada ikatan jaminan

pihak lain.

2.2.3.3. Fungsi Jaminan

Fungsi jaminan kredit dapat ditinjau dari sisi bank maupun dari sisi

debitur. Menurut Bahsan (2007 : 102), dapat dikemukakan lebih lanjut

sebagai berikut :

1. Jaminan kredit sebagai pengamanan perluasan kredit

Fungsi jaminan kredit untuk mengamankan perlunasan kredit baru akan

muncul pada saat kredit dinyatakan sebagai kredit macet. Selama kredit

telah dilunasi oleh debitur, tidak akan terjadi pencairan jaminan kredit.


(68)

54

bersangkutan sesuai dengan ketentuan hukum dan perjanjian kredit.

Fungsi jaminan kredit untuk mengamankan pelunasan kredit sangat

berkaitan dengan kepentingan bank yang menyalurkan dananya kepada

debitur yang sering dikatakan mengandung risiko. Dengan adanya

jaminan kredit yang dikuasai dan diikat bank sesuai dengan ketentuan

hukum yang berlaku, pelaksanaan fungsi tersebut akan terlaksana pada

saat debitur ingkar janji.

2. Jaminan kredit sebagai pendorong motivasi debitur

Pengikat jaminan kredit yang berupa hak milik debitur yang dilakukan

oleh bank, tentunya debitur yang bersangkutan takut akan kehilangan

hartanya tersebut. Hal ini akan mendorong debitur berupaya untuk

melunasi kreditnya kepada bank agar hartanya yang dijadikan jaminan

kredit tersebut tidak hilang karena harus dicairkan oleh bank.

3. Fungsi yang terkait dengan pelaksanaan ketentuan perbankan

Keterkaitan jaminan kredit dengan ketentuan perbankan yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia, misalnya dapat diperhatikan dari

ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang penilaian agunan sebagai

faktor pengurang dalam perhitungan PPA (Penyisihan Penghapusan

Aktiva), persyaratan agunan untuk restrukturisasi kredit yang dilakukan

dengan cara pemberian tambahan fasilitas kredit, penilaian terhadap


(69)

55

2.2.4. Laba Usaha

Menurut Soemarso (2002 : 227), laba usaha adalah selisih antara

pendapatan bruto (pendapatan) dengan beban usaha. Atau laba yang

diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan.

Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1

menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah rnenyajikan informasi

yang berguna bagi para investor, kreditor, dan pemakai lainnya (FASB,

1978). Dan dinyatakan bahwa salah satu fokus utama pelaporan keuangan

adalah memberikan informasi tentang kinerja suatu perusahaan yang

disediakan melalui pengukuran laba.

Tujuan utama pelaporan laba adalah membantu investor memprediksi

arus kas masa yang akan datang. Kemampuan laba sebagai prediktor

merupakan kualitas laba (Schroeder, Clark, 1998 : 105).

Untuk menganalisis realisasi laba usaha maka data historis yang

berurutan paling tidak selama kurun waktu dua tahun terakhir harus tersedia

dan dapat dianalisis. Laporan laba atau rugi perusahaan pada periode-periode

yang sudah berlaku menggambarkan situasi yang dihadapi oleh perusahaan,

baik dalam bidang manajemen, keuangan maupun perpajakan, juga


(70)

56

2.2.5. Penjualan

Menurut Soemarso (2002 : 164), penjualan adalah menjual barang

dagangan. Penjualan dapat dilakukan secara tunai, secara kredit dan

menjualnya dengan syarat jual-beli. Dan penjualan merupakan jumlah yang

dibebankan kepada pembeli karena penjualan barang dan jasa, baik secara

kredit maupun tunai.

Menurut Marwan (1991), penjualan adalah suatu usaha yang terpadu

untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha

pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan

yang menghasilkan laba. Penjualan merupakan sumber hidup suatu

perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha

memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka

sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasikan.

Menurut Kotler (2006 : 457), penjualan merupakan sebuah proses

dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjual dipenuhi melalui

pertukaran informasi dan kepentingan. Konsep penjualan adalah cara untuk

mempengaruhi konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Ciri-ciri

penjualan antara lain :

1. Push/mendorong/ penyebaran.

2. Ditargetkan kepada pedagang/salesmen.

3. Lebih mengandalkan harga dan distribusi.


(71)

57

5. Berkepentingan menambah jumlah pelnggan terdaftar.

6. Rasio pelanggan aktif/ inti bertambah.

7. Frekwensi transaksi/ Repeat order meningkat.

Menurut Swastha dan Irawan (1990), faktor-faktor yang mempengaruhi

kegiatan penjualan sebagai berikut :

1. Kondisi dan Kemampuan Penjual.

2. Kondisi Pasar.

3. Modal.

4. Kondisi Organisasi Perusahaan.

5. Faktor lain

Faktor-faktor lain, seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian

hadiah.

2.2.6. Keputusan Pemberian Kredit

Keputusan pemberian kredit adalah suatu pernyataan yang berisi

tentang keputusan mengenai besarnya prosentase dari kredit yang disetujui

oleh pihak bank, dalam hal ini adalah jumlah tertulis atau jumlah yang

disetujui dari besarnya permohonan kredit yang diajukan oleh debitur

(Anggraini, 2002 : 32).

Dalam pemberian kredit investasi terdapat beberapa aspek yang

mempengaruhi keputusan pemberian kredit investasi. Kredit investasi


(72)

58

perusahaan untuk digunakan melakukan investasi untuk membeli

barang-barang modal. Ketentuan-ketentuan bank merupakan pedoman awal dalam

pelayanan pemberian kredit yang dibuat berdasarkan pengalaman pemberian

kredit yang dikaitkan dengan resiko bisnis, jika calon nasabah diluar kriteria

yang ditentukan oleh bank maka permohonan kredit langsung ditolak.

Sedangkan apabila calon nasabah memenuhi kriteria maka permohonan

kredit akan diterima. Kemudian pihak bank mencari informasi

selengkap-lengkapnya dari berbagai sumber mengenai pemohon yang akan

dipergunakan dalam menunjang analisa dan evaluasi kredit.

2.2.7. Teori yang Melandasi Pengaruh Jaminan terhadap Keputusan Pemberian Kredit

Teori keputusan yang dikemukakan oleh Revered Thomas Bayes

pada tahun 1763 yang dikenal dengan teori Bayes mengatakan dengan

tindakan atau alternatif yang ada maka kita dapat memperkirakan resiko yang

akan muncul (untung atau rugi) atau tindakan dari tiap keadaan yang akan

terjadi di masa depan (Siagian, 1987 : 321).

Teori keputusan menjelaskan jaminan mempunyai peranan yang

sangat penting dalam proses pemberian kredit, karena jaminan adalah alat

pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut mengalami

kegagalan atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi


(73)

59

Dalam UU Perbankan No. 14 Tahun 1967 pasal 24 ayat 1 mengatakan

bahwa bank umum tidak memberikan kredit tanpa jaminan kepada siapapun

juga. Pengertian jaminan menurut undang-undang ini adalah jaminan yang

bersifat materiil maupun immaterial.

2.2.8. Teori yang Melandasi Pengaruh Laba Usaha terhadap keputusan Pemberian Kredit

Menurut Ahmed Belkaoui dasar akuntasi bukanlah pemilik bukan pula

kesatuan usaha akan tetapi sekelompok aktiva dan kewajiban-kewajiban

yang bersangkutan yang mengatur pemakaian aktiva yang menjadi dasar

akuntansi, yakni yang disebut sebagai “dana”. Teori dana memandang satuan

usaha sebagai satuan yang terdiri dari sumber-sumber ekonomi (dana) dan

kewajiban-kewajiban yang bersangkutan dalam pemikiran dana tersebut.

Oleh karena itu, teori dana lebih terpusat pada aktiva dalam arti bahwa teori

dana lebih menitikberatkan pada administrasi dan kelayakan pemakaian

aktiva. Teori dana menjelaskan adanya pengaruh antara laba usaha terhadap

pemberian kredit investor yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dari pengelolaan aktivanya (assets).

Laba usaha mempengaruhi kebijakan dalam pemberian kredit investasi.

Laba usaha menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi

kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya yang akan


(74)

60

2.2.9. Teori yang Melandasi Pengaruh Penjualan terhadap keputusan Pemberian Kredit

Teori keputusan menjelaskan bahwa penjualan mempengaruhi

kebijaksanaan pemberian kredit investasi. Hal ini disebabkan karena

penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan

rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan

keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.

Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari

penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang

diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui

hasil produk yang dihasikan. Dan penjualan barang dan jasa merupakan

pendapatan perusahaan yang bersangkutan. Sehingga penjualan dijadikan

sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan suatu kredit (Soemarso,

2002 : 160).

2.2.10. Teori yang Melandasi Pengaruh Jaminan, Laba Usaha dan Penjualan terhadap Keputusan Pemberian Kredit

Teori keputusan menjelaskan jaminan mempunyai peranan yang

sangat penting dalam proses pemberian kredit, karena jaminan adalah alat

pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut mengalami

kegagalan atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi


(1)

98

Tabel 4.14. Rangkuman Penelitian yang Berhubungan dengan Keputusan Pemberian Kredit Investasi

No. Nama Peneliti Variabel Peneliti Kesimpulan 1. Saputra (2007) Laba Usaha, Jaminan,

Keputusan Pemberian Kredit Investasi.

Variabel laba usaha (X1) dan jaminan (X2) berpengaruh signifikan terhadap pemberian kredit investasi (Y).

2. Sundari (2008) Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition Of Economic,

Keputusan Pemberian Kredit Investasi.

Variabel watak (X1), modal (X3), kondisi ekonomi (X5) berpengaruh secara positif terhadap keputusan pemberian kredit investasi (Y). Sedangkan variabel kemampuan (X2) berpengaruh negatif terhadap keputusan pemberian kredit investasi (Y).

3. Ovi Anindita (2010)

Nilai Jaminan Kredit, Laba

Usaha, Penjualan, Keputusan Pemberian Kredit Investasi.

Variabel nilai jaminan kredit (X1) , laba usaha (X2) dan penjualan (X3) berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit investasi (Y).


(2)

99 4.8. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti sudah dilakukan secara optimal, namun peneliti merasa dalam hasil penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan antara lain :

1. Sampel yang diambil relatif kecil dan waktu yang digunakan dalam penelitian ini pendek, sehingga hasil penelitian kurang dapat mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian kredit investasi. 2. Dari hasil penelitian juga dapat dilihat adanya pengaruh dari variabel-variabel lain yang tidak diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya dipertimbangkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit investasi.


(3)

100 BAB V KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara simultan Nilai Jaminan Kredit (X1), Laba Usaha (X2) dan Penjualan (X3) berpengaruh terhadap Keputusan Pemberian Kredit Investasi (Y) yang diberikan oleh BRI Cabang Mojokerto.

2. Secara parsial Nilai Jaminan Kredit (X1) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemberian Kredit Investasi (Y) dan hipotesis yang diajukan tidak dapat diuji kebenarannya.

3. Sedangkan secara parsial Laba Usaha (X2) berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap Keputusan Pemberian Kredit Investasi (Y) dan hipotesis yang diajukan tidak dapat diuji kebenarannya.

4. Dan juga Penjualan (X3) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemberian Kredit Investasi (Y) dan hipotesis yang diajukan dapat diuji kebenarannya.

5. Koefisien determinasi (R²) dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Nilai Jaminan Kredit (X1), Laba Usaha (X2) dan Penjualan (X3) mampu menjelaskan Keputusan Pemberian Kredit Investasi (Y).


(4)

101 5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran yang dapat diajukan sebagai berikut :

1. Sebelum memberikan kredit diharapkan Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojokerto untuk lebih memperhatikan faktor-faktor lain dengan memeriksa Nilai Jaminan Kredit yang diagunkan oleh debitur, memeriksa Laba Usaha dan Penjualan yang diperoleh oleh debitur dari hasil usahanya agar kredit yang diberikan dapat dibayar sesuai dengan kemampuannya. Hal itu dilakukan agar kredit yang telah disalurkan dapat berjalan secara efektif.

2. Masih adanya pengaruh faktor-faktor atau variabel lain di luar penelitian ini sebesar 40,6% yang juga berpengaruh terhadap Keputusan Pemberian Kredit Investasi dan dapat dijadikan sebagai dasar peneliti lain yang ingin meneliti pada bidang yang sama untuk meneliti faktor-faktor atau variabel lain tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Abdullah, M. faisal, 2004, Manajemen Perbankan. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.

Algifari, 2000, Analisis Regresi Teori, kasus, dan Solusi. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian, Penerbit Universitas Pembangunan Nasional.

Bahsan, M, 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. Penerbit PT. Grafindo Persada, Jakarta.

Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan. Penerbit Ghalia, Jakarta. Gujarati, N. Damodar, 2006, Dasar-Dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga. Ji8lid 3

Kasmir, 2004, Dasar-Dasar Perbankan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Muljono, Teguh Pudjo, 1994, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Nazir, M, 2003, Metode Penelitian. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Siamat, dahlan, 2004, Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat. Penerbit fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

Soemarsono, 2002, Akuntansi Suatu Pengantar. Penerbit Salemba Empat. Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi. Edisi Revisi. Surabaya.

Jurnal

Lestari, Puji. Dan Ompusunggu, Halomoan, 2007, “Analisis Kolektibilitas Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat – Badan Kredit Kecamatan (BPR-BKK) di Kabupaten Banyumas”, Jurnal Ilmiah Akuntansi UK Maranatha, Bandung.

Skripsi

Saputra, Pebri, Atun, Tria, 2007, Keputusan Pemberian Kredit Investasi di Bank Rakyat Indonesia Cabang Bojonegoro, Universitas Pembanguna Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(6)

Sundari, 2008, Pengaruh Character, Capacity, Capital, Colateral dan Condition of Economic terhadap Keputusan Pemberian Kredit Investasi pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kaliasin Surabaya, Universitas Pembanguna Nasional “Veteran” Jawa Timur.