Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang manapun mungkin saja terdapat dalam satu
tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida Robinson, 1991. Ada beberapa fase gerak yang biasa digunakan untuk menghasilkan
pemisahan yang baik pada lempeng selulosa. Butanol : Asam asetat : Air 40:50:10 fase atas, merupakan fase gerak yang sering digunakan. Aglikon dari
flavonoid mempunyai nilai Rf yang tinggi dan waktu elusi yang lama Stahl, 1969.
Pada UV 254 nm, semua flavonoid menyebabkan pemadaman fluoresensi, dimana terlihat sebagai warna biru gelap pada lempeng KLT. Pada UV 365 nm,
tergantung pada strukturnya, flavonoid berfluoresensi kuning, biru, atau hijau Wagner, 1984.
J. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik yang berasal dari alam yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, berada dalam distribusi terbatas dan
dalam dosis yang rendah memiliki efek farmakologi. Di alam, alkaloid terdapat dalam bentuk bebas, sebagai garam dan N-Oksida. Alkaloid biasanya berupa zat
padat, tetapi ada pula yang berupa zat cair, seperti ephedrine dan spartein. Alkaloid berasa pahit dan sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam
kloroform, eter, dan pelarut organik lain yang relatif non polar. Sebaliknya bila berupa garam, alkaloid akan mudah larut dalam air, tetapi tidak larut dalam
pelarut organik Samuelson, 2002.
19 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pemisahan alkaloid secara KLT dapat menggunakan fase diam silika gel, alumina, selulosa atau kieselguhr. Pemisahan yang baik diperoleh jika silika gel
sudah diaktifkan. Banyak alkaloid dapat dideteksi secara visibel. Sebagian besar alkaloid juga memiliki bercak yang berfloresensi di bawah sinar UV
365
. Reagent yang biasanya dipakai untuk mendeteksi adalah reagen Dragendorf Stahl, 1969.
Dengan penyemprotan reagen Dragendorff, menunjukkan warna cokelat atau orange visibel yang tidak stabil Wagner, 1984.
K. Senyawa polifenol
Senyawa fenolik dapat digolongkan menjadi senyawa fenol sederhana, fenol asam karboksilat,
α-Pyrones, Lichens, Lignan, chromones, flavonoid, dan Quinone. Pemisahan senyawa fenolik dapat dilakukan dengan metode KLT
menggunakan fase diam silika gel. Pemilihan fase geraknya tergantung tingkat polaritas campuran yang akan dipisahkan. Contoh fase gerak yang sering
digunakan adalah benzene : kloroform 50: 50, kloroform : methanol 97:3, dan lain-lain Stahl, 1969
Aktivitas fisiologis senyawa fenolik tumbuhan banyak dan beragam. Beberapa senyawa fenolik bersifat racun terhadap hewan pemangsa tumbuhan
herbivora dan beberapa bersifat racun serangga. Senyawa fenolik lain mempunyai aktivitas antiinflamasi, karena senyawa ini menghambat sintesis
prostaglandin Robinson, 1991. Hanya antosianin dan beberapa derivat quinon yang dapat dideteksi secara
langsung dengan sinar tampak pada lempeng silika gel. Senyawa fenolik lainnya,
20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merupakan senyawa yang tidak berwarna dan harus diwarnai. Dengan FeCl
3
bercak akan terlihat berwarna kuning tua sampai ungu tergantung jenis polifenolnya. Biasanya bercak yang terjadi berwarna biru kehijauan Stahl, 1969.
L. Tanin
Tanin merupakan senyawa yang sangat kompleks, biasanya terdapat sebagai campuran polifenol yang sangat sulit dikristalkan. Tanin dengan air
membentuk larutan koloidal, mempunyai reaksi asam dan rasanya sangat sepat. Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air dan makin mudah
diperoleh dalam bentuk kristal. Tanin larut pula dalam pelarut organik yang polar, setidak-tidaknya sampai batas tertentu, tetapi tidak larut dalam pelarut organik
non polar seperti benzene dan kloroform. Larutan tanin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan asam mineral atau garam Robinson,1991.
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae teradapat khusus dalam jaringan kayu. Terdapat dua jenis tanin, yaitu tanin
terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin terhidrolisis dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim seperti tannase. Tanin jenis ini terbentuk dari beberapa molekul
asam fenolik seperti asam galat dan asam heksahidroksidipenik yang disatukan oleh ikatan ester dengan molekul glukosa. Sedangkan tanin terkondendasi tidak
terhidrolisis menjadi molekul yang lebih sederhana dan tidak mengandung gugus gula. Tanin terkondensasi akan berubah warna menjadi cairan tidak larut berwarna
merah ketika bereaksi dengan asam atau enzim terkondensasi, sedangkan tanin
21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhidrolisis akan membentuk warna biru ketika bereaksi dengan garam besi Trease dan Evans, 2002.
Tanin merupakan senyawa asam karboksilat fenol yang dapat dipisahkan menggunakan fase diam silica gel dan fase gerak toluene: etil formate: asam
format 50:40:10 Stahl, 1969. Beberapa tanin terbukti mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat
pertumbuhan tumor, tanin juga dapat meracuni hati Robinson,1991. Tanin juga berfungsi sebagai anthelmintik, anti HIV, antibakteri, antikanker, dan anti
karsinogenik Duke, 1992.
M. Saponin