Pembuatan Ekstrak Etanol dengan Metode Maserasi

dilakukan untuk mengurangi kadar air dari bahan. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, dengan demikian pengeringan dapat mencegah terjadinya pembusukan. Selain itu, juga dapat untuk menghentikan reaksi-reaksi enzimatik yang terjadi pada bahan tersebut. Penyerbukan dilakukan dengan menggunakan blender. Penyerbukan ini bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel bahan dan meningkatnya luas permukaan bahan. Dengan meningkatnya luas permukaan bahan, maka kontak antara cairan penyari dengan bahan semakin besar, sehingga serbuk akan semakin mudah terbasahi oleh penyari. Dengan demikian diharapkan penyarian akan lebih efektif dan mempermudah penarikan senyawa dari serbuk oleh penyari. Serbuk yang diperoleh kemudian diayak dengan ayakan nomor 1250. Nomor pengayak menunjukkan jumlah lubang tiap-tiap 2,54 cm, dihitung searah dengan panjang kawat. Jadi derajat halus serbuk dengan pengayak nomor 1250 adalah 4,719,7. Hasil ini mendekati derajat halus serbuk simplisia pada umumnya yaitu 418. Derajat halus serbuk dapat dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor. Jika derajat halus dinyatakan dengan dua nomor, berarti semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40 melalui pengayak nomor tertinggi Anief, 2000. Dalam hal ini, berarti semua serbuk dapat melalui pengayak nomor 12 dan tidak lebih dari 40 dapat melalui pengayak nomor 50.

C. Pembuatan Ekstrak Etanol dengan Metode Maserasi

Serbuk umbi binahong yang diperoleh, kemudian diekstraksi dengan pelarut etanol. Proses ekstraksi dilakukan secara maserasi, yaitu dengan cara merendam sejumlah serbuk dengan sejumlah cairan penyari yang sudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ditentukan. Mekanisme metode maserasi yaitu cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel Anonim,1986. Menurut Anonim 1986, maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, sambil berulang-ulang kali diaduk. Dalam penelitian ini, serbuk yang digunakan sebanyak 175g dibagi ke dalam 7 Erlenmeyer tiap Erlenmeyer berisi 25 gram serbuk, kemudian direndam dengan 187,5 ml etanol pa 70 pada tiap erlenmeyer. Perbandingan serbuk dan cairan penyari 10:75. Pengadukan dilakukan dengan cara digojok menggunakan mesin pengaduk yang berputar-putar terus menerus shaker. Ini merupakan salah satu modifikasi dari maserasi. Proses penggojokkan itu sendiri hanya dilakukan selama 3 hari. Hal ini dilakukan karena pada hari ke-3 cairan penyari yang digunakan sudah jernih. Dengan demikian diasumsikan sebagian besar senyawa sudah tersari. Untuk menghindari terjadinya penjenuhan cairan penyari, maka cairan penyari yang digunakan yaitu etanol diganti setiap 24 jam sekali, sehingga etanol yang digunakan tetap baru. Metode maserasi dipilih karena selain cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan, metode ini juga dapat dimodifikasi. Sebagai contoh yaitu dilakukan penggojokan dengan mesin pengaduk maserasi mekanik. Proses pengadukan tersebut akan meningkatkan kelarutan senyawa yang terdapat dalam serbuk, sehingga dimungkinkan senyawa yang tersari akan lebih banyak. Selain itu, penggojogan akan meratakan konsentrasi di luar sel, sehingga perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel yang sebesar-besarnya terjaga. Modifikasi lain yang dapat dilakukan yaitu remaserasi dimana dilakukan pergantian cairan penyari setelah dilakukan penyaringan pada maserat sebelumnya. Keuntungan lain dari maserasi adalah secara metodologis, keterulangan proses lebih terjamin. Hal ini dikarenakan perbandingan jumlah pelarut dengan jumlah serbuk dan lama waktu penyarian proses maserasi dapat ditentukan. Setelah itu, hasil maserasi maserat disaring dan kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator. Supaya hasil maserat lebih pekat, maka harus diuapkan lagi di atas waterbath, dan kemudian disimpan di dalam oven pada suhu 30 o C. Penguapan ini bertujuan untuk menguapkan cairan penyari, sehingga didapatkan ekstrak kental. Proses penguapan ini dilakukan bertahap di rotary evaporator kemudian dilanjutkan di atas waterbath untuk alasan teknis. Maksudnya tidak mungkin penguapan hanya dilakukan di rotary evaporator sampai menjadi kental. Jadi sebelum benar-benar kental, ekstrak harus dipindahkan ke dalam cawan porselin yang sudah ditara dan diuapkan di atas waterbath. Cawan porselin harus ditara lebih dahulu agar memudahkan penghitungan ekstrak yang diperoleh. Ekstrak kental yang diperoleh yaitu sebanyak 14,23 gram. Kelebihan ekstrak kental yaitu lebih tahan lama dibanding dengan ekstrak cair. Umbi binahong mengandung lendir, sehingga proses penguapan tidak dapat benar-benar kering, jadi hasil yang diperoleh berupa ekstrak kental.

D. Skrining Fitokimia

Dokumen yang terkait

Pembuatan Dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

9 76 70

Uji potensi antifungi ekstrak etanol rimpang kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) terhadap Trichohyton meniagrophyies dan Trichophyton rubrum

7 32 83

Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (crinum asiaticum L) terhadap bekteri penyebab jerawat

2 51 103

Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol 96% kulit batang kayu Jawa (lannea coromandelica) terhadap bakteri staphylococcus aureus, escherichia coli, helicobacter pylori, pseudomonas aeruginosa.

32 209 72

Uji antioksidan dan antibakteri ekstrak air bunga kecombrang (edigera elatior) sebagai pangan fungsional terhadap staphylococcus aureus dan escherichia coli

0 45 83

Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923

1 34 73

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Durian (Durio zibethinus L), Daun Lengkeng (Dimocarpus longan Lour), dan Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L), Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25925 dan Escherichia coli ATCC 25922

8 60 79

Uji efektifitas ekstrak madu karet dalam menghambat pertumbuhan staphylococcus aureus

0 24 46

Aktivitas antibakteri salep ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betleL.) Terhadap infeksi bakteri Staphylococcus aureus

0 0 6

FORMULASI KRIM EKSTRAK TOMAT (Solanumlycopersicum) dan UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 FORMULATION CREAM OF EXTRACT TOMATO FRUIT (Solanumlycopersicum) And ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST FOR Staphylococcus aureus ATCC 25

0 0 9