Membaca Cerpen Melayu Klasik

Ekonomi 119 ”Untuk itulah, kita yang berada di daerah yang selamat, sepatutnya membantu meringankan beban penderitaan anak-anak. Mari kita membantu menjadi orang tua asuh, membantu meringan- kan, atau menanggung biaya pendidikan anak-anak korban musibah Aceh,” ujarnya. Dikutip dengan pengubahan dari Pikiran Rakyat, 3 Januari 2005 Berapa lama waktu yang kalian gunakan untuk membaca teks di atas? Jika kalian berhasil membaca teks tersebut dalam waktu satu menit, berarti kalian telah berhasil membaca cepat teks tersebut. Kemudian, lanjutkan dengan menjawab pertanyaan berikut 1. Gagasan apa yang dikemukakan dalam teks tersebut? 2. Anak-anak merupakan korban musibah di Aceh yang paling menderita. Mengapa anak-anak dikatakan menderita? 3. Siapakah yang mengungkapkan telah terjadi praktik perda- gangan anak di Aceh? 4. Tindakan memperdagangkan anak diibaratkan sebagai tindak penculikan. Apa maksudnya? 5. Apa upaya Komite Kemanusiaan untuk Aceh KKA dalam mencegah praktik perdagangan anak? 6. Bagaimana pandangan Ny. Ninih Muthmainah terhadap anak- anak yang menjadi korban bencana di Aceh? 7. Menurut Ny. Ninih Muthmainah, apa yang harus dilakukan masyarakat untuk meringankan penderitaan anak-anak tersebut? Kumpulkan jawaban kalian untuk dinilai oleh guru. Jika jawaban kalian telah diberi nilai, hitunglah skor kemampuan efektif membaca KEM kalian Kalian masih ingat rumus menghitung KEM, bukan? Rumus itu adalah KEM = KB = SM : 60 × PI : 100 KPM Bantulah teman kalian yang kesulitan menghitung skor KEM-nya Buka Wawasan Kalian perlu terus berlatih mengasah kemampuan membaca cepat kalian agar skor KEM kalian terus meningkat. Standar kemampuan membaca cepat siswa kelas X SMA adalah 250 kata per menit. ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Pelatihan 4

D. Membaca Cerpen Melayu Klasik

Hal yang membedakan antara cerita klasik dan cerita modern adalah bentuknya. Cerita klasik pada umumnya dibuka dengan kalimat pembuka, seperti Maka kata sahibul hikayat …. Kata pendahuluan lainnya adalah Kata sahibul hikayat, di negeri Malaka …. Sebaliknya, cerita modern tidak didahului kalimat pembuka seperti itu. Di unduh dari : Bukupaket.com Komp Bahasa SMA 1 120 Membaca karya sastra suatu daerah akan memberi banyak manfaat. Di antaranya adalah kita akan mengenal adat, tradisi, dan kebiasaan suatu daerah melalui karya sastra itu. Kita dapat memban- dingkan nilai-nilai yang berlaku di suatu daerah dengan nilai-nilai yang berlaku di daerah kita. Di bawah ini disajikan sebuah cerpen Melayu Klasik, berjudul ”Alkisah Ceritera yang Kelima”. Apa yang ingin diceritakan pada cerita tersebut? Marilah kita membaca cerpen ini Alkisah Ceritera yang Kelima Kata sahibul hikayat maka tersebutlah perkataan batara Majapahit. Maka baginda beranak dengan anak raja bukit Siguntang itu dua orang laki-laki dan yang tua Raden Inu Martawangsa namanya maka dirajakan baginda di Majapahit. Dan yang muda Raden Emas Pemari namanya maka dirajakan baginda jua di Majapahit, karena negeri itu negeri besar. Syahdan telah batara Majapahit hilang, maka ananda baginda yang tua itulah ganti batara Majapahit. Terlalu sekali besar kerajaan- nya baginda, pada zaman itu seluruh tanah Jawa itu semuanya di dalam hukum baginda dan segala raja-raja Nusa Tamara pun setengah sudah tunduk kepada baginda. Setelah batara Majapahit mendengar Singapura negeri besar, rajanya tiada menyembah pada baginda dan raja Singapura itu saudara sepupu baginda, maka batara Majapahit pun menyuruh utusan ke Singapura, bingkisnya sekeping tatal, tujuh depa panjangnya ditaruh tiada putus dan nipisnya seperti kertas, digulungnya seperti subang. Maka utusan batara Majapahit itu berlayarlah ke Singapura. Berapa lamanya di jalan, sampailah ke Singapura. Maka disuruh sambut oleh paduka Seri Pikramawira persembahkan surat dan bingkisan itu. Maka disuruh baca kepada khatib, demikian bunyinya ”Lihatlah oleh paduka adinda utas orang Jawa. Adakah Singapura utas, yang pandai demikian ini?” Maka disuruh buka oleh baginda, maka dilihatnya tatal ber- gulung seperti subang. Maka baginda pun tersenyum, tahu baginda akan ibarat kehendak batara Majapahit itu. Maka titah baginda, ”Dipertindaknya laki-laki kita oleh batara Majapahit, maka kita dikirimi subang.” Maka sembah utusan itu, ”Bukan demikian kehendak paduka kakanda itu adakah orang yang pandai bawah duli paduka sangulun yang demikian?” Setelah paduka Seri Pikramawira mendengar sembah utusan itu, maka titah baginda ”Lebih daripada itu ada orang yang pandai kepada kita.” Di unduh dari : Bukupaket.com Ekonomi 121 Maka paduka Seri Pikramawira menyuruh panggil seorang pandai. Pawang Bintan namanya. Telah ia datang, maka disuruh oleh baginda ambil seorang budak. Maka dititahkan oleh baginda pandai itu menaruh rambut budak itu di hadapan utusan Jawa itu. Maka oleh karangan itu ditaruhnyalah kepala budak itu. Maka budak itu pun menangis dan kepalanya dilenggang-lenggangnya. Dalam demikian itupun ditarahnya juga oleh pandai itu. Dengan sesaat itu juga habis kepala budak itu seperti dicukur. Sumber: Bunga Rampai Melayu Kuno 1. Bagaimana struktur pola karya sastra di atas? 2. Bagaimana bahasa yang digunakan pada karya sastra itu? 3. Nilai-nilai apa yang dapat diambil dari cerita itu? Bandingkan nilai-nilai itu dengan nilai-nilai zaman sekarang 4. Ceritakan kembali cerita itu dengan bahasa yang mudah dipahami ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Pelatihan 5 Lensa Bahasa Perhatikan penggalan cerpen berikut Cik Dadang. Katanya ia orang Malaka, lahir di sana, besar pun di sana. Kata setengah orang ia orang Serawak, besar di Malaka. Mana yang benar, payah menentukannya. Dan bagi kita pun hal itu, tak penting. Itu perkara dia. Bandingkan wacana tersebut dengan wacana berikut Namanya Cik Dang. Orang-orang mengatakan bahwa ia adalah orang Malaka. Lahir dan besarnya di sana. Sebagian orang mengatakan bahwa ia besar di Malaka. Pernyataan mana yang benar, sulit ditentukan. Bagi kita pun itu bukanlah hal yang penting karena itu persoalan dia. Inti kedua wacana di atas sebenarnya sama. Hal yang membedakan adalah, wacana pertama menggunakan ragam bahasa lisan, sedangkan wacana kedua menggunakan ragam bahasa tulis. Penentuan sebuah ragam wacana dapat dilihat dari penggunaan bahasanya. Ragam bahasa lisan pada umumnya lebih bersifat nonformal santai dibanding ragam bahasa tulis. Hal itu dapat dilihat dari penggunaan kata-kata katanya, kata setengah orang , dan mana yang benar. Ragam bahasa lisan sering dijumpai pada teks-teks fiksi. Ubahlah teks cerita ”Alkisah Ceritera yang Kelima” menggunakan ragam bahasa tulis yang baku ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Tugas Di unduh dari : Bukupaket.com Komp Bahasa SMA 1 122

E. Menulis Paragraf Ekspositif