Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi Tujuan Pembelajaran Materi Ajar MetodeModelStrategi Pembelajaran
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Drs. Maskur Sigit Eko Susanto
NIP : 19560601 198403 1 008 NIP :19760808 20060 4 018
Gambar – Gambar Penunjang
Lampiran 1: Materi
Lampiran1: Materi
Situs Kepurbakalaan Sangiran adalah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Tempat ini merupakan lokasi penemuan beberapa fosil manusia purba, sehingga
sangat penting dalam sejarah perkembangan manusia dunia. Area ini memiliki luas kurang lebih 48 km² dan sebagian besar berada dalam wilayah administrasi
Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 17 kilometer sebelah utara
Kota Surakarta, di lembah Bengawan Solo dan di kaki Gunung Lawu. Ada sebagian yang merupakan bagian dari Kabupaten Karanganyar Kecamatan Gondangrejo.
Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya dan ada tahun 1996 situs ini terdaftar
dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Eugene Dubois pernah melakukan penelitian di sini pada akhir abad ke-19.Sejak tahun 1934, ahli antropologiGustav Heinrich
Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut, setelah mencermati laporan-laporan berbagai penemuan balung buta tulang butaraksasa oleh warga
dan diperdagangkan. Saat itu perdagangan fosil mulai ramai akibat penemuan tengkorak dan tulang paha Pithecanthropus erectus Manusia Jawa oleh Eugene
Dubois di Trinil, Ngawi, tahun 1891. Trinil sendiri juga terletak di lembah Bengawan Solo, kira-kira 40 km timur Sangiran.
Dengan dibantu oleh Toto Marsono, pemuda yang kelak menjadi lurah Desa Krikilan, setiap hari von Koenigswald meminta penduduk untuk mencari balung
buta, yang kemudian ia bayar. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan berbagai fosilHomo erectus lainnya. Ada sekitar 60 lebih fosil H. erectus
atau hominid lainnya dengan variasi yang besar, termasuk seri Meganthropus palaeojavanicus, telah ditemukan di situs tersebut dan kawasan sekitarnya. Selain
manusia purba, ditemukan pula berbagai fosil tulang-belulang hewan-hewan bertulang belakang Vertebrata, seperti buaya kelompok gavial dan Crocodilus,
Hippopotamus kuda nil, berbagai rusa, harimau purba, dan gajah purba stegodon dan gajah modern. Penggalian oleh tim von Koenigswald berakhir 1941. Koleksi-
koleksinya sebagian disimpan di bangunan yang didirikannya bersama Toto Marsono di Sangiran, yang kelak menjadi Museum Purbakala Sangiran, tetapi koleksi-koleksi
pentingnya dikirim ke kawannya di Jerman, Franz Weidenreich.
Museum Purbakala Sangiran
Di Museum Purbakala Sangiran, yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar dua juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun
yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba
berdiri tegak hominid yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat dipamerkan fosil berbagai hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan
laut, serta alat-alat batu. Pada awalnya penelitian Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan
Kubah Sangiran. Puncak kubah ini kemudian terbuka melalui proses erosi sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang
mengandung informasi tentang kehidupan pada masa lampau. Sangiran mencakup beberapa lapisan tanahformasi tanah. Yang tertua adalah formasi kalibeng formasi
ini diperkirakan berumur 3 juta - 1,8 juta tahun yang lalu. Pada formasi ini terdiri atas 4 lapisan yaitu lapisan bawah merupakan endapan laut dalam dengan ketebalan
lapisan ini 107 meter Kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan sering disebut zaman
praaksara.