Metode Pengujian Potensi Antibakteri

Amoksisilin mempunyai aktivitas yang sama dengan ampisilin. Bedanya, amoksisilin diserap di gastro intestinal lebih efektif dibandingkan ampisilin. Ampisilin merupakan antibakteri yang mempunyai spektrum penghambatan yang lebih luas dibanding dengan penisilin. Ampisilin dapat menghambat tidak hanya pneumococci, meningococco, gonococci dan streptococci yang lain, tetapi juga dapat menghambat beberapa bakteri bacillus Harvey et all, 2003. Untuk masing-masing antibiotik dan jenis kumannya, mempunyai diameter yang berbeda-beda untuk dinilai sebagai antibiotik yang sensitif poten dalam terapi. Untuk Stapylococcus akan memberikan makna resisten terhadap ampisilin jika diameter zona hambat yang terjadi sama atau kurang dari 20 mm dan dinyatakan sensitif apabila diameter zona hambat yang terjadi lebih dari 29 mm. Sedangkan untuk Pseudomonas dikatakan resisten apabila diameter zona hambatnya kurang dari atau sama dengan 11 mm dan dikatakan sensitif apabila diameter zona hambatnya lebih dari 14 mm Anonim, 1993.

G. Metode Pengujian Potensi Antibakteri

Bahan antibakteri secara umum diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme bakteri. Obat yang digunakan untuk membasmi bakteri, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin Anonim, 1995. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibakteri yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan ada yang bersifat membunuh bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar 13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing–masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal KHM dan Kadar Bunuh Minimal KBM Anonim, 1995. Metode pengujian potensi antibakteri dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Metode difusi Metode ini mengukur aktivitas mikroba berdasarkan pengamatan luas daerah hambat pertumbuhan mikroba karena obat berdifusi dari titik awal pemberian ke daerah difusi. Mikroba ditanam pada media yang sesuai dan di atasnya diletakkan kertas cakram yang mengandung bahan obat atau dibuat sumuran dengan diameter tertentu yang diisi larutan bahan obat dengan kadar tertentu Hugo Russel, 1987. Metode difusi ada tiga macam yaitu: a. Cara Kirby Bauer Metode ini dilakukan dengan cara mengoleskan suspensi bakteri dengan konsentrasi tertentu, umumnya 10 8 Colony Forming Unit CFU per ml permukaan media hingga rata. Kertas yang mengandung antibiotika diletakkan di atas media lalu diinkubasikan pada 37ºC selama 18-24 jam, setelah itu baca hasilnya. Potensi antibakteri ditentukan dengan mengukur diameter zona hambatan yang terbentuk. Pada zona hambatan akan terlihat adanya pertumbuhan yang kurang subur jika dibandingkan dengan daerah di luar pengaruh antibiotik tersebut Hugo dan Russel, 1987. 14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Cara sumuran Penyiapan dilakukan seperti cara Kirby Bauer. Pada agar yang telah diolesi bakteri uji dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu dan tegak lurus terhadap permukaan media. Kemudian ke dalam sumuran ini diberi larutan uji dan diinkubasi pada 37ºC selama 24-28 jam, hasilnya dibaca seperti cara Kirby Bauer Hugo dan Russel, 1987. c. Cara Pour Plate Mula-mula satu mata ose suspensi bakteri dicampur dengan 4 ml agar 1,5 pada temperature 50ºC. Setelah suspensi mikrobia homogen, tuangkan di atas media agar dan dibiarkan membeku, kemudian di atasnya diletakan disk dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam, hasilnya dibaca dengan mengukur diameter hambat Hugo dan Russel, 1987. 2. Metode dilusi Ada dua macam metode dilusi yaitu: a. Cara pengenceran serial dalam tabung dilusi cair Pada cara ini zat antibakteri yang akan diuji aktivitasnya diencerkan secara serial dengan metode pengenceran kelipatan dua di dalam medium cair dan selanjutnya diinokulasikan dengan mikroba uji. Setelah diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam untuk bakteri dan fungi, aktivitas zat antibakteri ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum, yaitu konsentrasi terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba Hugo dan Russel, 1987. 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Cara penapisan lempeng agar dilusi padat Pada cara ini zat yang akan ditentukan aktivitas antibakterinya diencerkan secara serial dengan metode pengenceran berkelipatan dua di dalam medium agar bersuhu 40-50ºC kemudian dituangkan ke dalam cawan petri. Setelah lempeng agar membeku, ditanamkan inokulum mikroba dan kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC dalam jangka waktu yang sesuai dengan pertumbuhan mikroba yang diuji, aktivitas zat antibakteri ditentukan sebagai Konsentrasi Bunuh Minimum yaitu konsentrasi terendah yang masih dapat membunuh mikroba Hugo dan Russel, 1987.

H. Kromatografi Lapis Tipis

Dokumen yang terkait

Pembuatan Dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

9 76 70

Uji potensi antifungi ekstrak etanol rimpang kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) terhadap Trichohyton meniagrophyies dan Trichophyton rubrum

7 32 83

Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (crinum asiaticum L) terhadap bekteri penyebab jerawat

2 51 103

Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol 96% kulit batang kayu Jawa (lannea coromandelica) terhadap bakteri staphylococcus aureus, escherichia coli, helicobacter pylori, pseudomonas aeruginosa.

32 209 72

Uji antioksidan dan antibakteri ekstrak air bunga kecombrang (edigera elatior) sebagai pangan fungsional terhadap staphylococcus aureus dan escherichia coli

0 45 83

Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923

1 34 73

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Durian (Durio zibethinus L), Daun Lengkeng (Dimocarpus longan Lour), dan Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L), Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25925 dan Escherichia coli ATCC 25922

8 60 79

Uji efektifitas ekstrak madu karet dalam menghambat pertumbuhan staphylococcus aureus

0 24 46

Aktivitas antibakteri salep ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betleL.) Terhadap infeksi bakteri Staphylococcus aureus

0 0 6

FORMULASI KRIM EKSTRAK TOMAT (Solanumlycopersicum) dan UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 FORMULATION CREAM OF EXTRACT TOMATO FRUIT (Solanumlycopersicum) And ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST FOR Staphylococcus aureus ATCC 25

0 0 9