Kromatografi Lapis Tipis TINJAUAN PUSTAKA

b. Cara penapisan lempeng agar dilusi padat Pada cara ini zat yang akan ditentukan aktivitas antibakterinya diencerkan secara serial dengan metode pengenceran berkelipatan dua di dalam medium agar bersuhu 40-50ºC kemudian dituangkan ke dalam cawan petri. Setelah lempeng agar membeku, ditanamkan inokulum mikroba dan kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC dalam jangka waktu yang sesuai dengan pertumbuhan mikroba yang diuji, aktivitas zat antibakteri ditentukan sebagai Konsentrasi Bunuh Minimum yaitu konsentrasi terendah yang masih dapat membunuh mikroba Hugo dan Russel, 1987.

H. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah cara pemisahan berbagai senyawa yang ada dalam sediaan dengan jalan penyarian berfraksi, penyerapan, dan pertukaran ion, pada zat berpori dengan menggunakan cairan atau gas yang mengalir Stahl, 1985. 1. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Lapis Tipis merupakan salah satu metode kromatografi cair yang paling sederhana. Kromatografi cair dapat dikembangkan dengan pelarut tunggal atau bisa juga dengan campuran dua pelarut atau lebih Stahl, 1985. Absorban yang sering digunakan yaitu silika gel. Silika gel adalah bahan yang berpori dan amorf. Struktur dasar dari silika gel terbentuk selama pembentukan gel asam polisiklik dari asam monosiklik Stahl, 1985. 16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pada metode ini, setelah pengembangan, harus dilakukan pembandingan antara bentuk bercak, daerah bercak, resolusi, bercak-bercak yang lain yang terdapat dalam lempeng. Nilai Rf dapat digunakan sebagai nilai yang menggambarkan jarak elusi. Nilai Rf dapat dihitung dengan menggunakan rumus: an pengembang jarak penotolan tempat dari bercak jarak Rf = Kelebihan KLT antara lain yaitu pemisahan senyawa yang amat berbeda seperti senyawa organik ataupun anorganik dapat dilakukan dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal. Jumlah cuplikan dengan konsentrasi rendah dapat ditangani yaitu sekitar 0,1 μg – 5mg. Pemakaian pelarut dan jumlah cuplikan yang diperlukan sedikit, sedangkan penotolan cuplikan berganda dimungkinkan. Selain itu juga dapat memisahkan campuran yang mengandung sampai empat komponen yang berbeda Stahl, 1985. Kekurangan teknik ini yaitu pada pembuatan fase diam pada lempeng yang membutuhkan tambahan waktu, kecuali bila sudah tersedia lempeng yang diproduksi secara komersial Sulasmono, 1995. 2. Fase gerak Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri dari satu atau beberapa pelarut Stahl, 1985. Dalam beberapa kasus, penggunaan pelarut tunggal sudah memberikan hasil yang memuaskan. Akan tetapi pada sebagian besar kasus, satu pelarut tidak dapat mengembangkan fase diam cukup jauh. 17 Karena itu harus dicampur antara pelarut untuk memperoleh kepolaran yang diinginkan Gritter, 1991. 3. Pengembangan dan Deteksi Lempeng yang telah ditotoli ditaruh di dalam bejana kecil yang berisi pelarut yang tingginya beberapa cm. Tinggi pelarut di dalam bejana harus di bawah tempat penotolan lempeng. Bejana ditutup dan pelarut dibiarkan merambat naik sampai 10-15 cm Gritter, 1991. Pengembangan memerlukan waktu sekitar 5 menit, bergantung pada penyerap dan pelarut. Pengembangan lempeng biasanya dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa lempeng. Bejana dijaga tetap jenuh dengan pelarut pengembang dengan bantuan sehelai kertas saring yang tercelup ke dalam pengembang. Keefisienan pemisahan dapat ditingkatkan dengan cara pengembangan berganda Gritter, 1991.

I. Flavonoid

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C 6 -C 3 -C 6 yaitu kerangka karbonnya terdiri atas 2 gugus C6 cincin benzene tersubtitusi yang disambungkan oleh rantai alifatik dengan 3 karbon. Kerangka flavonoid tersebut dapat digambarkan sebagai C H 2 C H 2 C H 2 A B Gambar 1. Kerangka flavonoid 18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang manapun mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida Robinson, 1991. Ada beberapa fase gerak yang biasa digunakan untuk menghasilkan pemisahan yang baik pada lempeng selulosa. Butanol : Asam asetat : Air 40:50:10 fase atas, merupakan fase gerak yang sering digunakan. Aglikon dari flavonoid mempunyai nilai Rf yang tinggi dan waktu elusi yang lama Stahl, 1969. Pada UV 254 nm, semua flavonoid menyebabkan pemadaman fluoresensi, dimana terlihat sebagai warna biru gelap pada lempeng KLT. Pada UV 365 nm, tergantung pada strukturnya, flavonoid berfluoresensi kuning, biru, atau hijau Wagner, 1984.

J. Alkaloid

Dokumen yang terkait

Pembuatan Dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

9 76 70

Uji potensi antifungi ekstrak etanol rimpang kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) terhadap Trichohyton meniagrophyies dan Trichophyton rubrum

7 32 83

Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (crinum asiaticum L) terhadap bekteri penyebab jerawat

2 51 103

Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol 96% kulit batang kayu Jawa (lannea coromandelica) terhadap bakteri staphylococcus aureus, escherichia coli, helicobacter pylori, pseudomonas aeruginosa.

32 209 72

Uji antioksidan dan antibakteri ekstrak air bunga kecombrang (edigera elatior) sebagai pangan fungsional terhadap staphylococcus aureus dan escherichia coli

0 45 83

Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923

1 34 73

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Durian (Durio zibethinus L), Daun Lengkeng (Dimocarpus longan Lour), dan Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L), Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25925 dan Escherichia coli ATCC 25922

8 60 79

Uji efektifitas ekstrak madu karet dalam menghambat pertumbuhan staphylococcus aureus

0 24 46

Aktivitas antibakteri salep ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betleL.) Terhadap infeksi bakteri Staphylococcus aureus

0 0 6

FORMULASI KRIM EKSTRAK TOMAT (Solanumlycopersicum) dan UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 FORMULATION CREAM OF EXTRACT TOMATO FRUIT (Solanumlycopersicum) And ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST FOR Staphylococcus aureus ATCC 25

0 0 9